Ratusan Mahasiswa dan Warga Sabang Kembali Demo Tolak Pengungsi Rohingnya

Ratusan Mahasiswa dan Warga Sabang Kembali Demo Tolak Pengungsi Rohingnya

Mahasiswa dan masyarakat Sabang berunjukrasa di depan Dermaga CT1 BPKS, Kota Sabang, Selasa (18/12/2023). Mereka menolak pengungsi etnis Rohingya ditempatkan di kota wisata itu.

“Kami bersama elemen mahasiswa dan masyarakat akan terus mengawal kasus Rohingnya ini, dan apabila tidak segera dipindahkan kami akan kembali melakukan aksi protes,” tegasnya.

Beritamega4d.com,SABANG – Gelombang kedatangan para pengungsi Rohingnya di Kota Sabang, Aceh pada 2 Desember 2023 lalu terus menimbulkan polemik.

Pasalnya, warga Sabang masih terus menolak kedatangan etnis Rohingya tersebut.

Bahkan kali ini, ratusan mahasiswa bersama masyarakat kembali menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Simpang Garuda, Kota Sabang, Senin (18/12/2023).

Pantauan di lokasi, mereka sudah berkumpul di bundaran Simpang Garuda Sabang sejak pukul 16.00 WIB.

Selain melakukan orasi, peserta aksi juga membawa spanduk berisikan protes.

Di antaranya bertuliskan “Masyarakat jangan menjadi pengkhianat, usut semua masyarakat lokal yang menjadi agen perdagangan manusia,” demikian salah satu isi spanduk tersebut.

Amatan Beritamega4d.com usai berorasi di lokasi awal, para pendemo melakukan long march  menuju ke lokasi tempat pengungsi Rohingya ditampung sementara di dermaga CT-1 BPKS.

Aksi ini untuk melanjutkan orasi, mendesak agar pemerintah mengambil sikap memindahkan Rohingnya dari Kota Sabang.

Sementara itu, Koordinator Lapangan, M Alfin N mengatakan penolakan ini melibatkan berbagai unsur di antaranya datang dari kalangan pemuda, mahasiswa, kaum ibu-ibu hingga para orang tua.

Lanjutnya, ia menjelaskan ada tiga tuntutan yang disuarakan di antaranya pertama, mendesak UNHCR dan IOM untuk segera memindahkan etnis Rohingya dari Aceh khususnya kota Sabang.

Kemudian, mengusut tuntas penyeludupan oleh oknum – oknum yang memasukkan etnis Rohingya ke Aceh khususnya kota Sabang.

Terakhir, mengusut tuntas penjarahan barang, yang menjadi barang bukti negara di kapal Rohingnya.

“Kami bersama elemen mahasiswa dan masyarakat akan terus mengawal kasus Rohingnya ini, dan apabila tidak segera dipindahkan kami akan kembali melakukan aksi protes,” tegasnya.

Di kesempatan yang terpisah Samsul (60), salah satu warga yang melakukan unjuk rasa menyayangkan sikap pemerintah yang tidak tegas, sehingga mereka yang terlibat memanfaatkan kebaikan rakyat Indonesia khususnya Aceh.

“Membantu mereka sewajarnya, berikan makanan, minuman, berikan bahan bakar untuk kapal mereka,” kata Samsul.

“Tapi jangan biarkan mereka di sini, biarkan mereka melanjutkan perjalanannya,” tegasnya.

Ia pun meminta Pemerintah Aceh, untuk mengusir imigran Rohingya yang terus berdatangan ke Aceh.

“Saat ini, lebih banyak masyarakat lokal yang lebih membutuhkan bantuan pemerintah dibandingkan imigran Rohingya yang terus-terusan datang dan membuat onar,”pungkasnya.

Lebih lanjut, ia juga meminta para penegak hukum agar fokus pada dugaan adanya perdagangan manusia.(*)

 

Tak Mau Kecolongan Pengungsi Rohingya, Nelayan Bireuen Turun Tangan Lakukan Patroli di Laut

Tak Mau Kecolongan Pengungsi Rohingya, Nelayan Bireuen Turun Tangan Lakukan Patroli di Laut

BERITAMEGA4D.COM - Membludaknya pengungsi Rohingya di Aceh rupanya membuat warga lokal merasa khawatir. Kini untuk mengantisipasi kedatangan perahu pengangkut ratusan pengungsi Rohingya, para nelayan Bireuen kompak melakukan patroli di laut.

BERITAMEGA4D.COM – Membludaknya pengungsi Rohingya di Aceh rupanya membuat warga lokal merasa khawatir. Kini untuk mengantisipasi kedatangan perahu pengangkut ratusan pengungsi Rohingya, para nelayan Bireuen kompak melakukan patroli di laut.

Dilansir dari mega4dnews, hal itu diungkapkan oleh Ketua DPD Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Bireuen, Badruddin Yunus, pada Senin (11/12). Menurut Yunus, warga tak bisa berbuat banyak terhadap ratusan pengungsi yang telah mendarat.

Namun menurutnya para nelayan bisa patroli sebagai upaya untuk mencegah para pengungsi Rohingya mendarat di Bireuen. Adapun patroli tersebut dilakukan para nelayan sembari melaut. “Kalau mereka sudah mendarat, para nelayan tidak bisa mencegah lagi, para nelayan hanya mampu mencegah sebisa mungkin agar mereka tidak mendarat di kawasan Bireuen,” kata Badruddin.

Pasalnya apabila dalam patroli tersebut para nelayan bertemu dengan kapal Rohingya, para nelayan diminta untuk membantu apa yang bisa dibantu untuk mereka. Namun tidak dengan pendaratan di Bireuen.

Yunus mengatakan, kini masih ada kapal yang diduga pengungsi Rohingya di laut lepas. Keberadaan kapal pengangkut pengungsi Rohingya itu pun masih terus dipantau ke mana arahnya.

Asal-usul Rohingya dan Alasan Mereka Mengungsi

Asal-usul Rohingya dan Alasan Mereka Mengungsi

Pengungsi Rohingya di Aceh

Medan – Dalam kurun waktu 14-21 November 2023 ada 1.084 pengungsi Rohingya yang datang ke Sabang, Aceh. Mereka datang dengan menumpangi kapal milik warga Bangladesh.

Badan Pengungsi PBB (UNHCR), melaporkan bahwa per 31 Oktober 2023, lebih dari sejuta pengungsi Rohingya pergi ke berbagai negara untuk mencari perlindungan.

Pengungsi Rohingya tidak hanya mengungsi ke Indonesia, sejarahnya Rohingya telah mengungsi ke beberapa negara untuk mencari perlindungan.

Lantas siapa itu pengungsi Rohingya dan kenapa mereka melarikan diri? Dilansir beritamega4d.com, berikut ulasan lengkapnya.

Baca juga : Tentang Pulau Galang, Daerah yang Disebut Jadi Opsi Pengungsi Rohingya

Tentang Pulau Galang, Daerah yang Disebut Jadi Opsi Pengungsi Rohingya

Baca juga : 4 Kelakuan Buruk Pengungsi Rohingya Aceh, Buang Bantuan-Kabur dari Kam

Rohingya dari Negara Mana?

Dikutip dari beritamega4d.com, Rohingya merupakan suatu kelompok etnis Muslim yang hidup di Myanmar selama berabad-abad lamanya. Mereka adalah kaum minoritas, dikarenakan penduduk Myanmar mayoritas memeluk agama Buddha.

Hal itu yang membuat pemerintah Myanmar menyangkal kewarganegaraan Rohingya dan mengecualikan mereka dari sensus tahun 2014. Pemerintah menganggap bahwa Rohingya adalah imigran ilegal dari Bangladesh.

Selama di Myanmar, Rohingya menjadi populasi Muslim terbesar di sana dengan jumlah penduduk sekitar satu juta jiwa pada awal 2017. Sebagian besar warga Rohingya hidup di negara bagian Myanmar yaitu Rakhine.

Sejarah Etnis Rohingya

Merangkum arsip beritamega4d.com, masyarakat Rohingya adalah penghuni daerah Arakan yang dipimpin oleh Raja Suleiman Shah pada tahun 1420. Raja Suleiman Shah ini sebelumnya adalah raja Buddhis bernama Narameikhla.

Sayangnya kerajaan tersebut diambil alih kuasa oleh Raja Myanmar pada tahun 1784 dan tahun 1824 Arakan menjadi koloni Inggris. Rohingya mengalami masa buruk ketika dijajah oleh Inggris dan berlanjut sampai penjajahan Jepang yang menyerang Burma atau Myanmar pada tahun 1942.

Setelah Myanmar merdeka pada 1948, terjadi ketegangan antara pemerintah dengan Rohingya. Warga Rohingya ditolak untuk menjadi warga negara Burma dan terjadi pengucilan terhadap mereka.

Rohingya Mendapat Perlakuan Buruk
Dikarenakan Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan di Myanmar, hal itu yang kemudian membuat Rohingya mendapatkan berbagai perlakuan buruk dari warga setempat. Mereka mengalami pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan, dan ancaman lainnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Rohingya keluar dari Myanmar untuk menghindari kekerasan komunal oleh pasukan keamanan. Rohingya mengalami aksi kekerasan besar-besaran pada 25 Agustus 2017 di Rakhine.

3 Alasan Rohingya Melarikan diri dari Bangladesh

1. Masalah Keamanan di Bangladesh
Kondisi keamanan kamp Cox’s Bazar diketahui banyak terjadi penculikan, pemerasan, pembunuhan, penembakan, dan serangan.

Menurut laporan Human Rights Watch 2023, bahwa terdapat geng kriminal dan afiliasi kelompok bersenjata Islamis yang menyerang kamp pengungsi pada malam hari. Bahkan menurut kepolisian Bangladesh, tahun ini sedikitnya 60 orang Rohingya terbunuh di kamp Cox’s Bazar.

2. Kurangnya Sumber Makanan
Menurut salah satu pendiri aktivis Free Rohingya Coalition, bahwa Program Pangan Dunia atau WFP telah memotong jatah makanan para pengungsi pada awal tahun ini.

Warga Rohingya hanya mendapatkan jatah sebesar 8 dolar atau sekitar Rp124.000 untuk satu orang selama satu bulan. Hal itu menyulitkan mereka bertahan karena makanan adalah sumber hidupnya.

3. Sulit Mengakses Pekerjaan dan Pendidikan
Pengungsi Rohingya di Bangladesh mendapatkan batasan dalam mengakses pekerjaan dan pendidikan di sana.

Mereka tidak diizinkan untuk bekerja atau bersekolah yang layak karena pihak pemerintah tidak ingin mereka berintegrasi ke masyarakat umum. Bahkan kaum Rohingya dilarang untuk belajar bahasa Bengali, bahasa masyarakat Bangladesh.

Baca juga : Rohingya Asalnya dari Mana? Ini Alasan Mereka Melarikan Diri & Mengungs

Dilansir dari beritamega4d.com, pihak militer Myanmar melakukan aksi brutalnya dengan menghancurkan desa warga Rohingya dan menewaskan ribuan korban.

Peristiwa tersebut mendapat perhatian PBB dan menganggap bahwa adanya niat genosida terhadap Rohingya. Meskipun begitu pemerintah Myanmar menolak tuduhan tersebut sehingga International Criminal Court (ICC) mengadakan penyelidikan atas kasus ini.

Kemudian dari peristiwa tersebut, mayoritas warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh pada tahun 2017. Dilansir dari beritamega4d.com, ternyata selama mengungsi di sana, kehidupan Rohingya masih sama saja mengalami kesulitan dalam berbagai aspek.

Hal itu yang membuat mereka melarikan diri lagi dari Bangladesh untuk mencari perlindungan negara lain.

Artikel terkait : COVID-19 di Malaysia Naik Hampir 2 Kali Lipat dalam Sepekan, Tembus 6 Ribu Kasus