Terkuak Biang Kerok Dolar AS Kian Perkasa Gencet Rupiah

Terkuak Biang Kerok Dolar AS Kian Perkasa Gencet Rupiah

Senin, 03 Jun 2024 13:22 WIB

Rupiah semakin melemah di hadapan dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tembus Rp 16.178 siang ini, Selasa (16/4/2024).

Jakarta – Calon Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengungkap penyebab melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Negeri Paman Sam masih bertengger di level Rp 16.200-an.

Menurutnya, dolar AS cenderung menguat terhadap hampir seluruh mata uang dunia. Hal ini tak lepas dari inflasi di AS yang belum turun hingga menyebabkan suku bunga berada di level tinggi.

“Di negara maju inflasi mereka masih di atas target. Sementara emerging market inflasinya sudah jauh di bawah mereka. High for longer dicerminkan dengan inflasi tinggi, akibatnya suku bunga kebijakan di masing-masing negara, khususnya di negara maju, akan dipertahankan tinggi dalam waktu yang lama,” katanya dalam uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) dengan Komisi XI DPR RI di Senayan, Jakarta Pusat, Senin (3/6/2024).

“Ini menyebabkan yield UST bond akan tetap tinggi sehingga mendorong penguatan dolar index terhadap mata uang kuat negara lainnya. Yang mana hal ini berpotensi mendorong outflow dari emerging market,” tambah dia.

Ia menyebut penguatan dolar AS merupakan salah satu hal yang perlu diwaspadai. Meski begitu, ia menyebut pelemahan rupiah terhadap dolar AS lebih baik dibanding mata uang negara-negara lain.

“Memang Indonesia (rupiah) year to date mengalami pelemahan 3,86%. Namun demikian dibandingkan peer group, apakah Filipina, Korea, Thailand, Turki, depresiasi rupiah jauh lebih manageable dibanding negara-negara lainnya,” sebutnya.

Sebagai informasi, dolar AS awal pekan dibuka di zona merah. Dikutip dari data RTI dolar AS berada di level Rp 16.239 melemah 1 poin atau 0,01%. Hari ini dolar AS dibuka pada level Rp 16.240 dan level tertinggi Rp 16.254 serta level terendah Rp 16.239. Secara mingguan dolar AS menguat 1,11%.

Secara bulanan dolar AS menguat 1,37%. Lalu secara tiga bulanan dolar AS menguat 3,2%. Kemudian secara enam bulanan dolar AS menguat 3,2%.

Masih Punya Koin Rp 1.000 Kelapa Sawit dan Rp 500 Melati? Tukar di Sini!

Masih Punya Koin Rp 1.000 Kelapa Sawit dan Rp 500 Melati? Tukar di Sini!

Jakarta - Bank Indonesia resmi menarik/mencabut peredaran uang rupiah logam Rp 1.000 TE 1993 bergambar kelapa sawit dan Rp 500 Tahun Emisi (TE) 1991 dan Rp 500 TE 1997 yang bergambar bunga melati.

Jakarta – Bank Indonesia resmi menarik/mencabut peredaran uang rupiah logam Rp 1.000 TE 1993 bergambar kelapa sawit dan Rp 500 Tahun Emisi (TE) 1991 dan Rp 500 TE 1997 yang bergambar bunga melati.
Bagi masyarakat yang masih memiliki uang koin tersebut, bisa menukarnya ke Bank Indonesia. Jangka waktu penukaran mulai dari hari ini 1 Desember 2023 sampai 1 Desember 2033.

“Bagi masyarakat yang memiliki uang Rupiah logam tersebut dan ingin melakukan penukaran, dapat menukarkannya di Bank Umum mulai 1 Desember 2023 sampai dengan 1 Desember 2033, atau 10 tahun sejak tanggal pencabutan,” jelas Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Erwin Haryono dalam keterangannya, Jumat (1/12/2023)

Penggantian atas uang rupiah logam yang dicabut dan ditarik dari peredaran sebesar nilai nominal yang sama dengan yang tertera pada uang Rupiah logam dimaksud.

Baca juga : Harga Jual Koin Rp 1.000 Kelapa Sawit Tembus Segini

Mulai Hari Ini, Koin Rp 1.000 Kelapa Sawit dan Rp 500 Melati Nggak Laku Lagi!

Cara Menukar Rupiah Logam di BI
Layanan penukaran dapat juga dilakukan di Kantor Pusat maupun Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh Indonesia. Cara penukaran ini dikutip dari laman resmi Bank Indonesia.

1. Sebelum menukar, masyarakat diwajibkan terlebih dahulu melakukan pemesanan penukaran melalui aplikasi PINTAR yang diakses melaluihttps://www.pintar.bi.go.id
2. Setelah membuka laman PINTAR, kemudian pilihlah atau klik ‘Penukaran Uang Rupiah yang Dicabut/Ditarik’.
3. Selanjutnya memilih provinsi lokasi penukaran dan pilih lokasi Kantor Bank Indonesia untuk melakukan penukaran
4. Pilih tanggal penukaran yang tersedia
5. Isi data mulai dari NIK-KTP, Nama, No telepon, dan email
6. Tulis jumlah keping uang rupiah logam yang akan ditukarkan
7. Simpan bukti pemesanan penukaran yang rupiah logam tersebut
8. Saat melakukan penukaran pada tanggal yang telah ditetapkan, jangan lupa bawa uang rupiah yang akan ditukarkan serta diharapkan masyarakat telah memisahkan jenis uangnya.

Baca juga : Harga Emas Hari Ini Naik Tinggi Banget! Punya 1 Gram Bisa Laku Segini

Penggantian atas uang Rupiah logam dalam kondisi lusuh, cacat, atau rusak dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Bank Indonesia mengenai pengelolaan uang Rupiah, yaitu:

1.Dalam hal fisik uang Rupiah logam lebih besar dari 1/2 (satu perdua) ukuran aslinya dan ciri uang Rupiah dapat dikenali keasliannya, diberikan penggantian sebesar nilai nominal uang Rupiah yang ditukarkan, dan:

2.Dalam hal fisik uang Rupiah logam sama dengan atau kurang dari 1/2 (satu perdua) ukuran aslinya, tidak diberikan penggantian.

Rupiah Melemah 5 hari Beruntun, Khawatir Kejamnya The Fed?

Rupiah Melemah 5 hari Beruntun, Khawatir Kejamnya The Fed?

rupiah

Jakarta, BeritaMega4D.com Indonesia – Rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring kekhawatiran kembali Bank Sentral AS The Fed kembali menerapkan kebijakan pengetatan keuangan.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah ke level Rp15.695/US$ atau terkoreksi 0,03%. Penurunan nilai rupiah ini menjadikan kinerja buruk selama 5 hari beruntun. Hal ini menjadikan adanya kekhawatiran rupiah akan menjebol level psikologis Rp 15.700/US$ kembali.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 14.58 WIB turun tipis 0,10% menjadi 105,75. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Jumat lalu (10/11/2023) yang berada di angka 105,86.

Baca Juga : Ngeri! Bos BI Ungkap 6 Ciri Pemburukan Ekonomi Global

Pasar keuangan hari ini masih belum menunjukkan adanya sentimen signifikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Tidak ada data ekonomi yang dirilis yang dapat memicu gejolak harga yang berarti.

Meskipun demikian, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa terjadi capital outflow pada periode 6-9 November. Investor asing melakukan net sell di pasar keuangan domestik, mencatatkan jual neto sebesar Rp1,27 triliun, dengan penjualan neto Rp1,59 triliun di pasar SBN, Rp1,35 triliun di pasar saham, dan pembelian neto Rp1,66 triliun di SRBI.

Baca Juga : Ekonomi RI Tumbuh di Bawah 5%, Ini Analisa Sri Mulyani

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 mencapai 4,94% secara tahunan (yoy), sementara pertumbuhan kuartalan (qtq) hanya 1,60%. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan kuartal II-2023 yang mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 5,17%. Terdapat penurunan dari kuartal III-2022 yang mencapai 5,73% (yoy).

Penurunan cadangan devisa Indonesia juga menjadi perhatian, turun menjadi US$133,1 miliar pada Oktober 2023 dari posisi sebesar US$134,9 miliar pada September 2023. Hal ini dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai respons terhadap meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Dari luar negeri, Ketua Bank Sentral AS (The Fed), Jerome Powell, mengumumkan bahwa mencapai target inflasi cukup sulit, memungkinkan adanya pengetatan kembali. Pernyataan ini mengecewakan pelaku pasar yang telah melihat pelemahan data tenaga kerja AS sebagai indikator melunaknya The Fed.

Sebagai hasilnya, perangkat FedWatch menunjukkan bahwa 14,1% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Sementara itu, 26% pelaku pasar meyakini kenaikan suku bunga akan terjadi pada Januari 2024, mencapai 5,50-5,75%.

Ngeri! Bos BI Ungkap 6 Ciri Pemburukan Ekonomi Global

Ngeri! Bos BI Ungkap 6 Ciri Pemburukan Ekonomi Global

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo
Jakarta, BeritaMega4D.com Indonesia – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan kondisi perekonomian dunia global kini tergambar dari 6 ciri yang mengarah ke pemburukan.

Pemburukan kondisi perekonomian global itu dipengaruhi oleh berlanjutnya peningkatan ketegangan geopolitik di Rusia dan Ukraina, maupun Timur Tengah, serta agresifnya pengetatan moneter di Amerika Serikat.

“Bahwa dinamika perekonomian global sepanjang 2023 berubah sangat cepat dan cenderung memburuk,” kata Perry saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin (13/11/2023).

Dia pun merincikan, 6 ciri tersebut ialah pertumbuhan ekonomi global yang melemah pada 2023 ke level 2,9% dari perkiraan sebelumnya di sekitar 3%. Pelemahan ini diiringi dengan divergensi pertumbuhan ekonomi antarnegara yang semakin lebar.

Baca juga : Ekonomi RI Tumbuh di Bawah 5%, Ini Analisa Sri Mulyani

“Di satu sisi AS pertumbuhannya tinggi dan di sisi lain Tiongkok menurun karena permintaan domestik dan juga masalah properti,” ucap Perry.

“Pada 2024 pertumbuhan ekonomi global juga diperkirakan melambat menjadi 2,8% dengan risiko kemungkinan bisa lebih rendah,” tegasnya.

Ciri kedua ialah tingginya angka inflasi akibat harga pangan dan energi yang terus meninggi akibat ketegangan geopolitik di berbagai wilayah, serta tingginya inflasi jasa dan keketatan tenaga kerja di negara maju.

BI pun memperkirakan inflasi global pada akhir 2023 masih akan terus tinggi ke level 5,1% dari kondisi 2022 sebesar 8,5%. Dan Makin menurun pada 2024 menjadi 3,8%.

“Akan turun tapi masih lebih tinggi dari 3% yaitu mungkin 3,8% mungkin inflasi dunia itu baru akan turun pada paruh kedua 2024, meskipun juga negara maju itu terus melakukan pengetatan moneter yang lebih agresif,” kata Perry.

Baca Juga : Sri Mulyani Hadiri Pertemuan APEC di AS, Bawa Kabar Buruk!

Ciri ketiga ialah tingginya suku bunga negara-negara maju yang akan masih tinggi dalam waktu jangka lama. Ia memperkirakan, suku bunga bank sentral AS pun pada 2023 akan naik pada kuartal IV-2023 menjadi 5,75% dan baru turun perlahan pada paruh kedua 2024 menjadi 5,25%.

“Bisa naik sekali lagi di akhir tahun ini menjadi 5,75% dari 5,5% sehingga secara keseluruhan 5,75%. Tahun depan juga masih tinggi 5,25% kemungkinan FFR baru turun paruh kedua tahun depan,” tutur Perry.

Ciri keempat ialah tingginya kebutuhan utang pemerintah AS yang menyebabkan imbal hasil atau yield surat utang jangka menengah US Treasury tenor panjang seperti 10 tahun naik sangat pesat.

Pada kuartal II-2023, menurutnya, masih sebesar 3,84% untuk UST 10 Tahun, namun pada kuartal III-2023 menjadi 4,57% dan pada kuartal IV 2023 menjadi 5,16%. Barulah pada paruh kedua 2024, dia perkirakan turun menjadi 4,87%.

“Yang baru adalah besarnya utang pemerintah AS karena untuk biaya Covid dan juga sekarang perang menyebabkan suku bunga obligasi pemerintah AS atau yield US Treasury meningkat tajam,” tegas Perry.

Ciri kelima menurutnya adalah potensi masih akan terus tingginya penguatan dolar Amerika Serikat terhadap mata uang lain, termasuk Indonesia. Indeks dolar AS atau DXY pun menurutnya masih akan berada di level 107 pada kuartal IV-2023 dari kuartal III sebesar 103,3.

“Itu adalah penguatan dolar dan tahun depan kemungkinan mulai melemah tapi masih tinggi 102,1% dan fenomena-fenomena ini memerlukan upaya ekstra keras dari emerging market, termasuk Indonesia untuk menjaga ketahanan ekonomi,” tegas Perry.

Ciri terakhir atau yang keenam kata Perry ialah kombinasi dari seluruh permasalahan itu, yakni larinya modal dari negara-negara emerging market ke aset likuid di negara maju, khususnya dolar AS.

“Pengetatan moneter ini menyebabkan suku bunga negara maju khususnya di AS semakin tinggi dan kemungkinan akan lama diikuti mata uang dolar yang sangat kuat dan juga pelarian modal ke aset global yang likuid atau cash is the king,” ungkap Perry.

Beritamega4d.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa Bank Indonesia menempuh langkah-langkah stabilisasi dari depresiasi nilai tukar Rupiah

Ringgit Malaysia dan Rupiah Sama-Sama Anjlok, Sri Mulyani: Kita Lebih Baik

Beritamega4d.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa Bank Indonesia menempuh langkah-langkah stabilisasi dari depresiasi nilai tukar Rupiah, seiring penguatan dolar Amerika Serikat (USD) dalam beberapa pekan terakhir.

Sama seperti Rupiah, Ringgit Malaysia juga mengalami depresiasi. Bahkan Ringgit Malaysia menjadi salah satu mata uang di Asia Tenggara yang mengalami pelemahan.

“Depresiasi Rupiah kita relatif baik yaitu sebesar 2,34 persen year-to-date,” ungkap Menkeu dalam Konferensi Pers KSSK pada Jumat (3/11/2023).

“Ke depan, langkah stabilisasi nilai tukar Rupiah terus diperkuat agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dan untuk mendukung upaya pengendalian imported inflation,” pungkasnya.

Selain itu, upaya lain juga terus diperkuat untuk memperkuat mekanisme pasar di dalam manajemen, likuiditas dari institusi keuangan domestik dan menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri, serta meningkatkan dan memperluas koordinasi di dalam rangka implementasi instrumen penempatan devisa hasil ekspor sumber daya alam yang sejalan dengan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2023.

“Penguatan Harmonisasi dari Kebijakan Fiskal, moneter dan sektor keuangan juga akan terus dilakukan. Hal ini untuk memperkuat efektivitas bauran kebijakan makro baik di dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan, maupun untuk mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi kita,” tambah Sri Mulyani.

Menkeu memaparkan, indeks nilai tukar USD terhadap mata uang utama yang sering dalam hal ini disebut di DXY pada tanggal 27 Oktober 2023 lalu berada pada tingkat 106,56.

“Ini artinya terjadi penguatan 2,93 year-to-date,” kata Sri Mulyani.

Lebih lanjut dia membeberkan, peningkatan indeks DXY yaitu indeks nilai tukar dolar ini memberi tekanan depresiasi terhadap mata uang counterpartnya, seperti Yen Jepang yang melemah 12,61 persen dan Dollar Australia mengalami depresiasi atau perlemahan 6,72 persen year-to-date.

Adapun depresiasi dari mata uang di negara tetangga Indonesia di ASEAN, salah satunya Ringgit Malaysia sebesar 7,82 persen dan Baht Thailand 4,39 persen year-to-date.

Ringgit Malaysia Ambrol, Nyaris Sentuh Level Terendah Sejak 1998

Sebelumnya, mengutip Bloomberg, Selasa (31/10/2023) Ringgit Malaysia telah berada di dekat level terlemahnya sejak tahun 1998, jatuh hampir 8 persen terhadap dolar Amerika Serikat (USD) tahun ini.

Pekan lalu, Ringgit Malaysia turun menjadi 4,7958 per dolar AS, menandai nilai terlemah dalam lebih dari 25 tahun.

Penembusan titik terendah tahun 1998 di 4,8850 per dolar akan membawanya ke rekor terendah.

Investor Ringgit Malaysia kini berharap bank sentral negara tersebut akan mengambil tindakan untuk mendukung Ringgit.

Hal ini membuat keputusan kebijakan Bank Negara Malaysia (BNM) pada hari Kamis menjadi fokus, terutama setelah bank sentral Indonesia (BI) dan Filipina baru-baru ini menaikkan suku bunga untuk mendukung mata uang mereka.

Meskipun Bloomberg Economics memperkirakan tidak ada perubahan dalam suku bunga kebijakan BNM, beberapa analis memperkirakan bank sentral akan mengumumkan langkah-langkah lain untuk menyelematkan Ringgit.

“Mungkin ada beberapa kebingungan yang menunjukkan bahwa BNM mewaspadai pergerakan Ringgit yang menyimpang terlalu jauh dari fundamental dan bersifat spekulatif,” kata Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Ltd di Singapura.

BNM juga diprediksi dapat memberlakukan beberapa batasan sementara pada posisi valas, dan insentif untuk memarkir deposit valas dan investasi masuk, katanya.

 

Suku Bunga

Sejak bulan Juli 2023, BNM telah mempertahankan suku bunga utama sebesar 3 persen. Langkah ini menempatkannya pada rekor diskon relatif terhadap batas atas suku bunga Fed Funds, yang membuatnya kurang menarik bagi investor berbasis dolar untuk membeli aset-aset dalam mata Ringgit.

“(Bagi Malaysia) sejumlah faktor mendukung penahanan tersebut, termasuk inflasi yang kembali mendekati rata-rata jangka panjang,” menurut Tamara Henderson, ekonom Asia Tenggara di Bloomberg Economics.

“Kenaikan suku bunga tidak akan mengubah sentimen Ringgit. Namun, hal ini akan menambah hambatan pertumbuhan akibat kebijakan fiskal (Malaysia) yang lebih ketat dan melemahnya permintaan global,” tambah dia.