Presiden Jokowi Beli 3 Sapi Untuk Berkurban Dari Peternakan Di Wonogiri

Presiden Jokowi Beli 3 Sapi Untuk Berkurban Dari Peternakan Di Wonogiri

Sapi milik petani Wonogiri yang dibeli Presiden Jokowi, Sabtu (15/6/2024). (Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng)
Sapi milik petani Wonogiri yang dibeli Presiden Jokowi, Sabtu (15/6/2024). (Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng)

Wonogiri – Tiga sapi milik petani Kecamatan Girimarto, Wonogiri dibeli Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk kurban 2024. Sapi-sapi itu akan dikirim untuk kurban di lokasi yang berbeda-beda.

Tiga sapi yang dibeli Jokowi itu milik Sutikno, peternak sapi asal Desa Waleng, Kecamatan Girimarto. Sapi itu akan dijadikan hewan kurban di Semarang, Solo dan Wonogiri.

“Iya (dibeli Presiden Jokowi), ada tiga sapi jenis simental. Beratnya di atas satu ton semua,” kata Sutikno kepada wartawan Sabtu (15/6/2024).

Rita, seorang pegawai kandang milik Sutikno, mengatakan tiga sapi memiliki berat di atas 1 ton. Sapi-sapi itu dirawat di kandang Sutikno sejak dua tahun lalu.

“Saat itu belum sampai 1 ton, baru sekitar 700 kilogram. Beli dari petani, dibesarkan disini,” ungkap dia.

Sebelum dibeli Presiden Jokowi, kata Rita, proses survei telah dilakukan sejak satu bulan sebelumnya. Staf Kepresidenan berulangkali berkunjung ke kandang.

“Awalnya survei dulu. Dicek kesehatannya, proses lab juga. Sudah akan mulai dikirimkan hari ini ke masjid yang menjadi tujuan,” kata Rita.

Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Sekretariat Daerah (Setda) Wonogiri Mursid Suroto mengatakan akan ada bantuan kemasyarakatan (Banmas) Presiden berupa sapi di Wonogiri. Hewan kurban itu akan diserahkan ke wilayah Kelurahan Gesing, Kecamatan Kismantoro.

Selain bantuan sapi, kata dia, ada bantuan lainnya. Diantaranya bantuan rumah tidak layak huni (RTLH) dan jamban.

“Sapinya datangnya malam sebelum kurban,” kata Mursid.

Kabag Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Wonogiri Rujito mengatakan sapi bantuan dari Presiden itu dikirim ke Masjid Ar Raudhoh, Kelurahan Gesing, Kecamatan Kismantoro.

“Alasan dipilihnya wilayah itu karena yang kurban di wilayah itu belum banyak. Selain itu juga masih ada masalah kemiskinan,” kata Rujito.