Lukas Enembe Meniggal, Jenazah Akan Dibawa ke Papua

Lukas Enembe Meniggal, Jenazah Akan Dibawa ke Papua

Mantan Gubernur Papua Lukas Enembe meninggal dunia

Jakarta – Mantan Gubernur Papua Lukas Enembe meninggal dunia. Pengacara Lukas Enembe, Petrus Bala Pattyona, mengatakan jenazah Lukas Enembe akan dibawa ke Papua.

“Masih rundingan keluarga, yang pasti beliau akan dibawa (ke) Papua,” kata Petrus kepada beritamega4d.com, Selasa (26/12/2023).

Jenazah Lukas Enembe saat ini masih berada di ruang Paviliun Kartika RSPAD. Saat ini tengah persiapan untuk dipindahkan ke rumah duka.

“Kami masih di dalam kamar perawatan menunggu persiapan untuk dipindahkan untuk ke rumah duka RSPAD untuk disemayamkan,” kata Petrus.

Petrus mengatakan Lukas sebelumnya tengah dirawat di RSPAD. Dia menyebut Lukas didiagnosis menderita gagal ginjal.

“Sudah lama sedang sidang-sidang Oktober, (didiagnosis) gagal ginjal,” ujarnya.

Lukas Enembe Meninggal Dunia

Papua Lukas Enembe meninggal dunia. Lukas meninggal dunia siang tadi.

“Benar, pukul 10.45 WIB,” kata Dirut RSPAD Budi Sulistya kepada beritamega4d.com.

Ratusan Mahasiswa dan Warga Sabang Kembali Demo Tolak Pengungsi Rohingnya

Ratusan Mahasiswa dan Warga Sabang Kembali Demo Tolak Pengungsi Rohingnya

Mahasiswa dan masyarakat Sabang berunjukrasa di depan Dermaga CT1 BPKS, Kota Sabang, Selasa (18/12/2023). Mereka menolak pengungsi etnis Rohingya ditempatkan di kota wisata itu.

“Kami bersama elemen mahasiswa dan masyarakat akan terus mengawal kasus Rohingnya ini, dan apabila tidak segera dipindahkan kami akan kembali melakukan aksi protes,” tegasnya.

Beritamega4d.com,SABANG – Gelombang kedatangan para pengungsi Rohingnya di Kota Sabang, Aceh pada 2 Desember 2023 lalu terus menimbulkan polemik.

Pasalnya, warga Sabang masih terus menolak kedatangan etnis Rohingya tersebut.

Bahkan kali ini, ratusan mahasiswa bersama masyarakat kembali menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Simpang Garuda, Kota Sabang, Senin (18/12/2023).

Pantauan di lokasi, mereka sudah berkumpul di bundaran Simpang Garuda Sabang sejak pukul 16.00 WIB.

Selain melakukan orasi, peserta aksi juga membawa spanduk berisikan protes.

Di antaranya bertuliskan “Masyarakat jangan menjadi pengkhianat, usut semua masyarakat lokal yang menjadi agen perdagangan manusia,” demikian salah satu isi spanduk tersebut.

Amatan Beritamega4d.com usai berorasi di lokasi awal, para pendemo melakukan long march  menuju ke lokasi tempat pengungsi Rohingya ditampung sementara di dermaga CT-1 BPKS.

Aksi ini untuk melanjutkan orasi, mendesak agar pemerintah mengambil sikap memindahkan Rohingnya dari Kota Sabang.

Sementara itu, Koordinator Lapangan, M Alfin N mengatakan penolakan ini melibatkan berbagai unsur di antaranya datang dari kalangan pemuda, mahasiswa, kaum ibu-ibu hingga para orang tua.

Lanjutnya, ia menjelaskan ada tiga tuntutan yang disuarakan di antaranya pertama, mendesak UNHCR dan IOM untuk segera memindahkan etnis Rohingya dari Aceh khususnya kota Sabang.

Kemudian, mengusut tuntas penyeludupan oleh oknum – oknum yang memasukkan etnis Rohingya ke Aceh khususnya kota Sabang.

Terakhir, mengusut tuntas penjarahan barang, yang menjadi barang bukti negara di kapal Rohingnya.

“Kami bersama elemen mahasiswa dan masyarakat akan terus mengawal kasus Rohingnya ini, dan apabila tidak segera dipindahkan kami akan kembali melakukan aksi protes,” tegasnya.

Di kesempatan yang terpisah Samsul (60), salah satu warga yang melakukan unjuk rasa menyayangkan sikap pemerintah yang tidak tegas, sehingga mereka yang terlibat memanfaatkan kebaikan rakyat Indonesia khususnya Aceh.

“Membantu mereka sewajarnya, berikan makanan, minuman, berikan bahan bakar untuk kapal mereka,” kata Samsul.

“Tapi jangan biarkan mereka di sini, biarkan mereka melanjutkan perjalanannya,” tegasnya.

Ia pun meminta Pemerintah Aceh, untuk mengusir imigran Rohingya yang terus berdatangan ke Aceh.

“Saat ini, lebih banyak masyarakat lokal yang lebih membutuhkan bantuan pemerintah dibandingkan imigran Rohingya yang terus-terusan datang dan membuat onar,”pungkasnya.

Lebih lanjut, ia juga meminta para penegak hukum agar fokus pada dugaan adanya perdagangan manusia.(*)

 

Polisi Tetapkan Marco Karundeng, Anggota Laskar Manguni sebagai Tersangka Provokator Kerusuhan di Bitung

Polisi Tetapkan Marco Karundeng, Anggota Laskar Manguni sebagai Tersangka Provokator Kerusuhan di Bitung

Ditreskrimsus Polda Kaltim menangkap Marco Karundeng (M), provokator berbau SARA yang memicu kerusuhan di Bitung, Sulawesi Utara (Sulut) Sabtu, 25 November 2023.
Ditreskrimsus Polda Kaltim menangkap Marco Karundeng (M), provokator berbau SARA yang memicu kerusuhan di Bitung, Sulawesi Utara (Sulut) Sabtu, 25 November 2023.
Beritamega4d.com—Ditreskrimsus Polda Kaltim akhirnya menangkap Marco Karundeng (M), yang diduga sebagai provokator berbau SARA yang memicu kerusuhan di Bitung, Sulawesi Utara (Sulut) yang terjadi hari Sabtu, 25 November 2023.

Aparat menangkap anggota Laskar Manguni ini dan selanjutnya menetapkan nya sebagai tersangka atas dugaan ujaran kebencian yang berbau SARA. Saat ini ia ditahan dan menjalani pemeriksaan intensif di Mapolda Kaltim.

Kabid Humas Polda Kaltim, Kombes Pol. Yusuf Sutedjo, melalui Kasubid Penmas Polda Kaltim, AKBP I Nyoman Wijaya, menjelaskan bahwa tersangka M bukan melarikan diri dari Bitung, Sulawesi Utara, melainkan sedang bekerja di sebuah kapal yang beroperasi di wilayah Kota Samarinda saat ditangkap oleh polisi.

“Iya, jadi Marco Karundeng tidak lari dari Bitung, Sulut ke daerah asalnya Kaltim. Namun, yang bersangkutan memang sedang bekerja di sebuah kapal laut di daerah Samarinda pada saat diamankan,” jelasnya, dilansir dari beritasatu, Ahad (4/12/2023).

Tangkapan layar ujaran kebencian tersangka di medsos yang tersebar

Menurut aparat, Marco Karundeng ditangani oleh tim Siber Kepolisian Daerah (Polda) Kalimantan Timur (Kaltim) dan proses hukum padanya tengah berlangsung.

Diketahui, pasca kerusuhan netizen ramai ‘memburu’ keberadaan Marco atas statusnya di akun Facebook terkait insiden di Kota Bitung. Dalam statusnya yang viral, ia sempat mengincar orang yang memakai hijab dan kopiah sebagai target buruan.

Tangkapan layar statusyang dibuatnya secara cepat tersebar luas dan membuat gerak warganet mencari jejaknya. Marco dituding sebagai provokator massa Aksi Bela Palestina dan kelompok pro-Israel yang akhirnya menimbulkan kerusuhan dan korban jiwa.*

BLT El Nino 2023 Bantuan Khusus Rp400 Ribu Cair, Simak Penerima via HP di cekbansos.kemensos.go.id

BLT El Nino 2023 Bantuan Khusus Rp400 Ribu Cair, Simak Penerima via HP di cekbansos.kemensos.go.id

JAKARTA, Beritamega4d.com - Menanggapi bencana kekeringan yang dipicu oleh fenomena El Nino, Pemerintah mengambil langkah proaktif dengan meluncurkan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT).

JAKARTA, Beritamega4d.com – Menanggapi bencana kekeringan yang dipicu oleh fenomena El Nino, Pemerintah mengambil langkah proaktif dengan meluncurkan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Dengan total anggaran yang mencapai Rp7,52 triliun, program BLT El Nino ini dirancang untuk memberikan dukungan finansial langsung kepada keluarga yang terdampak.

Menteri Sosial Tri Rismaharini menyatakan bahwa 18,8 juta keluarga akan mendapatkan manfaat dari program ini, yang dibiayai melalui alokasi tambahan dari Kementerian Keuangan.

 Pemerintah dalam upayanya untuk distribusi yang efisien dan cepat, telah menunjuk PT Pos Indonesia sebagai kanal distribusi utama.

Keputusan ini didasarkan pada kemampuan PT Pos dalam menjangkau wilayah yang luas di Indonesia dan kecepatan penyaluran yang dapat diandalkan, sehingga memastikan bantuan dapat tuntas sebelum akhir tahun.

“BLT El Nino kami usulkan melalui PT Pos. Kami berani dua bulan karena dengan PT Pos itu lebih cepat supaya tuntas sebelum akhir tahun ini,” kata Risma dikutip dari beritamega4d.com, Selasa (7/11/2023).

Program BLT El Nino 2023 menyediakan bantuan sebesar Rp 400.000 untuk setiap Keluarga Penerima Manfaat (KPM), dengan total penerima sebanyak 18,8 juta KPM.

Bantuan ini akan disalurkan untuk periode November dan Desember 2023, dan penyalurannya dilakukan dalam satu transfer tunggal oleh Kementerian Sosial.

Penerima BLT El Nino dipilih berdasarkan data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS), dan masyarakat dapat mengecek status penerimaan melalui situs resmi atau aplikasi “Cek Bansos”.

Cara Mengecek Penerima BLT El Nino Menggunakan Handphone

  1. Melalui Laman Kemensos
  2. Akses situs cekbansos.kemensos.go.id.
  3. Pilih provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan.
  4. Ketikkan nama penerima manfaat sesuai KTP.
  5. Masukkan kode verifikasi.
  6. Klik “CARI DATA” untuk melihat status penerimaan BLT.

Lewat Aplikasi Cek Bansos

  1. Unduh aplikasi “Cek Bansos” dari App Store atau Play Store.
  2. Buat akun baru dan isi data yang diperlukan.
  3. Setelah verifikasi, masuk dengan username dan kata sandi.
  4. Pilih “Cek Bansos” dan lengkapi data.
  5. Klik “Cari Data” untuk mengetahui status penerimaan.

Program BLT El Nino 2023 ini merupakan upaya penting dari pemerintah dalam merespons dampak fenomena El Nino dan membantu masyarakat yang terdampak kekeringan.

Melalui distribusi yang efisien dan proses cek penerima yang mudah diakses, program ini diharapkan bisa memberikan dampak positif yang signifikan bagi keluarga-keluarga di Indonesia yang membutuhkan.

Tak Mau Kecolongan Pengungsi Rohingya, Nelayan Bireuen Turun Tangan Lakukan Patroli di Laut

Tak Mau Kecolongan Pengungsi Rohingya, Nelayan Bireuen Turun Tangan Lakukan Patroli di Laut

BERITAMEGA4D.COM - Membludaknya pengungsi Rohingya di Aceh rupanya membuat warga lokal merasa khawatir. Kini untuk mengantisipasi kedatangan perahu pengangkut ratusan pengungsi Rohingya, para nelayan Bireuen kompak melakukan patroli di laut.

BERITAMEGA4D.COM – Membludaknya pengungsi Rohingya di Aceh rupanya membuat warga lokal merasa khawatir. Kini untuk mengantisipasi kedatangan perahu pengangkut ratusan pengungsi Rohingya, para nelayan Bireuen kompak melakukan patroli di laut.

Dilansir dari mega4dnews, hal itu diungkapkan oleh Ketua DPD Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Bireuen, Badruddin Yunus, pada Senin (11/12). Menurut Yunus, warga tak bisa berbuat banyak terhadap ratusan pengungsi yang telah mendarat.

Namun menurutnya para nelayan bisa patroli sebagai upaya untuk mencegah para pengungsi Rohingya mendarat di Bireuen. Adapun patroli tersebut dilakukan para nelayan sembari melaut. “Kalau mereka sudah mendarat, para nelayan tidak bisa mencegah lagi, para nelayan hanya mampu mencegah sebisa mungkin agar mereka tidak mendarat di kawasan Bireuen,” kata Badruddin.

Pasalnya apabila dalam patroli tersebut para nelayan bertemu dengan kapal Rohingya, para nelayan diminta untuk membantu apa yang bisa dibantu untuk mereka. Namun tidak dengan pendaratan di Bireuen.

Yunus mengatakan, kini masih ada kapal yang diduga pengungsi Rohingya di laut lepas. Keberadaan kapal pengangkut pengungsi Rohingya itu pun masih terus dipantau ke mana arahnya.

Rohingya Asalnya dari Mana? Ini Alasan Mereka Melarikan Diri & Mengungsi

Rohingya Asalnya dari Mana? Ini Alasan Mereka Melarikan Diri & Mengungsi

Rohingya

Jakarta – Ratusan Rohingya kembali berdatangan dan terdampar di wilayah pantai Sabang. Sejak November 2023, tercatat sudah lebih dari 1.000 warga Rohingya mengungsi ke Aceh.

Tidak hanya ke Indonesia, menurut sejarahnya Rohingya telah mengungsi ke beberapa negara untuk mencari perlindungan. Badan Pengungsi PBB (UNHCR), melaporkan bahwa per 31 Oktober 2023, lebih dari sejuta pengungsi Rohingya pergi ke berbagai negara untuk mencari perlindungan.

Lantas siapakah Rohingya itu? Mengapa mereka melarikan diri

Baca juga : 4 Kelakuan Buruk Pengungsi Rohingya Aceh, Buang Bantuan-Kabur dari Kamp

Etnis Rohingya dari Negara Mana?

Dikutip dari BBC News, Rohingya merupakan suatu kelompok etnis Muslim yang hidup di Myanmar selama berabad-abad lamanya. Mereka adalah kaum minoritas, dikarenakan penduduk Myanmar mayoritas memeluk agama Buddha.

Hal itu yang membuat pemerintah Myanmar menyangkal kewarganegaraan Rohingya dan mengecualikan mereka dari sensus tahun 2014. Pemerintah menganggap bahwa Rohingya adalah imigran ilegal dari Bangladesh.

Selama di Myanmar, Rohingya menjadi populasi Muslim terbesar di sana dengan jumlah penduduk sekitar satu juta jiwa pada awal 2017. Sebagian besar warga Rohingya hidup di negara bagian Myanmar yaitu Rakhine.

Sejarah Etnis Rohingya

Merangkum arsip beritamega4d.com, masyarakat Rohingya adalah penghuni daerah Arakan yang dipimpin oleh Raja Suleiman Shah pada tahun 1420. Raja Suleiman Shah ini sebelumnya adalah raja Buddhis bernama Narameikhla.

Baca juga : Pulau Galang Jadi Opsi Penampungan Pengungsi Rohingya, Wawalkot Batam: Siap

Sayangnya kerajaan tersebut diambil alih kuasa oleh Raja Myanmar pada tahun 1784 dan tahun 1824 Arakan menjadi koloni Inggris. Rohingya mengalami masa buruk ketika dijajah oleh Inggris dan berlanjut sampai penjajahan Jepang yang menyerang Burma atau Myanmar pada tahun 1942.

Setelah Myanmar merdeka pada 1948, terjadi ketegangan antara pemerintah dengan Rohingya. Warga Rohingya ditolak untuk menjadi warga negara Burma dan terjadi pengucilan terhadap mereka.

Rohingya Mendapat Perlakuan Buruk

Dikarenakan Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan di Myanmar, hal itu yang kemudian membuat Rohingya mendapatkan berbagai perlakuan buruk dari warga setempat. Mereka mengalami pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan, dan ancaman lainnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Rohingya keluar dari Myanmar untuk menghindari kekerasan komunal oleh pasukan keamanan. Rohingya mengalami aksi kekerasan besar-besaran pada 25 Agustus 2017 di Rakhine.

Dilansir dari beritamega4d.com, pihak militer Myanmar melakukan aksi brutalnya dengan menghancurkan desa warga Rohingya dan menewaskan ribuan korban.

Peristiwa tersebut mendapat perhatian PBB dan menganggap bahwa adanya niat genosida terhadap Rohingya. Meskipun begitu pemerintah Myanmar menolak tuduhan tersebut sehingga International Criminal Court (ICC) mengadakan penyelidikan atas kasus ini.

Kemudian dari peristiwa tersebut, mayoritas warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh pada tahun 2017. Dilansir dari beritamega4d.com, ternyata selama mengungsi di sana, kehidupan Rohingya masih sama saja mengalami kesulitan dalam berbagai aspek.

Hal itu yang membuat mereka melarikan diri lagi dari Bangladesh untuk mencari perlindungan negara lain.

Alasan Rohingya Melarikan Diri

Selama di Bangladesh, kehidupan Rohingya tetaplah sulit karena kekurangan makanan, masalah keamanan, masalah pendidikan, dan tidak adanya kesempatan kerja disana.

Berikut alasan Rohingya melarikan diri dari Bangladesh:

1. Masalah Keamanan di Bangladesh
Kondisi keamanan kamp Cox’s Bazar diketahui banyak terjadi penculikan, pemerasan, pembunuhan, penembakan, dan serangan.

Menurut laporan Human Rights Watch 2023, bahwa terdapat geng kriminal dan afiliasi kelompok bersenjata Islamis yang menyerang kamp pengungsi pada malam hari. Bahkan menurut kepolisian Bangladesh, tahun ini sedikitnya 60 orang Rohingya terbunuh di kamp Cox’s Bazar.

2. Kurangnya Sumber Makanan
Menurut salah satu pendiri aktivis Free Rohingya Coalition, bahwa Program Pangan Dunia atau WFP telah memotong jatah makanan para pengungsi pada awal tahun ini.

Warga Rohingya hanya mendapatkan jatah sebesar 8 dolar atau sekitar Rp124.000 untuk satu orang selama satu bulan. Hal itu menyulitkan mereka bertahan karena makanan adalah sumber hidupnya.

3. Sulit Mengakses Pekerjaan dan Pendidikan
Pengungsi Rohingya di Bangladesh mendapatkan batasan dalam mengakses pekerjaan dan pendidikan di sana.

Mereka tidak diizinkan untuk bekerja atau bersekolah yang layak karena pihak pemerintah tidak ingin mereka berintegrasi ke masyarakat umum. Bahkan kaum Rohingya dilarang untuk belajar bahasa Bengali, bahasa masyarakat Bangladesh.

4 Kelakuan Buruk Pengungsi Rohingya Aceh, Buang Bantuan-Kabur dari Kamp

4 Kelakuan Buruk Pengungsi Rohingya Aceh, Buang Bantuan-Kabur dari Kamp

Kelakuan Buruk Pengungsi Rohingya di Aceh

Aceh – Berbagai tindak kekerasan yang diterima etnis Rohingya di Myanmar mendorong mereka mengungsi ke sejumlah negara. Indonesia, lebih tepatnya Aceh, menjadi tujuan utama pelarian mereka.

Akan tetapi, akhir-akhir ini, warga Aceh malah semakin getol menolak kedatangan mereka. Dari kabar terbaru, warga setempat sampai membongkar tenda tempat penampungan para pengungsi Rohingya.

Mungkin terlihat kurang manusiawi. Namun demikian, bukan tanpa alasan pengungsi Rohingya ditolak di Aceh. Fakta di lapangan menunjukkan, warga negara Rohingya ternyata berperilaku buruk yang lantas meresahkan masyarakat Aceh.

Baca juga : Asal-usul Rohingya dan Alasan Mereka Mengungsi

Beragam Kelakuan Buruk Pengungsi Rohingya di Aceh

Rasa kasihan terhadap pengungsi Rohingya yang menantang maut menuju Aceh menjadi sirna lantaran kelakuan buruk mereka. Dihimpun dari arsip berita beritamega4d.com, berikut rangkuman informasi tentang beragam kelakuan buruk pengungsi Rohingya di Aceh.

1. Buang Bantuan Warga ke Laut

potret pengungsi Rohingya

Ketibaan pengungsi Rohingya di Aceh mula-mulanya disambut baik oleh warga setempat. Mereka diberi bantuan berupa air mineral dan nasi bungkus. Akan tetapi, seolah tak bersyukur, mereka malah membuang bantuan warga ke laut.

Kejadian tersebut terjadi saat rombongan yang terdiri dari 249 imigran Rohingya tiba di Desa Pulo Pineung Meunasah Dua, Bireuen, Aceh. Masyarakat menolak para imigran turun ke daratan.

Kendati disuruh pergi, masyarakat dari Desa Pulo Pineung Meunasah Dua tetap memberikan sejumlah bantuan. Hanya saja, bantuan tersebut malah dibuang ke laut usai para imigran Rohingya tersebut dilarang turun dari kapal.

“Tadi mereka kita bantu kita berikan nasi, mie instan, air mineral, beras dan lainnya. Awalnya mereka menolak yang kita kasih dan beras sama Indomie dibuang ke laut,” kata Kapolsek Jangka Ipda Novizal saat dimintai konfirmasi beritamega4d.com, Kamis (16/11/2023).

2. Kabur dari Kamp Pengungsian

pengungsi Rohingya di Sabang
pengungsi Rohingya di Sabang

Sejumlah imigran etnis Rohingya diketahui pernah mencoba melarikan diri dari kamp pengungsian. Berdasarkan keterangan polisi, aksi mereka itu kerap dilakukan usai difasilitasi orang-orang yang menyewa kendaraan, sopir hingga arah tujuan.

Diberitakan beritamega4d.com, sebanyak 12 imigran Rohingya pernah mencoba kabur dari kamp penampungan sementara di Ladong, Aceh Besar, Aceh. Mereka diciduk saat hendak menaiki mobil dengan tujuan ke Medan, Sumut.

Sebelum kejadian di Aceh Besar tersebut, 28 imigran Rohingya yang ditampung di UPTD Dinas Sosial di Ladong, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, juga pernah melarikan diri. Imigran-imigran tersebut kabur dengan memanjat pohon dan tembok.

“Benar ada 28 pengungsi Rohingya kabur. Mereka lari dengan cara memanjat pohon dan menggapai tembok. Saat ini kami dibantu warga masih melakukan pencarian,” kata Kabid Humas Polda Aceh Kombes Joko Krisdiyanto kepada wartawan, Senin (13/3).

Bahkan, sebagian besar imigran Rohingya yang tiba di Aceh sebenarnya merupakan mereka yang kabur dari kamp pengungsian di Bangladesh. Hasil penyelidikan polisi menunjukkan, para pengungsi tersebut sengaja membayar kapal orang Bangladesh untuk berlayar ke Indonesia.

“Ini hasil dari penyelidikan kita. Mereka membiayai dengan membayar kapal dengan awak kapalnya orang Bangladesh, masuk ke Indonesia tanpa prosedur yang resmi sehingga ini bisa dikategorikan sebagai penyelundupan manusia,” jelas Kapolda Aceh Irjen Achmad Kartiko kepada wartawan di Mapolda Aceh, (30/11).

Baca juga : Pulau Galang Jadi Opsi Penampungan Pengungsi Rohingya, Wawalkot Batam: Siap

3. Tidak Mematuhi Norma dan Adat Masyarakat Setempat

Sejumlah imigran etnis Rohingya beristirahat setelah terdampar di Desa Pasi Beurandeh, Kecamatan Batee, Kabupaten Pidie, Aceh, Rabu (15/11/2023). Sebanyak 146 orang imigran etnis Rohingya yang terdiri dari 44 orang laki-laki, 61 orang perempuan dan 41 orang anak-anak terdampar di pantai Desa Pasi Beurandeh.
Pengungsi Rohingya

Tidak ada asap jika tidak ada api. Warga Aceh bukan tanpa sebab mengusir kedatangan pengungsi Rohingya. Pemicu utama penolakan tersebut adalah karena sikap dan perilaku buruk dari imigran Rohingya yang pernah terdampar sebelumnya.

“Salah satu alasan penolakan yang berkembang, karena imigran Rohingya yang pernah terdampar sebelumnya berperilaku kurang baik dan tidak patuh pada norma-norma masyarakat setempat,” kata Kabid Humas Polda Aceh Kombes, Joko Krisdiyanto, dalam keterangan kepada wartawan.

Disebutkan pula oleh Kapolres Lhokseumawe AKBP, Henki Ismanto, para pengungsi Rohingya tidak mematuhi adat serta syariat Islam yang diterapkan di Aceh.

“Para pengungsi yang melarikan diri, tidak menjaga kebersihan, dan tidak mengindahkan syariat Islam dan adat di kalangan masyarakat,” terang Henki.

4. Memperkosa Anak di Bawah Umur

Petugas Inafis dari Polresta Banda Aceh dan Polres Kabupaten Aceh Besar mengambil foto imigran etnis Rohingya di tempat penampungan sementara UPTD Dinas Sosial Aceh Rumoh Seujahtera Beujroh Meukaya Ladong, Aceh Besar, Aceh, Jumat (17/2/2023). Sebanyak 62 orang imigran etnis Rohingya yang  terdampar di pantai Desa Lampanah Leugah, Aceh Besar pada Kamis (16/2/2023), dipindahkan ke tempat tempat penampungan sementara UPTD Dinas Sosial Aceh Rumoh Seujahtera Beujroh Meukaya Ladong, Aceh Besar, Aceh.
pengungsi Rohingya

Kelakuan buruk pengungsi Rohingya tidak hanya sebatas kabur dari kamp pengungsian dan membuang bantuan warga. Seorang warga negara Rohingya ditangkap polisi setelah diduga telah memperkosa anak di bawah umur.

Pelaku yang berinisial RU melancarkan aksi kejinya di kamp penampungan sementara di Padang Tiji, Pidie, Aceh. Ia ditangkap usai orang tua korban melapor ke pos pengamanan.

“Pelaku memperkosa korban di bilik tempat korban tinggal. Pelaku mengancam korban dengan sebilah pisau untuk diam,” kata Kasat Reskrim Polres Pidie Iptu, Rangga Setyadi, saat dimintai konfirmasi beritamega4d.com, Senin (4/7).

Sementara itu, korban dibawa ke RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli untuk dilakukan pemeriksaan.

“Pemeriksaan awal dengan didampingi penerjemah yang ditunjuk pihak UNHCR, pelaku mengakui benar ia telah melakukan pelecehan seksual terhadap korban,” jelas Rangga.

Pulau Galang Jadi Opsi Penampungan Pengungsi Rohingya, Wawalkot Batam: Siap

Pulau Galang Jadi Opsi Penampungan Pengungsi Rohingya, Wawalkot Batam: Siap

Foto: Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad.

Batam – Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyebut Pulau Galang, Batam Kepulauan Riau (Kepri) bisa jadi opsi penampungan pengungsi Rohingya. Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad mengaku siap jika memang opsi itu menjadi kebijakan pemerintah pusat.

“Pemerintah kabupaten kota adalah penyelenggara negara di lini terbawah, artinya kalau negara sudah memiliki kebijakan terkait pengungsi Rohingya diberikan dukungan dan negara memutuskan Batam (sebagai tempat penampungan) dan disambut gagasan pak wakil presiden tentunya kami pemerintah daerah siap melaksanakan itu,” kata Amsakar, Rabu (6/12/2023).

Baca juga : Tentang Pulau Galang, Daerah yang Disebut Jadi Opsi Pengungsi Rohingya

Amsakar menyebut pihaknya siap menjadi tempat penampungan pengungsi Rohingya karena Batam punya pengalaman penanganan pengungsi Vietnam. Selain itu Batam juga punya pengalaman penanganan COVID-19 dengan dibangunnya Rumah Sakit Khusus infeksi (RSKI) di Pulau Galang.

“Saya sampaikan bahwa Batam cukup punya pengalaman untuk tugas kemanusiaan. Mulai dari penampungan pengungsi Vietnam, penanganan COVID-19 yang sempat pro kontra terkait pembangunan RSKI tapi Alhamdulillah bisa berjalan dengan baik,” ujarnya.

Amsakar menerangkan pihaknya siap menampung pengungsi Rohingya dengan pertimbangan kemanusiaan. Ia juga menjelaskan hal itu sesuai amanat nasional Indonesia.

“Ini adalah tugas kemanusiaan dan mengambil peran untuk masyarakat dunia. Dan itu jadi bagian politik Indonesia serta salah satu bagian tujuan nasional Kita. Menjaga ketertiban umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjaga ketertiban umum. Indonesia dalam sejarah kemanusiaan ini banyak peran dan luar biasa membantu persoalan dunia Dan bagaimana kita bisa hadir di persoalan dunia internasional ,” terangnya.

“Intinya jika ada kebijakan pemerintah pusat kita komunikasi secara bijak. Karena kita bicara nurani pada hakikatnya nurani setiap orang ingin membantu sesama manusia,” tambahnya.

Disinggung terkait potensi konflik yang akan timbul terkait wacana Pulau Galang Batam dijadikan tempat pengungsian, Amsakar menyebut itu bisa diatasi jika sudah jadi kebijakan pemerintah pusat.

“Potensi konflik yang akan terjadi, kalau dia sudah jadi kebijakan negara dari persoalan A hingga Z pasti sudah dipagari. Kemungkinan risiko terburuk akan dipersiapkan langkah antisipasi dilakukan,” ujarnya.

Sebelumnya, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menekankan pemerintah akan mencarikan solusi terbaik soal pengungsi Rohingya. Ma’ruf menyebutkan pemerintah segera mengambil langkah-langkah terkait itu.

“Oleh karena ini ada solusi-solusi yang pas dan masyarakat kita juga dan penempatannya dimana. Dulu juga pernah kita menjadikan Pulau Galang untuk pengungsi Vietnam, nanti kita akan bicarakan lagi apa akan seperti itu, saya kira pemerintah akan mengambil langkah-langkah,” kata Ma’ruf Selasa (5/12/2023) dilansir beritamega4d.com.

“Oleh karena ini ada solusi-solusi yang pas dan masyarakat kita juga dan penempatannya dimana. Dulu juga pernah kita menjadikan Pulau Galang untuk pengungsi Vietnam, nanti kita akan bicarakan lagi apa akan seperti itu, saya kira pemerintah akan mengambil langkah-langkah,” ujarnya

Tentang Pulau Galang, Daerah yang Disebut Jadi Opsi Pengungsi Rohingya

Tentang Pulau Galang, Daerah yang Disebut Jadi Opsi Pengungsi Rohingya

Mengenal Pulau Galang Batam

Batam – Buntut permasalahan pengungsi Rohingya di Aceh berujung pada dijadikannya Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau (Kepri), sebagai opsi tempat penampungan.

Gagasan dari Wakil Presiden Ma’ruf Amin itu disambut baik oleh Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad. Dirinya mengaku siap jika memang opsi itu menjadi kebijakan pemerintah pusat.

“Pemerintah kabupaten kota adalah penyelenggara negara di lini terbawah. Artinya, kalau negara sudah memiliki kebijakan terkait pengungsi Rohingya diberikan dukungan dan negara memutuskan Batam (sebagai tempat penampungan) dan disambut gagasan pak wakil presiden, tentunya kami pemerintah daerah siap melaksanakan itu,” kata Amsakar, Rabu (6/12/2023).

Adapun Pulau Galang yang ada di Kepri tersebut dulunya juga pernah menjadi tempat penampungan para manusia perahu. Dilansir dari arsip beritamega4d.com dan sumber lainnya, simak rangkuman informasi tentang Pulau Galang berikut ini.

Baca juga : Pulau Galang Jadi Opsi Penampungan Pengungsi Rohingya, Wawalkot Batam: Siap

Lokasi Pulau Galang Batam

Disebutkan dalam Pulau Galang sebagai Penampungan Pengungsi Vietnam oleh Bunari (2017), berdasarkan cerita rakyat yang beredar di masyarakat, galang memiliki arti ‘landasan’.

Pulau Galang terletak di Kepulauan Riau dengan luas sekitar 80 km persegi. Pulau ini hanya berjarak 7 km dari Pulau Batam.

Wilayahnya merupakan gabungan dari tiga pulau, yakni Batam, Rempang, dan Galang. Ketiganya dihubungkan dengan sebuah jembatan yang dikenal dengan nama Jembatan Barelang.

Jembatan tersebut dibangun pada 1992-1998. Membentang sejauh 54 km, Jembatan Barelang merupakan buah tangan dari mendiang Presiden BJ Habibie dan menjadi ikon wilayah tersebut hingga saat ini.

Sejarah Singkat Pulau Galang Batam

Pulau Galang sudah dikenal bahkan sejak era Kerajaan Melayu Riau. Masih berdasarkan Bunari (2017), pulau seluas 80 km persegi tersebut mulanya dikenal sebagai “pulau para Lanun”.

Julukan tersebut erat kaitannya dengan konflik antara kolonial Belanda dan Kerajaan Melayu Riau pada peristiwa tahun 1784 dan 28 Juni 1837.

Catatan sejarah menunjukkan pula bahwa pulau yang pernah ditanami pohon karet ini pernah beberapa kali menjadi sebuah tempat penampungan.

Yang paling pertama adalah sebagai penampungan tentara Jepang pada 1945 sebelum mereka dikembalikan ke negaranya. Kemudian, pada 1979, Pulau Galang menjadi tempat pengungsian para manusia perahu dari Vietnam.

a. Pulau Galang dan Kampung Vietnam

Peta lokasi kamp pengungsi di Kampung Vietnam,Galang, Batam.
Peta lokasi kamp pengungsi di Kampung Vietnam,Galang, Batam.

Berlangsung saat Presiden Soeharto masih menjabat, beritamega4d memberitakan, mengungsinya orang-orang Vietnam ke berbagai negara dipicu oleh konflik di negara mereka, yakni jatuhnya Saigon dan kemenangan Partai Komunis pada 1975.

Masyarakat Vietnam takut diperlakukan buruk oleh kepemimpinan yang baru sehingga mereka terpaksa mengarungi lautan dengan perahu kayu untuk mencari suaka di berbagai negara.

Beberapa ada yang terdampar ke Malaysia dan Filipina. Sementara itu, ada pula yang tiba di Indonesia.

Pada kedatangan pertama, setidaknya ada 97 warga negara Vietnam yang terdampar. Oleh penduduk setempat, mereka pun ditampung. Hanya saja, jumlah warga Vietnam yang tiba semakin banyak. Dari laporan PBB pada 1979, ada 43.000 manusia perahu masuk ke Indonesia.

Alhasil, atas dasar kemanusiaan, Presiden Soeharto memutuskan untuk memberi izin para pengungsi untuk tinggal di Pulau Galang untuk sementara waktu.

Pemerintah saat itu membangun barak-barak, rumah sakit, sekolah, tempat ibadah, dan pos keamanan di atas lahan seluas 80 ha. Para pengungsi menetap di kawasan tersebut hampir 17 tahun lamanya.

Barulah pada 1996, sekitar 250 ribu pengungsi yang menetap di Pulau Galang dipulangkan kembali ke negara asal mereka.

Adapun lokasi bekas tempat pengungsian warga Vietnam tersebut dijuluki sebagai Kampung Vietnam. Meski sudah ditinggal oleh para pengungsi, wilayah tersebut masih tetap dijaga.

Bahkan, bangunan-bangunan peninggalan Kampung Vietnam kini menjadi wisata sejarah kemanusiaan yang dikelola oleh BP Batam.

b. Menjadi Lokasi Penanganan COVID-19 di Era Presiden Jokowi

Pemerintah akan membangun RS khusus penyakit menular, termasuk virus Corona di Pulau Galang, Kepulauan Riau. RS ini akan merehat bangunan yang sudah ada. (Foto: Agus Siswanto Siagian/beritamega4d.com)

Jika pada masa pemerintahan Soeharto menjadi suaka pengungsi Vietnam, di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi, Pulau Galang juga pernah menjadi lokasi penanganan COVID-19.

Diberitakan beritamega4d.com, gedung bekas rumah sakit yang ada di kampung Vietnam disulap menjadi Rumah Sakit Khusus Infeksi COVID-19.

Setelah beroperasi untuk penanganan COVID-19, RSKI Pulau Galang yang sebelumnya dikelola oleh BNPB RI kini diserahkan pengelolaannya ke Kemenhan pada Desember 2022 lalu.

Selama beroperasi RSKI telah merawat 21 ribu pasien. Sejak Mei 2022, sudah tidak ada lagi pasien yang dirawat di rumah sakit ini.

Asal-usul Rohingya dan Alasan Mereka Mengungsi

Asal-usul Rohingya dan Alasan Mereka Mengungsi

Pengungsi Rohingya di Aceh

Medan – Dalam kurun waktu 14-21 November 2023 ada 1.084 pengungsi Rohingya yang datang ke Sabang, Aceh. Mereka datang dengan menumpangi kapal milik warga Bangladesh.

Badan Pengungsi PBB (UNHCR), melaporkan bahwa per 31 Oktober 2023, lebih dari sejuta pengungsi Rohingya pergi ke berbagai negara untuk mencari perlindungan.

Pengungsi Rohingya tidak hanya mengungsi ke Indonesia, sejarahnya Rohingya telah mengungsi ke beberapa negara untuk mencari perlindungan.

Lantas siapa itu pengungsi Rohingya dan kenapa mereka melarikan diri? Dilansir beritamega4d.com, berikut ulasan lengkapnya.

Baca juga : Tentang Pulau Galang, Daerah yang Disebut Jadi Opsi Pengungsi Rohingya

Tentang Pulau Galang, Daerah yang Disebut Jadi Opsi Pengungsi Rohingya

Baca juga : 4 Kelakuan Buruk Pengungsi Rohingya Aceh, Buang Bantuan-Kabur dari Kam

Rohingya dari Negara Mana?

Dikutip dari beritamega4d.com, Rohingya merupakan suatu kelompok etnis Muslim yang hidup di Myanmar selama berabad-abad lamanya. Mereka adalah kaum minoritas, dikarenakan penduduk Myanmar mayoritas memeluk agama Buddha.

Hal itu yang membuat pemerintah Myanmar menyangkal kewarganegaraan Rohingya dan mengecualikan mereka dari sensus tahun 2014. Pemerintah menganggap bahwa Rohingya adalah imigran ilegal dari Bangladesh.

Selama di Myanmar, Rohingya menjadi populasi Muslim terbesar di sana dengan jumlah penduduk sekitar satu juta jiwa pada awal 2017. Sebagian besar warga Rohingya hidup di negara bagian Myanmar yaitu Rakhine.

Sejarah Etnis Rohingya

Merangkum arsip beritamega4d.com, masyarakat Rohingya adalah penghuni daerah Arakan yang dipimpin oleh Raja Suleiman Shah pada tahun 1420. Raja Suleiman Shah ini sebelumnya adalah raja Buddhis bernama Narameikhla.

Sayangnya kerajaan tersebut diambil alih kuasa oleh Raja Myanmar pada tahun 1784 dan tahun 1824 Arakan menjadi koloni Inggris. Rohingya mengalami masa buruk ketika dijajah oleh Inggris dan berlanjut sampai penjajahan Jepang yang menyerang Burma atau Myanmar pada tahun 1942.

Setelah Myanmar merdeka pada 1948, terjadi ketegangan antara pemerintah dengan Rohingya. Warga Rohingya ditolak untuk menjadi warga negara Burma dan terjadi pengucilan terhadap mereka.

Rohingya Mendapat Perlakuan Buruk
Dikarenakan Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan di Myanmar, hal itu yang kemudian membuat Rohingya mendapatkan berbagai perlakuan buruk dari warga setempat. Mereka mengalami pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan, dan ancaman lainnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Rohingya keluar dari Myanmar untuk menghindari kekerasan komunal oleh pasukan keamanan. Rohingya mengalami aksi kekerasan besar-besaran pada 25 Agustus 2017 di Rakhine.

3 Alasan Rohingya Melarikan diri dari Bangladesh

1. Masalah Keamanan di Bangladesh
Kondisi keamanan kamp Cox’s Bazar diketahui banyak terjadi penculikan, pemerasan, pembunuhan, penembakan, dan serangan.

Menurut laporan Human Rights Watch 2023, bahwa terdapat geng kriminal dan afiliasi kelompok bersenjata Islamis yang menyerang kamp pengungsi pada malam hari. Bahkan menurut kepolisian Bangladesh, tahun ini sedikitnya 60 orang Rohingya terbunuh di kamp Cox’s Bazar.

2. Kurangnya Sumber Makanan
Menurut salah satu pendiri aktivis Free Rohingya Coalition, bahwa Program Pangan Dunia atau WFP telah memotong jatah makanan para pengungsi pada awal tahun ini.

Warga Rohingya hanya mendapatkan jatah sebesar 8 dolar atau sekitar Rp124.000 untuk satu orang selama satu bulan. Hal itu menyulitkan mereka bertahan karena makanan adalah sumber hidupnya.

3. Sulit Mengakses Pekerjaan dan Pendidikan
Pengungsi Rohingya di Bangladesh mendapatkan batasan dalam mengakses pekerjaan dan pendidikan di sana.

Mereka tidak diizinkan untuk bekerja atau bersekolah yang layak karena pihak pemerintah tidak ingin mereka berintegrasi ke masyarakat umum. Bahkan kaum Rohingya dilarang untuk belajar bahasa Bengali, bahasa masyarakat Bangladesh.

Baca juga : Rohingya Asalnya dari Mana? Ini Alasan Mereka Melarikan Diri & Mengungs

Dilansir dari beritamega4d.com, pihak militer Myanmar melakukan aksi brutalnya dengan menghancurkan desa warga Rohingya dan menewaskan ribuan korban.

Peristiwa tersebut mendapat perhatian PBB dan menganggap bahwa adanya niat genosida terhadap Rohingya. Meskipun begitu pemerintah Myanmar menolak tuduhan tersebut sehingga International Criminal Court (ICC) mengadakan penyelidikan atas kasus ini.

Kemudian dari peristiwa tersebut, mayoritas warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh pada tahun 2017. Dilansir dari beritamega4d.com, ternyata selama mengungsi di sana, kehidupan Rohingya masih sama saja mengalami kesulitan dalam berbagai aspek.

Hal itu yang membuat mereka melarikan diri lagi dari Bangladesh untuk mencari perlindungan negara lain.

Artikel terkait : COVID-19 di Malaysia Naik Hampir 2 Kali Lipat dalam Sepekan, Tembus 6 Ribu Kasus