Ratusan Mahasiswa Aceh Gruduk Dan Pindah Paksa Pengungsi Rohingya ke Kantor Kanwil Kemenkumham

Ratusan Mahasiswa Aceh Gruduk Dan Pindah Paksa Pengungsi Rohingya ke Kantor Kanwil Kemenkumham

Para pengungsi Rohingnya diangkut dengan menggunakan truk untuk dibawa ke kantor Kanwil Kemenkumham Aceh.

Ratusan mahasiswa dari berbagai universitas di Banda Aceh mengangkut secara paksa pengungsi Rohingya di Balai Meuseuraya Aceh (BMA) ke kantor Kanwil Kemenkumham Aceh, Rabu (27/12).

Ratusan mahasiswa tersebut masuk paksa ke basement gedung Balai Meuseuraya Aceh (BMA), Banda Aceh, tempat 135 pengungsi Rohingya ditampung sementara.

“Pulang! Pulang!” teriak para mahasiswa.

Ratusan mahasiswa tersebut masuk menyerbu para pengungsi yang duduk di pojok bangunan. Sebagian dari mereka bahkan ada yang menendang dan melempar kardus berisi barang bawaan milik para pengungsi Rohingya tersebut.

Kondisi memanas tersebut membuat para imigran sempat histeris ketakutan. Perempuan, anak-anak hingga bayi pengungsi Rohingnya tersebut menangis beramai-ramai.

Setelah peristiwa tersebut, para pengungsi Rohingnya diangkut dengan menggunakan truk untuk dibawa ke kantor Kanwil Kemenkumham Aceh.

Saat ini ratusan pengungsi Rohingya tersebut duduk di halaman kantor Kanwil Kemenkumham Aceh, dan belum diketahui kemana selanjutnya nasib pengungsi Rohingya akan direlokasi.

 

Tuntut Tempat Layak, Rohingya di Balai Meuseraya Aceh Sempat Mogok Makan

Tuntut Tempat Layak, Rohingya di Balai Meuseraya Aceh Sempat Mogok Makan

Foto: Tangkapan layar video pengungsi Rohingya yang ditempatkan sementara di Balai Meuseraya Aceh (BMA) menolak makanan yang dibagikan.

Banda Aceh – Sekitar 120 pengungsi Rohingya yang ditempatkan sementara di Balai Meuseraya Aceh (BMA) sempat melakukan mogok makan sebanyak dua kali. Mereka melakukan aksi itu karena untuk menuntut tempat penampungan yang layak.

“Aksi penolakan makan pertama terjadi saat siang hari (Jumat, 22/12) kemarin, namun setelah dibujuk oleh petugas, mereka mau makan kembali,” kata Kasat Intelkam Polresta Banda Aceh Kompol Suryo Sumatri Darmoyo kepada wartawan, Minggu (24/12/2023).

Saat makan malam, mereka kembali menolak makan. Mereka tampak tidak mau terima nasi bungkus yang dibagikan petugas.

Menurut Suryo, pembagian makan malam dilakukan Yayasan Kemanusiaan Madani Indonesia (YKMI) melalui relawan PMI Banda Aceh. Namun setelah diberikan arahan oleh relawan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI), mereka akhirnya mau menerima nasi yang dibagikan sekitar pukul 21.10 WIB.

“Berdasarkan keterangan dari salah satu warga Rohingya yang berkomunikasi dengan petugas melalui aplikasi translater, mereka (mogok makan karena) menuntut kejelasan penempatan dan hunian yang layak seperti di Camp Bangladesh,” jelas Suryo.

Suryo menjelaskan, seorang pengungsi yang ditempatkan di sana juga mengaku kehilangan sejumlah pakaian miliknya. Setelah dilakukan penggeledahan, satu celana milik Ridwan ditemukan di tas Rohingya lainnya.

“Setelah sempat protes dan mencari selama kurang lebih setengah jam, akhirnya petugas memerintahkan Ridwan untuk mencarinya besok agar tak mengganggu waktu istirahat pengungsi lainnya,” sebutnya.

Ratusan Mahasiswa dan Warga Sabang Kembali Demo Tolak Pengungsi Rohingnya

Ratusan Mahasiswa dan Warga Sabang Kembali Demo Tolak Pengungsi Rohingnya

Mahasiswa dan masyarakat Sabang berunjukrasa di depan Dermaga CT1 BPKS, Kota Sabang, Selasa (18/12/2023). Mereka menolak pengungsi etnis Rohingya ditempatkan di kota wisata itu.

“Kami bersama elemen mahasiswa dan masyarakat akan terus mengawal kasus Rohingnya ini, dan apabila tidak segera dipindahkan kami akan kembali melakukan aksi protes,” tegasnya.

Beritamega4d.com,SABANG – Gelombang kedatangan para pengungsi Rohingnya di Kota Sabang, Aceh pada 2 Desember 2023 lalu terus menimbulkan polemik.

Pasalnya, warga Sabang masih terus menolak kedatangan etnis Rohingya tersebut.

Bahkan kali ini, ratusan mahasiswa bersama masyarakat kembali menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Simpang Garuda, Kota Sabang, Senin (18/12/2023).

Pantauan di lokasi, mereka sudah berkumpul di bundaran Simpang Garuda Sabang sejak pukul 16.00 WIB.

Selain melakukan orasi, peserta aksi juga membawa spanduk berisikan protes.

Di antaranya bertuliskan “Masyarakat jangan menjadi pengkhianat, usut semua masyarakat lokal yang menjadi agen perdagangan manusia,” demikian salah satu isi spanduk tersebut.

Amatan Beritamega4d.com usai berorasi di lokasi awal, para pendemo melakukan long march  menuju ke lokasi tempat pengungsi Rohingya ditampung sementara di dermaga CT-1 BPKS.

Aksi ini untuk melanjutkan orasi, mendesak agar pemerintah mengambil sikap memindahkan Rohingnya dari Kota Sabang.

Sementara itu, Koordinator Lapangan, M Alfin N mengatakan penolakan ini melibatkan berbagai unsur di antaranya datang dari kalangan pemuda, mahasiswa, kaum ibu-ibu hingga para orang tua.

Lanjutnya, ia menjelaskan ada tiga tuntutan yang disuarakan di antaranya pertama, mendesak UNHCR dan IOM untuk segera memindahkan etnis Rohingya dari Aceh khususnya kota Sabang.

Kemudian, mengusut tuntas penyeludupan oleh oknum – oknum yang memasukkan etnis Rohingya ke Aceh khususnya kota Sabang.

Terakhir, mengusut tuntas penjarahan barang, yang menjadi barang bukti negara di kapal Rohingnya.

“Kami bersama elemen mahasiswa dan masyarakat akan terus mengawal kasus Rohingnya ini, dan apabila tidak segera dipindahkan kami akan kembali melakukan aksi protes,” tegasnya.

Di kesempatan yang terpisah Samsul (60), salah satu warga yang melakukan unjuk rasa menyayangkan sikap pemerintah yang tidak tegas, sehingga mereka yang terlibat memanfaatkan kebaikan rakyat Indonesia khususnya Aceh.

“Membantu mereka sewajarnya, berikan makanan, minuman, berikan bahan bakar untuk kapal mereka,” kata Samsul.

“Tapi jangan biarkan mereka di sini, biarkan mereka melanjutkan perjalanannya,” tegasnya.

Ia pun meminta Pemerintah Aceh, untuk mengusir imigran Rohingya yang terus berdatangan ke Aceh.

“Saat ini, lebih banyak masyarakat lokal yang lebih membutuhkan bantuan pemerintah dibandingkan imigran Rohingya yang terus-terusan datang dan membuat onar,”pungkasnya.

Lebih lanjut, ia juga meminta para penegak hukum agar fokus pada dugaan adanya perdagangan manusia.(*)

 

Tak Mau Kecolongan Pengungsi Rohingya, Nelayan Bireuen Turun Tangan Lakukan Patroli di Laut

Tak Mau Kecolongan Pengungsi Rohingya, Nelayan Bireuen Turun Tangan Lakukan Patroli di Laut

BERITAMEGA4D.COM - Membludaknya pengungsi Rohingya di Aceh rupanya membuat warga lokal merasa khawatir. Kini untuk mengantisipasi kedatangan perahu pengangkut ratusan pengungsi Rohingya, para nelayan Bireuen kompak melakukan patroli di laut.

BERITAMEGA4D.COM – Membludaknya pengungsi Rohingya di Aceh rupanya membuat warga lokal merasa khawatir. Kini untuk mengantisipasi kedatangan perahu pengangkut ratusan pengungsi Rohingya, para nelayan Bireuen kompak melakukan patroli di laut.

Dilansir dari mega4dnews, hal itu diungkapkan oleh Ketua DPD Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Bireuen, Badruddin Yunus, pada Senin (11/12). Menurut Yunus, warga tak bisa berbuat banyak terhadap ratusan pengungsi yang telah mendarat.

Namun menurutnya para nelayan bisa patroli sebagai upaya untuk mencegah para pengungsi Rohingya mendarat di Bireuen. Adapun patroli tersebut dilakukan para nelayan sembari melaut. “Kalau mereka sudah mendarat, para nelayan tidak bisa mencegah lagi, para nelayan hanya mampu mencegah sebisa mungkin agar mereka tidak mendarat di kawasan Bireuen,” kata Badruddin.

Pasalnya apabila dalam patroli tersebut para nelayan bertemu dengan kapal Rohingya, para nelayan diminta untuk membantu apa yang bisa dibantu untuk mereka. Namun tidak dengan pendaratan di Bireuen.

Yunus mengatakan, kini masih ada kapal yang diduga pengungsi Rohingya di laut lepas. Keberadaan kapal pengangkut pengungsi Rohingya itu pun masih terus dipantau ke mana arahnya.

Rohingya Asalnya dari Mana? Ini Alasan Mereka Melarikan Diri & Mengungsi

Rohingya Asalnya dari Mana? Ini Alasan Mereka Melarikan Diri & Mengungsi

Rohingya

Jakarta – Ratusan Rohingya kembali berdatangan dan terdampar di wilayah pantai Sabang. Sejak November 2023, tercatat sudah lebih dari 1.000 warga Rohingya mengungsi ke Aceh.

Tidak hanya ke Indonesia, menurut sejarahnya Rohingya telah mengungsi ke beberapa negara untuk mencari perlindungan. Badan Pengungsi PBB (UNHCR), melaporkan bahwa per 31 Oktober 2023, lebih dari sejuta pengungsi Rohingya pergi ke berbagai negara untuk mencari perlindungan.

Lantas siapakah Rohingya itu? Mengapa mereka melarikan diri

Baca juga : 4 Kelakuan Buruk Pengungsi Rohingya Aceh, Buang Bantuan-Kabur dari Kamp

Etnis Rohingya dari Negara Mana?

Dikutip dari BBC News, Rohingya merupakan suatu kelompok etnis Muslim yang hidup di Myanmar selama berabad-abad lamanya. Mereka adalah kaum minoritas, dikarenakan penduduk Myanmar mayoritas memeluk agama Buddha.

Hal itu yang membuat pemerintah Myanmar menyangkal kewarganegaraan Rohingya dan mengecualikan mereka dari sensus tahun 2014. Pemerintah menganggap bahwa Rohingya adalah imigran ilegal dari Bangladesh.

Selama di Myanmar, Rohingya menjadi populasi Muslim terbesar di sana dengan jumlah penduduk sekitar satu juta jiwa pada awal 2017. Sebagian besar warga Rohingya hidup di negara bagian Myanmar yaitu Rakhine.

Sejarah Etnis Rohingya

Merangkum arsip beritamega4d.com, masyarakat Rohingya adalah penghuni daerah Arakan yang dipimpin oleh Raja Suleiman Shah pada tahun 1420. Raja Suleiman Shah ini sebelumnya adalah raja Buddhis bernama Narameikhla.

Baca juga : Pulau Galang Jadi Opsi Penampungan Pengungsi Rohingya, Wawalkot Batam: Siap

Sayangnya kerajaan tersebut diambil alih kuasa oleh Raja Myanmar pada tahun 1784 dan tahun 1824 Arakan menjadi koloni Inggris. Rohingya mengalami masa buruk ketika dijajah oleh Inggris dan berlanjut sampai penjajahan Jepang yang menyerang Burma atau Myanmar pada tahun 1942.

Setelah Myanmar merdeka pada 1948, terjadi ketegangan antara pemerintah dengan Rohingya. Warga Rohingya ditolak untuk menjadi warga negara Burma dan terjadi pengucilan terhadap mereka.

Rohingya Mendapat Perlakuan Buruk

Dikarenakan Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan di Myanmar, hal itu yang kemudian membuat Rohingya mendapatkan berbagai perlakuan buruk dari warga setempat. Mereka mengalami pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan, dan ancaman lainnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Rohingya keluar dari Myanmar untuk menghindari kekerasan komunal oleh pasukan keamanan. Rohingya mengalami aksi kekerasan besar-besaran pada 25 Agustus 2017 di Rakhine.

Dilansir dari beritamega4d.com, pihak militer Myanmar melakukan aksi brutalnya dengan menghancurkan desa warga Rohingya dan menewaskan ribuan korban.

Peristiwa tersebut mendapat perhatian PBB dan menganggap bahwa adanya niat genosida terhadap Rohingya. Meskipun begitu pemerintah Myanmar menolak tuduhan tersebut sehingga International Criminal Court (ICC) mengadakan penyelidikan atas kasus ini.

Kemudian dari peristiwa tersebut, mayoritas warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh pada tahun 2017. Dilansir dari beritamega4d.com, ternyata selama mengungsi di sana, kehidupan Rohingya masih sama saja mengalami kesulitan dalam berbagai aspek.

Hal itu yang membuat mereka melarikan diri lagi dari Bangladesh untuk mencari perlindungan negara lain.

Alasan Rohingya Melarikan Diri

Selama di Bangladesh, kehidupan Rohingya tetaplah sulit karena kekurangan makanan, masalah keamanan, masalah pendidikan, dan tidak adanya kesempatan kerja disana.

Berikut alasan Rohingya melarikan diri dari Bangladesh:

1. Masalah Keamanan di Bangladesh
Kondisi keamanan kamp Cox’s Bazar diketahui banyak terjadi penculikan, pemerasan, pembunuhan, penembakan, dan serangan.

Menurut laporan Human Rights Watch 2023, bahwa terdapat geng kriminal dan afiliasi kelompok bersenjata Islamis yang menyerang kamp pengungsi pada malam hari. Bahkan menurut kepolisian Bangladesh, tahun ini sedikitnya 60 orang Rohingya terbunuh di kamp Cox’s Bazar.

2. Kurangnya Sumber Makanan
Menurut salah satu pendiri aktivis Free Rohingya Coalition, bahwa Program Pangan Dunia atau WFP telah memotong jatah makanan para pengungsi pada awal tahun ini.

Warga Rohingya hanya mendapatkan jatah sebesar 8 dolar atau sekitar Rp124.000 untuk satu orang selama satu bulan. Hal itu menyulitkan mereka bertahan karena makanan adalah sumber hidupnya.

3. Sulit Mengakses Pekerjaan dan Pendidikan
Pengungsi Rohingya di Bangladesh mendapatkan batasan dalam mengakses pekerjaan dan pendidikan di sana.

Mereka tidak diizinkan untuk bekerja atau bersekolah yang layak karena pihak pemerintah tidak ingin mereka berintegrasi ke masyarakat umum. Bahkan kaum Rohingya dilarang untuk belajar bahasa Bengali, bahasa masyarakat Bangladesh.

4 Kelakuan Buruk Pengungsi Rohingya Aceh, Buang Bantuan-Kabur dari Kamp

4 Kelakuan Buruk Pengungsi Rohingya Aceh, Buang Bantuan-Kabur dari Kamp

Kelakuan Buruk Pengungsi Rohingya di Aceh

Aceh – Berbagai tindak kekerasan yang diterima etnis Rohingya di Myanmar mendorong mereka mengungsi ke sejumlah negara. Indonesia, lebih tepatnya Aceh, menjadi tujuan utama pelarian mereka.

Akan tetapi, akhir-akhir ini, warga Aceh malah semakin getol menolak kedatangan mereka. Dari kabar terbaru, warga setempat sampai membongkar tenda tempat penampungan para pengungsi Rohingya.

Mungkin terlihat kurang manusiawi. Namun demikian, bukan tanpa alasan pengungsi Rohingya ditolak di Aceh. Fakta di lapangan menunjukkan, warga negara Rohingya ternyata berperilaku buruk yang lantas meresahkan masyarakat Aceh.

Baca juga : Asal-usul Rohingya dan Alasan Mereka Mengungsi

Beragam Kelakuan Buruk Pengungsi Rohingya di Aceh

Rasa kasihan terhadap pengungsi Rohingya yang menantang maut menuju Aceh menjadi sirna lantaran kelakuan buruk mereka. Dihimpun dari arsip berita beritamega4d.com, berikut rangkuman informasi tentang beragam kelakuan buruk pengungsi Rohingya di Aceh.

1. Buang Bantuan Warga ke Laut

potret pengungsi Rohingya

Ketibaan pengungsi Rohingya di Aceh mula-mulanya disambut baik oleh warga setempat. Mereka diberi bantuan berupa air mineral dan nasi bungkus. Akan tetapi, seolah tak bersyukur, mereka malah membuang bantuan warga ke laut.

Kejadian tersebut terjadi saat rombongan yang terdiri dari 249 imigran Rohingya tiba di Desa Pulo Pineung Meunasah Dua, Bireuen, Aceh. Masyarakat menolak para imigran turun ke daratan.

Kendati disuruh pergi, masyarakat dari Desa Pulo Pineung Meunasah Dua tetap memberikan sejumlah bantuan. Hanya saja, bantuan tersebut malah dibuang ke laut usai para imigran Rohingya tersebut dilarang turun dari kapal.

“Tadi mereka kita bantu kita berikan nasi, mie instan, air mineral, beras dan lainnya. Awalnya mereka menolak yang kita kasih dan beras sama Indomie dibuang ke laut,” kata Kapolsek Jangka Ipda Novizal saat dimintai konfirmasi beritamega4d.com, Kamis (16/11/2023).

2. Kabur dari Kamp Pengungsian

pengungsi Rohingya di Sabang
pengungsi Rohingya di Sabang

Sejumlah imigran etnis Rohingya diketahui pernah mencoba melarikan diri dari kamp pengungsian. Berdasarkan keterangan polisi, aksi mereka itu kerap dilakukan usai difasilitasi orang-orang yang menyewa kendaraan, sopir hingga arah tujuan.

Diberitakan beritamega4d.com, sebanyak 12 imigran Rohingya pernah mencoba kabur dari kamp penampungan sementara di Ladong, Aceh Besar, Aceh. Mereka diciduk saat hendak menaiki mobil dengan tujuan ke Medan, Sumut.

Sebelum kejadian di Aceh Besar tersebut, 28 imigran Rohingya yang ditampung di UPTD Dinas Sosial di Ladong, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, juga pernah melarikan diri. Imigran-imigran tersebut kabur dengan memanjat pohon dan tembok.

“Benar ada 28 pengungsi Rohingya kabur. Mereka lari dengan cara memanjat pohon dan menggapai tembok. Saat ini kami dibantu warga masih melakukan pencarian,” kata Kabid Humas Polda Aceh Kombes Joko Krisdiyanto kepada wartawan, Senin (13/3).

Bahkan, sebagian besar imigran Rohingya yang tiba di Aceh sebenarnya merupakan mereka yang kabur dari kamp pengungsian di Bangladesh. Hasil penyelidikan polisi menunjukkan, para pengungsi tersebut sengaja membayar kapal orang Bangladesh untuk berlayar ke Indonesia.

“Ini hasil dari penyelidikan kita. Mereka membiayai dengan membayar kapal dengan awak kapalnya orang Bangladesh, masuk ke Indonesia tanpa prosedur yang resmi sehingga ini bisa dikategorikan sebagai penyelundupan manusia,” jelas Kapolda Aceh Irjen Achmad Kartiko kepada wartawan di Mapolda Aceh, (30/11).

Baca juga : Pulau Galang Jadi Opsi Penampungan Pengungsi Rohingya, Wawalkot Batam: Siap

3. Tidak Mematuhi Norma dan Adat Masyarakat Setempat

Sejumlah imigran etnis Rohingya beristirahat setelah terdampar di Desa Pasi Beurandeh, Kecamatan Batee, Kabupaten Pidie, Aceh, Rabu (15/11/2023). Sebanyak 146 orang imigran etnis Rohingya yang terdiri dari 44 orang laki-laki, 61 orang perempuan dan 41 orang anak-anak terdampar di pantai Desa Pasi Beurandeh.
Pengungsi Rohingya

Tidak ada asap jika tidak ada api. Warga Aceh bukan tanpa sebab mengusir kedatangan pengungsi Rohingya. Pemicu utama penolakan tersebut adalah karena sikap dan perilaku buruk dari imigran Rohingya yang pernah terdampar sebelumnya.

“Salah satu alasan penolakan yang berkembang, karena imigran Rohingya yang pernah terdampar sebelumnya berperilaku kurang baik dan tidak patuh pada norma-norma masyarakat setempat,” kata Kabid Humas Polda Aceh Kombes, Joko Krisdiyanto, dalam keterangan kepada wartawan.

Disebutkan pula oleh Kapolres Lhokseumawe AKBP, Henki Ismanto, para pengungsi Rohingya tidak mematuhi adat serta syariat Islam yang diterapkan di Aceh.

“Para pengungsi yang melarikan diri, tidak menjaga kebersihan, dan tidak mengindahkan syariat Islam dan adat di kalangan masyarakat,” terang Henki.

4. Memperkosa Anak di Bawah Umur

Petugas Inafis dari Polresta Banda Aceh dan Polres Kabupaten Aceh Besar mengambil foto imigran etnis Rohingya di tempat penampungan sementara UPTD Dinas Sosial Aceh Rumoh Seujahtera Beujroh Meukaya Ladong, Aceh Besar, Aceh, Jumat (17/2/2023). Sebanyak 62 orang imigran etnis Rohingya yang  terdampar di pantai Desa Lampanah Leugah, Aceh Besar pada Kamis (16/2/2023), dipindahkan ke tempat tempat penampungan sementara UPTD Dinas Sosial Aceh Rumoh Seujahtera Beujroh Meukaya Ladong, Aceh Besar, Aceh.
pengungsi Rohingya

Kelakuan buruk pengungsi Rohingya tidak hanya sebatas kabur dari kamp pengungsian dan membuang bantuan warga. Seorang warga negara Rohingya ditangkap polisi setelah diduga telah memperkosa anak di bawah umur.

Pelaku yang berinisial RU melancarkan aksi kejinya di kamp penampungan sementara di Padang Tiji, Pidie, Aceh. Ia ditangkap usai orang tua korban melapor ke pos pengamanan.

“Pelaku memperkosa korban di bilik tempat korban tinggal. Pelaku mengancam korban dengan sebilah pisau untuk diam,” kata Kasat Reskrim Polres Pidie Iptu, Rangga Setyadi, saat dimintai konfirmasi beritamega4d.com, Senin (4/7).

Sementara itu, korban dibawa ke RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli untuk dilakukan pemeriksaan.

“Pemeriksaan awal dengan didampingi penerjemah yang ditunjuk pihak UNHCR, pelaku mengakui benar ia telah melakukan pelecehan seksual terhadap korban,” jelas Rangga.

Asal-usul Rohingya dan Alasan Mereka Mengungsi

Asal-usul Rohingya dan Alasan Mereka Mengungsi

Pengungsi Rohingya di Aceh

Medan – Dalam kurun waktu 14-21 November 2023 ada 1.084 pengungsi Rohingya yang datang ke Sabang, Aceh. Mereka datang dengan menumpangi kapal milik warga Bangladesh.

Badan Pengungsi PBB (UNHCR), melaporkan bahwa per 31 Oktober 2023, lebih dari sejuta pengungsi Rohingya pergi ke berbagai negara untuk mencari perlindungan.

Pengungsi Rohingya tidak hanya mengungsi ke Indonesia, sejarahnya Rohingya telah mengungsi ke beberapa negara untuk mencari perlindungan.

Lantas siapa itu pengungsi Rohingya dan kenapa mereka melarikan diri? Dilansir beritamega4d.com, berikut ulasan lengkapnya.

Baca juga : Tentang Pulau Galang, Daerah yang Disebut Jadi Opsi Pengungsi Rohingya

Tentang Pulau Galang, Daerah yang Disebut Jadi Opsi Pengungsi Rohingya

Baca juga : 4 Kelakuan Buruk Pengungsi Rohingya Aceh, Buang Bantuan-Kabur dari Kam

Rohingya dari Negara Mana?

Dikutip dari beritamega4d.com, Rohingya merupakan suatu kelompok etnis Muslim yang hidup di Myanmar selama berabad-abad lamanya. Mereka adalah kaum minoritas, dikarenakan penduduk Myanmar mayoritas memeluk agama Buddha.

Hal itu yang membuat pemerintah Myanmar menyangkal kewarganegaraan Rohingya dan mengecualikan mereka dari sensus tahun 2014. Pemerintah menganggap bahwa Rohingya adalah imigran ilegal dari Bangladesh.

Selama di Myanmar, Rohingya menjadi populasi Muslim terbesar di sana dengan jumlah penduduk sekitar satu juta jiwa pada awal 2017. Sebagian besar warga Rohingya hidup di negara bagian Myanmar yaitu Rakhine.

Sejarah Etnis Rohingya

Merangkum arsip beritamega4d.com, masyarakat Rohingya adalah penghuni daerah Arakan yang dipimpin oleh Raja Suleiman Shah pada tahun 1420. Raja Suleiman Shah ini sebelumnya adalah raja Buddhis bernama Narameikhla.

Sayangnya kerajaan tersebut diambil alih kuasa oleh Raja Myanmar pada tahun 1784 dan tahun 1824 Arakan menjadi koloni Inggris. Rohingya mengalami masa buruk ketika dijajah oleh Inggris dan berlanjut sampai penjajahan Jepang yang menyerang Burma atau Myanmar pada tahun 1942.

Setelah Myanmar merdeka pada 1948, terjadi ketegangan antara pemerintah dengan Rohingya. Warga Rohingya ditolak untuk menjadi warga negara Burma dan terjadi pengucilan terhadap mereka.

Rohingya Mendapat Perlakuan Buruk
Dikarenakan Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan di Myanmar, hal itu yang kemudian membuat Rohingya mendapatkan berbagai perlakuan buruk dari warga setempat. Mereka mengalami pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan, dan ancaman lainnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Rohingya keluar dari Myanmar untuk menghindari kekerasan komunal oleh pasukan keamanan. Rohingya mengalami aksi kekerasan besar-besaran pada 25 Agustus 2017 di Rakhine.

3 Alasan Rohingya Melarikan diri dari Bangladesh

1. Masalah Keamanan di Bangladesh
Kondisi keamanan kamp Cox’s Bazar diketahui banyak terjadi penculikan, pemerasan, pembunuhan, penembakan, dan serangan.

Menurut laporan Human Rights Watch 2023, bahwa terdapat geng kriminal dan afiliasi kelompok bersenjata Islamis yang menyerang kamp pengungsi pada malam hari. Bahkan menurut kepolisian Bangladesh, tahun ini sedikitnya 60 orang Rohingya terbunuh di kamp Cox’s Bazar.

2. Kurangnya Sumber Makanan
Menurut salah satu pendiri aktivis Free Rohingya Coalition, bahwa Program Pangan Dunia atau WFP telah memotong jatah makanan para pengungsi pada awal tahun ini.

Warga Rohingya hanya mendapatkan jatah sebesar 8 dolar atau sekitar Rp124.000 untuk satu orang selama satu bulan. Hal itu menyulitkan mereka bertahan karena makanan adalah sumber hidupnya.

3. Sulit Mengakses Pekerjaan dan Pendidikan
Pengungsi Rohingya di Bangladesh mendapatkan batasan dalam mengakses pekerjaan dan pendidikan di sana.

Mereka tidak diizinkan untuk bekerja atau bersekolah yang layak karena pihak pemerintah tidak ingin mereka berintegrasi ke masyarakat umum. Bahkan kaum Rohingya dilarang untuk belajar bahasa Bengali, bahasa masyarakat Bangladesh.

Baca juga : Rohingya Asalnya dari Mana? Ini Alasan Mereka Melarikan Diri & Mengungs

Dilansir dari beritamega4d.com, pihak militer Myanmar melakukan aksi brutalnya dengan menghancurkan desa warga Rohingya dan menewaskan ribuan korban.

Peristiwa tersebut mendapat perhatian PBB dan menganggap bahwa adanya niat genosida terhadap Rohingya. Meskipun begitu pemerintah Myanmar menolak tuduhan tersebut sehingga International Criminal Court (ICC) mengadakan penyelidikan atas kasus ini.

Kemudian dari peristiwa tersebut, mayoritas warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh pada tahun 2017. Dilansir dari beritamega4d.com, ternyata selama mengungsi di sana, kehidupan Rohingya masih sama saja mengalami kesulitan dalam berbagai aspek.

Hal itu yang membuat mereka melarikan diri lagi dari Bangladesh untuk mencari perlindungan negara lain.

Artikel terkait : COVID-19 di Malaysia Naik Hampir 2 Kali Lipat dalam Sepekan, Tembus 6 Ribu Kasus