COVID-19 di Malaysia Naik Hampir 2 Kali Lipat dalam Sepekan, Tembus 6 Ribu Kasus

COVID-19 di Malaysia Naik Hampir 2 Kali Lipat dalam Sepekan, Tembus 6 Ribu Kasus

Corona di Malaysia

Jakarta – Kasus COVID-19 di Malaysia terus meningkat, kali ini kenaikan tercatat mendekati dua kali lipat dalam sepekan terakhir. Jumlah pasien COVID-19 di pekan 26 November hingga 2 Desember tercatat sebanyak 6.796 kasus, sementara periode pekan lalu ‘hanya’ 3.626 orang.

Direktur Jenderal Kesehatan Datuk Dr Muhammad Radzi Abu Hassan mengatakan tingkat pasien COVID-19 yang masuk ke fasilitas kesehatan, termasuk kasus suspek adalah 3,5 per 100.000 penduduk, dengan satu per 100.000 penduduk bergejala ringan.

“Keterisian tempat tidur unit perawatan intensif sebesar 0,8 persen sedangkan tingkat keterisian untuk kasus non-kritis sebesar 1,1 persen,” sebut dia, dikutip dari Mstar Selasa (12/12/2023).

Baca juga : Asal-usul Rohingya dan Alasan Mereka Mengungsi

Kemenkes Antisipasi Kenaikan COVID Jelang Nataru, Titip Pesan Ini Buat Pelancong

Radzi mengatakan 72,9 persen variants of concern (VOC) yang terdeteksi di gelombang COVID-19 kali ini adalah varian Omicron, disusul 26,2 persen COVID-19 varian Delta, dan sisanya Beta hingga Alpha.

“Sejauh ini tidak ada varian baru yang terdeteksi di Malaysia dan tidak ada tanda-tanda bahwa varian yang ditularkan secara lokal lebih menular atau menyebabkan penyakit yang lebih serius,” ujarnya dalam sebuah pernyataan.

Ia menambahkan, meski kasus COVID-19 meningkat, situasi di Malaysia terkendali dan tidak membebani fasilitas kesehatan.

“Peningkatan kasus dilaporkan secara global. Kementerian Kesehatan akan terus memantau situasi dan variannya serta bersiap menghadapi segala kemungkinan,” ujarnya.

Pasien COVID-19, terutama yang termasuk dalam kelompok risiko tinggi, harus segera berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut jika gejalanya memburuk, sedangkan bagi yang bergejala ringan sebaiknya beristirahat di rumah dan menghindari sementara keramaian.

Pasien yang memiliki gejala juga harus mengenakan masker jika harus pergi ke tempat umum, sementara kelompok berisiko tinggi juga dianjurkan untuk melakukannya.

Tren yang tidak jauh berbeda dilaporkan di Indonesia, bahkan di DKI peningkatan kasus dalam sepekan tercatat signifikan hingga 60 persen. Namun, kenaikan kasus tidak dibarengi dengan angka pasien rawat inap sampai kematian.

Singapura Mendadak Catat Lonjakan COVID 2 Kali Lipat, Lampaui 20 Ribu Kasus

Singapura Mendadak Catat Lonjakan COVID 2 Kali Lipat, Lampaui 20 Ribu Kasus

Jakarta - Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan lonjakan drastis kasus COVID-19. Naik dua kali lipat dibandingkan pekan lalu, takni 22.094 kasus pada periode 19-25 November 2023.
Ilustrasi Corona di Singapura. (Foto: Getty Images)

Jakarta – Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan lonjakan drastis kasus COVID-19. Naik dua kali lipat dibandingkan pekan lalu, takni 22.094 kasus pada periode 19-25 November 2023.

Pada pekan sebelumnya, total kasus ‘hanya’ tercatat sebanyak 10.726 orang. Kemenkes Singapura mendesak warganya untuk terus melanjutkan vaksinasi. Kabar baiknya, tren kasus baru tidak dibarengi dengan lonjakan rawat inap COVID-19.

“Rata-rata kasus rawat inap dan ICU harian akibat COVID-19 tetap stabil,” jelas otoritas kesehatan setempat, dikutip dari Channel News Asia Minggu (2/12/2023).

Kementerian Kesehatan mengatakan peningkatan infeksi mungkin disebabkan sejumlah faktor, seperti musim perjalanan di akhir tahun dan berkurangnya kekebalan atau imunitas penduduk.

EG.5 dan sub-garis keturunannya HK.3 tetap menjadi subvarian utama di Singapura, ditemukan pada lebih dari 70 persen kasus yang sudah disequencing.

“Saat ini, tidak ada indikasi bahwa subvarian utama lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar,” kata Depkes tersebut.

Baca juga : Gencatan Senjata Diperpanjang, Hamas: Kami Ingin Mengakhiri Perang

Peningkatan penyakit pernapasan di negara-negara belahan bumi utara pada bulan-bulan musim dingin juga dilaporkan meningkat, Kemenkes Singapura mengatakan kejadian tersebut secara keseluruhan di Singapura tetap stabil selama sebulan terakhir.

“Tidak ada indikasi peningkatan penyakit pernapasan parah, termasuk pada anak-anak,” tambahnya.

China, yang mengalami lonjakan pneumonia sejak pertengahan Oktober, mengatakan tren tersebut dipengaruhi efek pencabutan pembatasan COVID-19. Tidak ada patogen atau virus baru. Kebanyakan anak terkena influenza dan infeksi bakteri umum termasuk pneumonia mikoplasma.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pihak berwenang China berulang kali memastikan nihil patogen yang tidak biasa, ini sekaligus menjawab kekhawatiran masyarakat terkait munculnya kembali virus yang memicu pandemi.

Kementerian Kesehatan Singapura mencatat hingga saat ini, WHO menyatakan tren peningkatan penyakit pernapasan bukan hal yang tidak terduga, lantaran masuk musim dingin.

Infeksi COVID-19 berkontribusi terhadap jumlah keseluruhan kasus penyakit pernapasan di Singapura.

Kementerian Kesehatan menyarankan masyarakat untuk selalu mengikuti perkembangan vaksinasi COVID-19, dan merekomendasikan dosis tambahan bagi mereka yang menerima dosis vaksin terakhir sekitar satu tahun sebelumnya. Kelompok lansia atau yang berusia 60 tahun ke atas, rentan secara medis, serta penghuni fasilitas perawatan lansia juga diminta kembali melakukan vaksinasi.

“Di luar kelompok ini, semua individu berusia enam bulan ke atas juga didorong untuk menerima dosis tambahan, terutama bagi petugas kesehatan dan anggota rumah tangga/pengasuh individu yang rentan secara medis,” tambah kementerian.

“Kemenkes terus memantau situasi global dan lokal dengan cermat. Dengan dimulainya musim puncak perjalanan ke luar negeri, Kementerian Kesehatan ingin mengingatkan semua wisatawan untuk waspada dan menerapkan tindakan pencegahan perjalanan yang relevan.”