Dalam update Al-Jazeera, Rabu malam, disebutkan bagaimana angka korban terus bertambah menembus 10.500 orang. Dari BeritaMega4D.com International dilaporkan bagaimana Israel mengklaim telah menghancurkan ratusan terowongan bawah tanah Hamas.
Di sisi lain, BeritaMega4D.com International menyebut bagaimana warga Gaza berbondong-bondong mengibarkan bendera putih, saat muncul perintah evakuasi dilakukan Israel. Berikut rangkuman BeritaMega4D.com Indonesia:
10.569 Warga Gaza Tewas
Angka korban di Gaza terus bertambah. Dari data terbaru Kementerian Kesehatan Gaza, 10.568 orang tewas karena serangan Israel sementara 4.324 luka-luka.
Dari keseluruhan korban, sebagian besar adalah anak-anak dan wanita. Namun hingga kini, Israel mengatakan tak akan melakukan gencatan senjata.
Sementara itu, lebih dari 155 orang telah terbunuh dan 2.250 orang terluka di Tepi Barat. Di Israel sendiri, 1.400 orang tewas dan lebih dari 7.198 orang terluka.
Israel Hancurkan Terowongan Hamas
Israel mengklaim telah menghancurkan 130 terowongan di Gaza. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan hal tersebut merupakan jumlah total selama operasi militer dilakukan di wilaya Palestina itu.
Dalam serangkaian postingan di media sosial, juru bicara IDF Daniel Hagari membagikan rekaman video yang menunjukkan sejumlah kehancuran. Sayangnya laporan itu belum bisa diverivikasi secara independen.
Diketahui, Hamas telah menghabiskan waktu puluhan tahun untuk membangun terowongan bawah tanah tersebut. Terowongan itu diyakini berdiri sepanjang lebih dari 300 mil.
Anak-Anak Gaza Kelaparan
Sementara itu, Al-Jazeera memuat bagaimana anak-anak di Gaza menghadapi kelaparan, penyakit, dan dehidrasi. Anak-anak yang selamat dari bombardir Israel menghadapi risiko kematian paling tinggi.
“Situasinya sangat buruk. Warga sipil, terutama anak-anak, terus menanggung akibat paling berat dari kekerasan yang sedang berlangsung,” kata Alexandra Saieh dari Save the Children, berbicara dari Washington, AS.
“Minggu lalu, Save the Children memperingatkan bahwa jumlah total anak-anak yang terbunuh hanya dalam beberapa minggu di Gaza lebih tinggi dibandingkan jumlah tahunan anak-anak yang terbunuh dalam seluruh konflik jika digabungkan sejak tahun 2019,” tegasnya mengumumkan bahkan setelah data diriliş 1.000 anak lainnya telah terbunuh.
“Kami tahu lebih dari 1.000 anak hilang atau terjebak di bawah reruntuhan dan hampir tidak ada cara untuk menyelamatkan mereka,” kata Saieh.
“Jika kita tidak melakukan gencatan senjata, jumlahnya akan terus bertambah buruk,” tambahnya.
Netanyahu Keukeuh Tak Ada Gencatan Senjata
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu kembali menolak prospek gencatan senjata di Gaza. Komentar ini muncul di tengah laporan adanya “perundingan untuk menghentikan sementara pertempuran”.
“Saya ingin mengesampingkan segala macam rumor palsu yang kami dengar dari berbagai arah, dan menegaskan kembali satu hal yang jelas,” katanya.
“Tidak akan ada gencatan senjata tanpa pembebasan sandera kami,” ujarnya lagi.
Gerbang Penyebrangan Rafah Ditutup
Pintu penyebrangan Rafah kini ditutup. Padahal gerbang itu penning bagi warga Gaza, Palestina menyelamatkan diri.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel tidak memberikan rincian tambahan mengenai penyebab pasti penutupan penyeberangan antara Gaza dan Mesir tersebut. Namun keamanan disebut menjadi penyebab.
“Harapan AS adalah ketika situasi [keamanan] teratasi, penyeberangan akan dibuka secara berkala untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza dan memungkinkan warga negara asing dan orang lain untuk meninggalkan Gaza,” katanya.
Ratusan Staf Kongres AS Mogok Minta Gencatan Senjata
Lebih dari 100 staf Kongres AS melakukan aksi mogok kerja untuk menuntut gencatan senjata Para staf berjaga di depan gedung US Capitol dan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka “tidak lagi nyaman untuk berdiam diri”.
Baca Juga : Hizbullah Warning, Perang Israel di Gaza Jadi Perang Regional
“Konstituen kami memohon gencatan senjata, dan kami adalah staf yang menjawab seruan mereka,” kata mereka.
“Sebagian besar bos kami di Capitol Hill tidak mendengarkan orang-orang yang mereka wakili. Kami menuntut para pemimpin kami angkat bicara,” tambahnya.
Jajak pendapat Data for Progress yang dirilis pada 20 Oktober menunjukkan 66% pemilih AS menginginkan Presiden Joe Biden menyerukan gencatan senjata. Diketahui 80% anggota Partai Demokrat mendukung langkah tersebut.
Namun pemerintahan Biden menolak tekanan untuk mendukung seruan gencatan senjata. Ia malah mengatakan pihaknya berupaya untuk mendapatkan “jeda kemanusiaan” dalam pertempuran tersebut.
Hanya segelintir legislator di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS yang menyerukan gencatan senjata meskipun dukungan terhadap jeda kemanusiaan semakin meningkat. Pekan lalu, Dick Durbin menjadi senator AS pertama yang menyerukan gencatan senjata.
Seruan Gencatan Senjata di Gaza Makin Kencang
Bukan hanya di AS, peruan gencatan senjata juga kencang di Inggris. Persatuan Organisasi Muslim (UMO) Walsall mendesak pemerintah Inggris dan para pemimpin dunia untuk memfasilitasi gencatan senjata segera di Gaza setelah lebih dari sebulan serangan Israel ke wilayah tersebut.
Baca juga : Thailand Minta Iran Bantu Pembebasan Warganya yang Disandera Hamas
“Untuk mendukung seruan gencatan senjata, sejumlah organisasi yang merupakan bagian dari UMO akan mengibarkan bendera Palestina pada 11 November dan berencana untuk mempertahankannya setidaknya selama seminggu, atau sampai gencatan senjata tercapai,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Warga Gaza Kibarkan Bendera Putih
Warga Gaza mengibarkan bendera putih dan memegang kertas identitas, Tabu. Ini dilakukan saat meraka berbondong-bondong mengikuti perintah Israel untuk pindah dari wilayah utara ke selatan.
Video dari lokasi kejadian, termasuk yang dipublikasikan oleh militer Israel, menunjukkan sejumlah warga Palestina menuju ke selatan. Termasuk anak-anak, wanita dan orang lanjut usia.
Berbicara kepada BeritaMega4D.com International, para pengungsi mengatakan mereka telah berjalan berjam-jam. Beberapa dari mereka tidak membawa apa-apa selain botol air, sementara yang lain membawa bendera putih, menandakan harapan mereka untuk perjalanan yang aman.
“Saya membawa tanda pengenal saya karena saya diberitahu bahwa itu (jalan) akan aman, saya tidak tahu apakah saya akan diizinkan masuk atau tiba di selatan,” katanya.
“Saya adalah penduduk lingkungan Al-Shejaiya… Kami melihat kematian dengan mata kepala sendiri, lantai meledak dari bawah kami. Saya hanya punya satu putra dan tiga putri, saya tidak bisa berjalan, kemana kami harus pergi? Tidak ada rumah, tidak ada makanan, tidak ada air; mereka tidak meninggalkan apa pun kepada kami,” kata Zaher, ibu empat anak.
Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, sekitar 5.000 orang melarikan diri ke Gaza selatan dengan berjalan kaki selama empat jam pada hari Senin. Israel telah mengklaim membuka “koridor kemanusiaan” selama empat jam setiap hari bagi warga Gaza untuk bergerak ke selatan.
PBB Sebut Israel Lakukan Kejahatan Perang
Pelapor khusus PBB mengenai hak atas perumahan yang layak telah memperingatkan bahwa pemboman “sistematis” Israel terhadap perumahan dan fasilitas sipil adalah ilegal. Ini merujuk hukum kemanusiaan internasional.
“Tindakan seperti itu merupakan kejahatan perang dan jika ditujukan terhadap penduduk sipil, maka tindakan tersebut juga merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata Balakrishnan Rajagopal dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Al Jazeera.
Ia menambahkan bahwa bahkan ketika para pejuang berlindung di perumahan sipil, seperti yang dituduhkan Israel dalam serangannya terhadap kamp pengungsi Jabalia, bangunan-bangunan tersebut masih bukan target yang sah.
Menurut PBB, Israel telah menghancurkan 45% dari seluruh unit perumahan di Gaza sejak 7 Oktober dan membuat sekitar 1,5 juta orang mengungsi di dalam negeri.
Generator Cadangan di RS Indonesia Kehabisan Bahan Bakar
Fasilitas medis di Gaza utara akan berhenti berfungsi karena bahan bakar untuk generator cadangannya akan habis dalam satu hari. Kabar ini disampaikan oleh direktur fasilitas tersebut.
“Generator akan kehabisan bahan bakar dalam 24 jam,” kata Atef al-Kahlout. Ia mengatakan, generator utama di rumah sakit tersebut sudah mati.
“Jika rumah sakit tidak mendapat pasokan bahan bakar dalam 24 jam ke depan, operasinya akan terhenti total,” katanya.
Direktur Rumah Sakit Indonesia tersebut mengimbau PBB, WHO dan ICRC untuk melakukan intervensi guna mengamankan jalur yang aman bagi warga Palestina yang terluka untuk diangkut ke Jalur Gaza bagian selatan, dan dari sana ke Mesir untuk mendapatkan perawatan.
Menteri G7 Warning Iran
Para menteri luar negeri dari G7 telah memperingatkan Iran tentang peningkatan eskalasi selama perang Israel di Gaza, dan mengatakan bahwa Teheran harus mengendalikan kelompok bersenjata sekutunya.
“Kami menyerukan Iran untuk menahan diri memberikan dukungan kepada Hamas dan mengambil tindakan lebih lanjut yang mengganggu stabilitas Timur Tengah, termasuk dukungan kepada Hizbullah Lebanon dan aktor non-negara lainnya, dan menggunakan pengaruhnya terhadap kelompok-kelompok tersebut untuk meredakan ketegangan regional,” kata para menteri dalam pernyataan bersama setelah pembicaraan di Jepang.
Iran telah muncul sebagai salah satu negara yang paling vokal menentang pemboman Israel di Gaza, dan telah memperingatkan Israel dan sekutu terdekatnya bahwa perang dapat meluas ke AS.
Israel Serang Palang Merah International
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyatakan terkejut atas serangan Israel ke konvoinya pada Selasa. Dua truk rusak dan seorang pengemudi terluka ringan ketika konvoi ICRC yang membawa pasokan medis yang menyelamatkan nyawa ke fasilitas kesehatan dilalap api.
“Kami sangat menekankan bahwa konvoi kemanusiaan, konvoi medis, fasilitas dan personel mendapat perlindungan khusus berdasarkan hukum humaniter internasional,” kata juru bicara ICRC Alyona Synenko.
“Hukum humaniter internasional mengatakan bahwa fasilitas sipil, infrastruktur penting, warga sipil harus dibedakan dari objek militer, personel militer. Kami telah berbicara dengan pihak-pihak tersebut dan kami telah menyerukan secara terbuka untuk menghormati hukum humaniter internasional, karena jumlah korban kemanusiaan dalam konflik yang kita lihat saat ini di lapangan sangatlah mengejutkan,” tegasnya.