Jakarta – Menlu RI Retno Marsudi bersama Menlu negara OKI melakukan sejumlah pertemuan di markas besar PBB dengan Menlu China, Sekjen PBB, hingga menghadiri pertemuan di DK PBB yang membahas tentang Gaza. Dalam pertemuan di DK PBB, Menlu Retno sempat menyoroti ancaman PM Israel yang menyebut akan melanjutkan operasi militer ketika gencatan senjata berakhir.
“Saya menghadiri berbagai pertemuan di markas PBB terkait Gaza, yaitu bertemu dengan Menlu China, sebagai pemegang Presidensi DK PBB bersama dengan Menlu Arab Saudi, Yordania, Mesir, Qatar, Persatuan Emirat Arab, Turki, Malaysia, dan Sekjen Liga Arab,” kata Retno, kepada wartawan, melalui YouTube MoFA Indonesia, Kamis (29/11/2023).
Di markas PBB, Retno juga bertemu dengan Sekjen PBB, menghadiri Peringatan International Day of Solidarity with the Palestinian People, dan hadir dalam High-Level Debate on Gaza di DK PBB. Selain itu Retno juga melakukan pertemuan bilateral dengan Lord Ahmad of Wimbledon, Menteri Negara Inggris untuk PBB.
Retno mengatakan saat ini Menlu China sedang memegang Presidensi DK PBB. Pertemuan DK PBB tersebut juga dipimpin oleh Menlu China. Dalam pertemuan dengan Menlu China, Retno mengatakan saat ini Indonesia memiliki pandangan sama mengenai pentingnya mengirimkan pesan yang kuat dari pertemuan DK untuk menekankan kembali pentingnya gencatan senjata, akses tanpa hambatan terhadap bantuan kemanusiaan, dan juga pentingnya dimulainya proses perdamaian.
Baca juga: Surat Habib Rizieq untuk Munajat 212, Ungkap Alasan Tak Hadir
“Secara khusus dalam pertemuan dengan Menlu China saya sampaikan bahwa perhatian juga harus diberikan ke Tepi Barat, di mana kekerasan terus terjadi dan semakin meningkat, bahkan ketika masa truce dijalankan. Dan angka tahanan yang dibebaskan oleh Israel hampir sama jumlahnya dengan warga Palestina yang baru ditangkap di Tepi Barat,” kata Retno.
“Dalam kaitan inilah pesan kuat harus keluar dari DK PBB hari ini dan penghentian kekerasan dan kekejaman harus dilakukan sekarang,” sambungnya.
Selanjutnya, setelah melakukan pertemuan dengan Menlu China, Retno bersama para menlu negara OKI, melakukan pertemuan dengan Sekjen PBB. Retno mengatakan, para menlu negara OKI menekankan pentingnya dikeluarkan resolusi DK PBB yang lebih kuat, dengan fokus utama mengenai masalah kemanusiaan.
“Isu penting terkait gencatan senjata kembali disampaikan. Dan dibahas pula mengenai penjajakan pembukaan akses lain pengiriman bantuan kemanusiaan, dan pentingnya penyederhanaan pengecekan keamanan agar bantuan kemanusiaan dapat lebih cepat tersalurkan karena memang kebutuhannya sangat mendesak,” kata Retno.
Baca juga: Habib Rizieq Puji Menlu Retno soal Konsistensi Bela Kemerdekaan Palestina
Selanjutnya dalam pertemuan di DK PBB, Retno dan sejumlah Menlu negara OKI menunjukkan dukungan terhadap Palestina. Hal ini merupakan bagian dari tindak lanjut mandat Pemimpin OKI dalam KTT di Riyadh 11 November lalu untuk menggunakan semua upaya guna mencari penyelesaian situasi di Gaza.
Retno pada pertemuan di DK PBB tersebut kembali menyampaikan posisi Indonesia dalam membela keadilan dan kemanusiaan di Palestina. Retno juga menyampaikan kekhawatirannya atas situasi di Gaza dan meningkatnya serangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat.
“Di dalam pembacaan statement nasional atau posisi nasional, di awal pidato saya menyampaikan bahwa saya hadir kembali di pertemuan DK PBB karena saya ingin berada di sisi yang benar dari sejarah, yaitu membela keadilan dan kemanusiaan bagi Palestina,” kata Retno.
Baca juga: Seruan Habib Rizieq Shihab soal Pemilu dan Palestina di Munajat 212
Retno juga mempertanyakan jumlah tawanan yang dibebaskan Israel dengan warga Palestina yang kembali ditangkap oleh Israel. “Apabila jumlah tawanan yang dibebaskan Israel sama banyaknya atau kurang lebih sama banyaknya dengan penangkapan baru di Tepi Barat, pertanyaannya adalah apa gunanya?” ujarnya.
Lebih lanjut, Retno mengatakan menyambut baik adanya gencatan senjata sementara yang kini berlangsung. Namun Indonesia menilai hal ini tidak cukup karena belum ada penyelesaian perdamaian yang berkesinambungan.
“Indonesia menyambut baik truce yang berlangsung saat ini, namun pertanyaannya adalah apakah ini cukup? Indonesia berpendapat bahwa hal ini tidak cukup, karena humanitarian pause masih terlalu sempit dan rapuh untuk betul-betul membuat situasi Gaza lebih baik secara berkesinambungan,” kata Retno.
Retno menyinggung pernyataan PM Israel yang menyebut akan melanjutkan operasi militer setelah gencatan senjata sementara berakhir. Retno meminta agar DK PBB mencegah hal tersebut.
“Saya kutip pernyataan PM Netanyahu yang mengatakan bahwa operasi militer akan dilakukan kembali dengan kekuatan penuh pada saat truce selesai. Saya sampaikan saya tidak dapat memahami pernyataan semacam ini. Saya juga tidak bisa memahami jika DK PBB membiarkan ancaman terhadap kemanusiaan ini pada akhirnya menjadi kenyataan. DK PBB harus dapat mencegah agar kekerasan tidak terulang kembali di Gaza,” kata Retno.
Karena itu, Retno meminta DK PBB melakukan pentingnya pemberian bantuan kemanusiaan tanpa hambatan ke seluruh wilayah Gaza dan dapat termonitor dengan baik. Kedua, penghormatan terhadap hukum internasional, termasuk hukum humaniter internasional, yang harus betul-betul dilakukan.
“Ketiga, pentingnya gencatan senjata yang permanen untuk mengakhiri semua kekejaman,” ujar Retno.
Di akhir pernyataan, Retno kembali menegaskan bahwa bangsa Palestina memiliki hak untuk merdeka berdasarkan two-state solution. Menurutnya, saat ini adalah saat yang tepat untuk memulai kembali proses perdamaian tersebut.
“Dan mengingat hari ini kita peringati Hari Solidaritas Internasional dengan Rakyat Palestina, maka kita jangan menutup mata atau tinggal diam terhadap perjuangan rakyat Palestina,” katanya.