Mengapa Tentara PBB Ada Di Lebanon?

Mengapa Tentara PBB Ada Di Lebanon?

Jakarta, beritamega4d.com — Militer Israel (IDF) menyerang markas pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) di Lebanon dengan tank Merkava pada Kamis (10/10) dan Jumat (11/10) waktu setempat.
Serangan ini menyebabkan total empat orang personel UNIFIL terluka.

“Pagi ini, dua penjaga perdamaian terluka setelah tank Merkava IDF menembakkan senjatanya ke arah menara pengamatan di markas UNIFIL di Naqura. Tembakan tersebut mengenai langsung dan menyebabkan mereka jatuh,” bunyi pernyataan UNIFIL, seperti dikutip AFP.

Kehadiran tentara PBB di Lebanon ini menjadi perbincangan publik usai mereka diserang militer Negeri Zionis. Lantas, mengapa ada tentara PBB di Lebanon?

Redakan ketegangan Lebanon-Israel

Dilansir laman resmi UNIFIL, keberadaan tentara PBB di Lebanon dimulai ketika terjadi ketegangan di perbatasan antara Lebanon dan Israel pada era 70-an.

Jadi, pada 11 Maret 1978, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Lebanon melakukan serangan besar-besaran ke dekat wilayah perbatasan Israel. Serangan itu menyebabkan ribuan penduduk di sana tewas dan mengalami luka-luka.

Imbas serangan ini, pasukan militer Israel melakukan serangan balasan kepada PLO di Lebanon pada 14 hingga 15 Maret 1978. Bukan hanya menyerang, Israel saat itu juga berupaya menduduki seluruh wilayah di Lebanon, kecuali Kota Tyre dan sekitarnya.

Pada 15 Maret, pemerintah Lebanon akhirnya melayangkan protes kepada DK PBB atas serangan ini. Lebanon saat itu mengeklaim bahwa serangan tersebut bukan ditargetkan kepada Palestina, melainkan kepada warga di negara tersebut.

Merespons protes Lebanon, DK PBB lantas membuat sebuah resolusi pada 19 Maret yang berisi desakan terhadap militer Israel untuk segera menghentikan serangannya di Lebanon. Di tanggal yang sama, DK PBB juga mendirikan UNIFIL sebagai upaya untuk meredakan ketegangan di antara kedua negara tersebut.

Tentara PBB ini pun mulai tiba di wilayah perbatasan Lebanon-Israel pada 23 Maret 1978 untuk memastikan agar tidak lagi terjadi baku tembak di wilayah tersebut.

Dari sinilah mengapa tentara PBB ada di Lebanon hingga saat ini. Tentara perdamaian PBB atau UNIFIL ini didirikan oleh Dewan Keamanan PBB (DK PBB) di Lebanon pada 1978 sebagai upaya untuk meredakan ketegangan di wilayah perbatasan Lebanon-Israel.

Hingga saat ini, tentara PBB di Lebanon masih aktif melakukan upaya perdamaian di wilayah tersebut. UNIFIL kini tercatat punya 10.541 anggota.

Dari jumlah tersebut, 9.532 berstatus sebagai pasukan militer, 802 orang berstatus sebagai warga sipil, dan 202 orang lainnya berstatus sebagai pegawai.

Namun, UNIFIL saat ini juga punya sekitar 13.000 anggota yang belum tercatat. Jumlah tersebut terdiri dari anggota yang berasal dari PBB, dari negara lain, dan dari penduduk setempat.

Kronologi Serangan Israel yang Mengenai Dua Prajurit TNI di Markas PBB UNIFIL, Lebanon

Kronologi Serangan Israel yang Mengenai Dua Prajurit TNI di Markas PBB UNIFIL, Lebanon

Jakarta, beritamega4d.com — Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengonfirmasi dua personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) terluka imbas serangan Israel ke Lebanon selatan pada Kamis (10/10) malam waktu setempat.

Serangan yang telah diakui Israel itu menyasar markas pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Lebanon atau UNIFIL di Naqoura.

Melalui pernyataan yang dirilis Kementerian Luar Negeri RI pada Kamis malam, Retno menuturkan kedua prajurit TNI yang terluka tergabung dalam UNIFIL. Serangan Israel itu berlangsung kala dua prajurit TNI itu bertugas di markas kontingen Indonesia di Naqoura.

“Dua prajurit TNI yang tergabung dalam UNIFIL tersebut mengalami luka ringan ketika jalankan tugas pemantauan di menara pemantau di markas kontingen Indonesia di Naqoura,” ucap Retno.

Retno memaparkan Naqoura terletak di Lebanon selatan dalam area yang disebut blue line. Pasukan perdamaian PBB berada di kawasan tersebut berdasarkan mandat Dewan Keamanan PBB untuk mendukung stabilitas keamanan di Lebanon.

Retno mengatakan kedua personel tersebut terluka imbas tembakan peluru berasal dari tank Merkava IDF (militer Israel).

“Kedua personel (TNI) tersebut segera memperoleh perawatan di rumah sakit terdekat dan saat ini dalam kondisi baik,” papar Retno.

Sementara itu, dikutip AFP, UNIFIL mengatakan Israel juga menghantam “pintu masuk bunker tempat para pasukan berlindung.”

UNIFIL menuturkan serangan Israel turut merusak kendaraan dan system komunikasi mereka.

Misi tersebut menambahkan bahwa sebuah drone militer Israel “terlihat terbang di dalam posisi UN hingga ke pintu masuk bunker.”

“Tentara IDF dengan sengaja menembak dan menonaktifkan kamera pemantau perimeter di sekitar salah satu pos UNIFIL,” bunyi pernyataan UNIFIL menambahkan.

Melansir kantor berita Italia, ANSA, serangan Israel pada Kamis malam itu menargetkan tiga pangkalan UNIFIL di Lebanon selatan.

Dua pangkalan UNIFIL itu berada di bawah pengawasan Italia, sedangkan satu pangkalan lainnya merupakan markas besar misi tersebut.

Sumber intelijen militer Lebanon mengatakan kepada ANSA tentara Israel melepaskan tembakan ke salah satu pangkalan UNIFIL Italia di sepanjang garis demarkasi dengan Lebanon.

Menurut sumber tersebut, lokasi yang ditembaki oleh IDF adalah pangkalan UNP 1-31 di bukit Laboune, sebuah area yang berada di bawah tanggung jawab kontingen Italia.

Drone Israel juga terus berterbangan di atas markas dan pos militer UNIFIL.

Sejumlah negara terutama yang turut mengirimkan pasukan ke UNIFIL mengutuk keras serangan Israel ini.

Italia sampai memanggil duta besar Israel di Roma dan mengutuk serangan ini yang menurut Roma bisa dianggap sebagai sebuah kejahatan terpang.

Spanyol dan Kanada juga mengecam serangan Israel ke markas UNIFIL ini sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional.

Indonesia bahkan mendesak penyelidikan terhadap Israel atas serangan yang menargetkan misi perdamaian PBB ini.

Sementara itu, sekutu Israel, Amerika Serikat hanya menyatakan “kekhawatiran mendalam” soal serangan tersebut.

“Kami memahami bahwa Israel sedang melakukan operasi yang ditargetkan di dekat Garis Biru untuk menghancurkan infrastruktur Hizbullah… sangat penting bagi mereka untuk tidak mengancam keselamatan dan keamanan penjaga perdamaian PBB,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.

Serangan Israel di Lebanon Menewaskan Pemimpin Unit Drone Hizbullah.

Serangan Israel di Lebanon Menewaskan Pemimpin Unit Drone Hizbullah.

Beritamega4d.com – Kelompok Hizbullah mengonfirmasi bahwa serangan Israel di pinggiran selatan Beirut, ibu kota Lebanon pada hari Kamis (26/9) menewaskan kepala unit pesawat nirawak atau drone kelompok bersenjata Lebanon tersebut.

Dilansir kantor berita AFP, Jumat (27/9/2024), Hizbullah yang didukung Iran, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan itu menewaskan Mohammed Srur, yang lahir pada tahun 1973.

Militer Israel sebelumnya mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa jet tempurnya telah “menargetkan dan melenyapkan” Srur, mengidentifikasi dia sebagai “komandan unit udara Hizbullah”.

Itu adalah serangan keempat dalam seminggu yang menargetkan komandan Hizbullah di daerah padat penduduk, salah satu benteng kelompok itu.

Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa dua orang tewas dalam serangan itu dan 15 orang terluka, “termasuk seorang wanita dalam kondisi kritis”.

Menurut seorang sumber yang dekat dengan Hizbullah, Srur merupakan salah satu dari sejumlah penasihat utama yang dikirim oleh Hizbullah ke Yaman untuk melatih kelompok pemberontak Houthi di negara itu, yang juga didukung oleh Iran.

Kantor berita resmi Lebanon, National News Agency melaporkan “tiga rudal” menargetkan “sebuah apartemen hunian di gedung 10 lantai”.

Seorang fotografer AFP mengatakan target serangan itu dekat dengan gedung tempat kepala Pasukan Radwan, pasukan elit Hizbullah, Ibrahim Aqil, dan komandan-komandan lainnya tewas dalam serangan Israel pada Jumat lalu.

Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan bahwa serangan itu menewaskan 55 orang, termasuk tujuh anak-anak.

Amerika Serikat, Uni Eropa, dan sekutu lainnya termasuk beberapa negara Arab telah mengeluarkan seruan bersama untuk gencatan senjata selama 21 hari di Lebanon. Seruan ini dikeluarkan setelah serangan udara Israel terhadap Hizbullah menewaskan ratusan orang dan membuat puluhan ribu orang mengungsi di Lebanon minggu ini.

Seruan untuk gencatan senjata selama 21 hari itu muncul beberapa jam setelah kepala angkatan darat Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi pada hari Rabu, memerintahkan para prajurit untuk bersiap menghadapi kemungkinan serangan darat terhadap Hizbullah.

Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich pada hari Kamis menolak usulan gencatan senjata selama 21 hari di Lebanon. Menteri garis keras Israel itu menyerukan “penghancuran” kelompok Hizbullah.

Menteri berhaluan sayap kanan yang merupakan anggota kunci pemerintahan koalisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu itu, bersikeras bahwa melanjutkan perang melawan Hizbullah adalah satu-satunya jalan ke depan.

8 Pembaruan Perang Arab: Hizbullah Makin Berang – Fakta Baru tentang Ledakan di Lebanon

8 Pembaruan Perang Arab: Hizbullah Makin Berang – Fakta Baru tentang Ledakan di Lebanon

A man reacts as he attempts to extinguish flames following a rocket attack from Lebanon, amid cross-border hostilities between Hezbollah and Israel, in the Israeli-occupied Golan Heights September 20, 2024. REUTERS/Jim Urquhart

Jakarta, beritamega4d.com – Situasi di Timur Tengah masih memanas. Setelah terjadi ratusan ledakan yang melibatkan pager dan walkie-talky Hizbullah, yang disinyalir dilakukan Israel.

Kini Lebanon mengumumkan perang dengan pasukan Zionis tersebut.

Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dikutip dari beberapa sumber oleh CNBC Indonesia, Jumat (20/9/2024):

Lebanon Umumkan Perang

Perdana Menteri (PM) Lebanon Najib Mikati mengumumkan negaranya kini sedang berperang.. Hal ini disampaikannya pasca ledakan massal dan mematikan perangkat elektronik, terjadi di seluruh negeri selama dua hari berturut-turut, menewaskan lebih dari 30 orang serta melukai ribuan lainnya.

“Kejahatan massal ini… terhadap orang-orang yang tidak berdaya di rumah mereka, yang dibunuh dengan cara ini, tidak dapat dijelaskan,” kata Mikati kepada wartawan, dikutip laman Russia Today (RT), Jumat (20/9/2024).

Ia menegaskan bahwa Lebanon sedang berperang dengan Israel.

“Perang ini dimulai sekitar 11 bulan lalu dan berdampak pada rakyat kami di selatan tempat rumah-rumah mereka dihancurkan,” katanya lagi.

“Kita menghadapi musuh yang mengabaikan semua hukum internasional dan kemanusiaan. Dan, pertanyaannya adalah dapatkah ini terus berlanjut? Di mana PBB, yang misi utamanya adalah menyebarkan perdamaian?” tanya Mikati.

Jet Tempur Israel Tembak 100 ‘Bom’ ke Lebanon

Sehari sebelumnya, jet tempur Israel menggila Kamis malam waktu setempat, di mana mereka dilaporkan melancarkan serangan paling hebat di Lebanon selatan dalam hampir setahun perang.

Mengutip Reuters, jet menyerang sekitar 100 target yang diklaim sebagai “peluncur roket” Hizbullah, yang terdiri dari sekitar 1.000 barel amunisi. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membenarkan hal itu.

“Serangan udara menghantam ratusan barel peluncur roket yang siap ditembakkan ke Israel serta, sekitar 100 peluncur, dan lokasi infrastruktur teroris tambahan”, kata IDF dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP.

“IDF akan terus beroperasi untuk melemahkan infrastruktur dan kemampuan organisasi teroris Hizbullah guna mempertahankan Negara Israel,” tambahnya mengutip Reuters.

Hizbullah Luncurkan Serangan ke Israel

Hizbullah mengatakan pihaknya menembakkan sedikitnya 140 roket ke Israel setelah Lebanon selatan menjadi sasaran serangan Israel. Sebelumnya kelompok ini mengatakan telah melancarkan 17 serangan terhadap target-target Israel di Galilea, Dataran Tinggi Golan yang diduduki, dan Perbukitan Kfarchouba yang diduduki sepanjang hari.

“Sebuah serangan rudal dan pesawat nirawak Hizbullah di Israel utara menewaskan dua tentara Israel dan melukai sembilan lainnya dalam serangan terpisah pada hari Kamis di Lebanon Selatan,” kata militer.

Sebelumnya, tentara Israel meminta penduduk kota-kota dekat perbatasan dengan Lebanon untuk tetap dekat dengan tempat perlindungan dan “menjaga” pintu masuk.

Irak-Iran Kirim Pasukan ke Lebanon Bantu Hizbullah

Pemerintah dan milisi Irak memerintahkan pengiriman bantuan ke Lebanon. Hal ini menyusul menyusul ledakan pager massal yang diduga dilakukan oleh Israel.

Dalam keterangan resmi, kantor Perdana Menteri (PM) Irak Mohammed Shia Al Sudani mengatakan bahwa Baghdad telah memerintahkan pengiriman tim medis ke Lebanon. Irak juga menuding Israel sebagai dalang dari serangan ini.

“Pemerintah Irak mengikuti perkembangan keamanan yang berbahaya di Lebanon dan serangan siber Zionis yang menyebabkan banyak warga sipil menjadi martir dan cedera,” kata Juru Bicara Pemerintah Irak, Basim Al Awadi, dalam sebuah pernyataan dikutip Xinhua.

“Ledakan dan serangan lain yang dilakukan oleh Israel, serta ancaman untuk melancarkan perang skala besar di Lebanon, memerlukan ‘intervensi internasional yang mendesak’ untuk mencegah meluasnya perang di kawasan Timur Tengah.”

Selain Pemerintah Irak, Milisi Irak pro Iran, Kataeb Hezbollah, mengatakan bahwa mereka akan ‘menyerahkan semua kemampuan kami ke tangan saudara-saudara di Lebanon’. Mereka menyebut bahkan akan mengirimkan pasukan ke Lebanon.

“Kami sepenuhnya siap untuk pergi bersama mereka sampai akhir, dan untuk mengirim pejuang, peralatan, dan dukungan, baik di tingkat teknis maupun logistik,” katanya dikutip Times of Israel.

Pemimpin Hizbullah: Israel Lewati Batas Merah

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan serangan pager dan handy talky terhadap anggotanya di Lebanon dan Suriah minggu ini melewati ‘semua batas merah’. Ia berjanji pihaknya akan membalas dan tidak gentar dalam perjuangannya melawan Israel untuk mendukung warga Palestina di Gaza.

Dalam pidato pertamanya yang disiarkan televisi sejak serangan tersebut, Nasrallah menyebut bahwa ada ‘pukulan besar dalam hal keamanan dan kemanusiaan’ yang ditujukan kepada Hizbullah. Namun ia menegaskan serangan itu gagal melumpuhkan kelompok itu.

“Serangan itu belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah gerakan perlawanan di Lebanon, serta ‘dalam sejarah negara kita’ dan musuh kita. Sejak 8 Oktober hingga sekarang, pasukan Israel tidak menarik satupun personel militer mereka di Utara,” ucapnya.

Nasrallah juga menekankan bahwa serangan itu sebagian berhasil digagalkan karena banyak perangkat tidak berfungsi sehingga dimatikan dan dibuang.

“Saya jamin infrastruktur kami tidak tersentuh,” tambahnya.

Fakta Baru Teror Ledakan Massal di Lebanon

Investigasi awal oleh otoritas Lebanon menemukan bahwa perangkat komunikasi yang meledak di Lebanon minggu ini telah dipasangi bahan peledak sebelum tiba di negara itu. Hal ini disampaikan dalam surat yang dikirim oleh misi Lebanon kepada Dewan Keamanan PBB.

Melansir Reuters, perangkat tersebut, termasuk pager dan walkie-talkie, diledakkan melalui pesan elektronik yang dikirim ke alat tersebut.

Lebanon menuduh Israel bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan serangan tersebut.

Dewan Keamanan PBB, yang terdiri dari 15 anggota, dijadwalkan akan mengadakan pertemuan pada Jumat untuk membahas ledakan ini.

Israel belum memberikan komentar langsung mengenai serangan ini, namun sumber-sumber keamanan mengatakan bahwa serangan tersebut kemungkinan besar dilakukan oleh Mossad, agen mata-mata Israel yang memiliki sejarah panjang melakukan serangan canggih di luar negeri.

Maskapai AS Umumkan Pembatalan Penerbangan ke Israel

Maskapai raksasa Amerika Serikat (AS) Delta Air Lines mengumumkan pada hari Kamis bahwa mereka akan menangguhkan penerbangan langsung antara New York dan Tel Aviv hingga akhir tahun. Perusahaan itu mencatat ketegangan yang terjadi di Timur Tengah.

“Penerbangan Delta antara New York-JFK dan Tel Aviv akan dihentikan sementara hingga 31 Desember, karena konflik yang sedang berlangsung di kawasan,” tulis pengumuman maskapai itu.

Penangguhan tersebut berarti Delta kini telah menghentikan semua penerbangan langsung antara Amerika Serikat dan Israel hingga akhir tahun.

Kekhawatiran akan terjadinya perang besar di perbatasan utara Israel meningkat setelah ribuan perangkat komunikasi milik Hizbullah meledak di Lebanon, menewaskan 37 orang dan melukai hampir 3.000 lainnya dalam dua hari dalam sebuah serangan yang oleh kelompok militan yang didukung Iran tersebut dituduhkan dilakukan oleh Israel.

Maskapai penerbangan termasuk Air France, Lufthansa dan Swiss untuk sementara menangguhkan penerbangan ke Israel setelah insiden tersebut.

PBB Kirim Bantuan ke Lebanon

Organisasi kesehatan PBB, WHO, mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Lebanon untuk menangani ribuan korban luka akibat ledakan perangkat komunikasi.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan serangan tersebut telah “sangat mengganggu sistem kesehatan Lebanon yang sudah rapuh”.

“WHO telah mendistribusikan perlengkapan trauma dan operasi darurat, dan kami bekerja untuk memenuhi kebutuhan mendesak, termasuk persediaan darah dan alat uji darah, serta memantau bagaimana sistem kesehatan berfungsi,” kata Ghebreyesus.

Abinasir Abubakar, perwakilan negara WHO di Lebanon, mengatakan sedikitnya satu petugas kesehatan tewas dalam serangkaian serangan tersebut. Direktur kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan ledakan perangkat ‘terjadi tanpa peringatan’ dan seluruh sistem kesehatan berada di bawah tekanan yang sangat besar dalam waktu cepat.