Kisah Sandi 08 Prabowo

Sabtu, 27 April 2024

20 Oktober 2024, dipastikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dilantik menjadi presiden dan wakil presiden periode 2024-2029. Prabowo menjadi presiden ke-8 Republik Indonesia, sementara Gibran menjadi wakil presiden ke-14. Kebetulan atau bukan, posisi presiden ke-8 ini sangat lekat dengan kode Prabowo yang dipanggil 08 (kosong-delapan).

“Kalian tahu semua, ya? 08 kenapa nggak 06 atau 07? Kalau 07 saya mungkin presiden ketujuh, tapi karena 08 kira-kira mungkin saya presiden ke-8,” ucapnya seraya berkelakar di depan hadirin saat acara Welcoming Blessings in The Year of The Wood Dragon yang berlangsung di Pantjoran, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Jumat, 2 Februari 2024.

Sebutan 08 yang disematkan kepada Prabowo merupakan sandi sejak dirinya masih aktif di militer. Namun, kode 08 putra begawan ekonomi Sumitro Joyohadikusumo, yang juga mantan Menteri Perdagangan, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Riset Indonesia, ini mulai dikenal masyarakat sejak terjun dalam Pilpres 2009. “Waktu tentara dikasih nama atau sandi. Sandi saya adalah 08,” ujar Prabowo lagi di acara tersebut.

Kode 08 paling sering digunakan oleh kalangan internal di Partai Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindra) yang dipimpin Prabowo dan orang-orang terdekatnya. Penyebutan kode 08 mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) dan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) ini memang terbatas dan tak semua kalangan menggunakannya.

Prabowo-Gibran
Foto: Pradita Utama 

Dikutip CNN Indonesia, sandi 08 merupakan warisan dari riwayat Prabowo semasa berdinas di Korps Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat era tahun 1980-an. Tapi banyak sumber lain yang menyebutkan, kode panggilan itu telah disematkan kepada Prabowo sejak masuk Akademi Militer (dahulu AKABRI) pada 1970-an. Awalnya rekan-rekanya yang memangil kode tersebut, lalu diikuti yang lainnya.

Seorang mantan perwira Kopassus TNI menyebut kode itu disematkan kepada Prabowo sejak berdinas di Kopassus dengan pangkat Kapten. Ketika itu, Prabowo menjabat Wakil Komandan Satuan Antiteror Detasemen 81 (Den-81) atau sekarang dikenal SAT-81 Gultor Kopassus/Satuan 81 Kopassus. Sedangkan komandannya adalah Luhut Binsar Panjaitan, yang masih berpangkat mayor. Mereka mendapat pendidikan antiterror di markas Grenzschutzgruppe-9 (GSG-9), Jerman, pada 1981.

Sebagai wakil komandan di grup ini, Prabowo mendapatkan kode panggilan 08. Sedangkan sebagai komandan, Luhut yang kini menjadi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mendapat kode panggilan 07. Panggilan kode 08 ini terus melekat pada diri Prabowo hingga dirinya menjabat sebagai Komandan Jenderal Kopassus TNI AD yang ke-15 pada periode 1995 hingga 1998.

Kalau Kostrad itu panggilannya macam-macam ada yang Pandu, Kancil dan ada beberapa.”

Prabowo tidak pernah merasa keberatan jika dirinya diidentikan dengan kode 08 hingga dirinya pensiun dari TNI dan terjun ke politik. “Sampai sekarang orang-orang yang kenal dekat manggilnya masih 08. Terutama yang mantan Kopassus.” kata Prabowo.

Selain panggilan kode 08, Prabowo sebenarnya pernah dijuluki kode lain, yaitu Pandu dan Kancil. Panggilan tersebut ketika dirinya menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) dengan pangkat bintang tiga, Letnan Jenderal, pada 20 Maret-22 Mei 1998. Tetapi, setelah pensiun dari TNI, julukan Pandu dan Kancil tak terlalu melekat. “Kalau Kostrad itu panggilannya macam-macam ada yang Pandu, Kancil dan ada beberapa,” imbuhnya.

Kode 08 kian dipakai oleh banyak kalangan untuk menyebut Prabowo. Kode ini pun terus mengiringi jejak langkahnya saat terjun ke politik dengan mendirikan Partai Gerindra dan menjadi capres di Pilpres 2009. Identitas 08 semakin berkibar ketika sejumlah pendukung dan relawan Prabowo dibentuk pada Pilpres 2014, Pilpres 2019 dan Pilpres 2024 yang baru saja berlalu.

Prabowo saat berdinas di Kopassus
Foto: Instagram  Prabowo Subianto

Perjalanan 08 atau Prabowo untuk menduduki kursi presiden membutuhkan waktu 15 tahun, sejak kekalahan dalam Pilpres 2009. Pada saat itu, Prabowo menjadi calon wakil presiden bersanding dengan Megawati Sukarnoputri atau Mega-Pro. Keduanya bertarung melawan dua capres-cawapres lainnya, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Namun, pasangan Mega-Pro kalah telak melawan petahana SBY-Boediono dalam satu putaran. Kala itu SBY-Boediono meraup suara 73.874.562 (60,80%), jauh meninggalkan Megawati-Prabowo, yang meraih suara 32.548.105 (26,79%) dan JK-Wiranto 15.081.814 (12,41%). Sejumlah elit PDIP menyebutkan kekalahan Mega-Pro karena Prabowo tak mau menggelontorkan logistik, padahal memiliki kekayaan triliunan.

“Prabowo mengaku punya kekayaan Rp 1,7 triliun tapi nggak mau ngeluarin,” kenang Ketua DPP PDI Perjuangan Ribka Tjiptaning, Kamis, 13 November 2013.Tudingan itu buru-buru ditepis Gerindra. Mereka mengatakan kekalahan Mega-Pro tak lebih disebabkan karena popularitas SBY yang masih tinggi pada 2009.

Entah benar atau tidaknya tudingan tersebut, hal ini membuat PDI Perjuangan tak jadi mendukung pencapresan Prabowo di Pilpres 2014. Padahal, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati sebelumnya mendukung pencapresan Prabowo melalui Perjanjian Batu Tulis pada 2009. Kala itu, PDIP bersama PKB, Nasdem dan Hanura, mengusung Joko Widodo sebagai capres yang disandingkan dengan Jusuf Kalla.

Sedangkan Prabowo diusung oleh Gerindra, Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai capres yang bersanding dengan Hatta Rajasa sebagai capres. Lag-lagi, Prabowo menelah kekalahan dengan mengantungi suara 62.576.444 suara atau 46,85 persen. Sedangkan Joko Widodo-Jusuf Kalla berhasil mendulang 70.997.833 suara atau 53,15 persen.

Duet Megawati-Prabowo pada Pilpres 2009
Foto: Dok beritamega4d.com 

Masih tak menyerah, Prabowo kembali maju ke gelanggang Pilpres 2019. Kali ini, dia menggandeng Sandiaga Uno sebagai capresnya melawan petahana Joko Widodo yang bersanding dengan KH. Maruf Amin. Untuk ketigakalinya, Prabowo menelan pil pahit, kalah melawan pasangan yang didukung PDIP, Golkar, PKB, Nasdem, PPP dan Hanura.

Prabowo-Sandiaga Uni gagal hanya mendapat suara 68.650.239 suara atau 44,5 persen. Sementara Joko Widodo-Maruf Amin berhasil mengantongi 85.607.362 suara atau 55,5 persen. Walau gagal, tak lama kemudian Gerindra merapat menjadi koalisi dalam pemerintahan Joko Widodo-Maruf Amin. Prabowo dipercaya sebagai Menteri Pertahanan. Setahun kemudian, Sandiaga Uno ditunjuk sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Kembali Prabowo yang kini tepat berusia 73 tahun kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam Pilpres 2024. Kali ini dia bersanding dengan Gibran , Wali Kota Solo, yang yang juga putra Jokowi. Pencalonan Gibran sendiri diiringi kontroversi seputar keputusan Mahkamah Konsitusi mengenai batas usia capres-cawapres.

Prabowo-Gibran didukung Gerindra, Golkar,  Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Garuda, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Adil Adil Makmur (Prima) berhasil merajai perolehan suara sebanyak 96.214.691. Sementara pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar memperoleh 40.971.906 suara dan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD mendapatkan 27.040.878 suara.

Link Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *