Arab Saudi Sudah Resmi Menjadi Anggota BRICS Dan Masuk dengan Blok Rusia dan China

Arab Saudi Sudah Resmi Menjadi Anggota BRICS Dan Masuk dengan Blok Rusia dan China
Delegasi Afrika Selatan duduk di balik kaca berlogo BRICS saat KTT BRICS diadakan di Johannesburg, Afrika Selatan, 23 Agustus 2023.

TV pemerintah Saudi mengatakan pada Selasa (2/1) bahwa kerajaan tersebut secara resmi bergabung dengan blok negara-negara BRICS.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi sebelumnya mengatakan pada Agustus bahwa kerajaannya akan mempelajari secara terperinci sebelum diusulkan bergabung pada 1 Januari untuk mengambil “keputusan yang tepat.”

Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan kelompok BRICS adalah “saluran yang bermanfaat dan penting” untuk memperkuat kerja sama ekonomi.

Blok BRICS sebelumnya mencakup Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Namun kini keanggotannya bertambah dengan bergabungnya Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Iran, dan Ethiopia.

KTT BRICS: Rusia, Afrika Selatan Serukan Gencatan Senjata di Gaza

Masuknya Arab Saudi terjadi di tengah ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan China, dan perluasan pengaruh Beijing terhadap Arab Saudi.

Meski terus menjalin hubungan yang kuat dengan AS, Arab Saudi mengambil langkah sendiri karena kekhawatiran bahwa Washington kurang berkomitmen terhadap keamanan Teluk dibandingkan di masa lalu.

China, pembeli minyak terbesar Arab Saudi, memimpin seruan agar BRIC berekspansi untuk menjadi penyeimbang terhadap negara-negara Barat.

Perluasan keanggotaan tersebut dapat memperkuat ambisi kelompok tersebut untuk menjadi pemimpin negara-negara di belahan bumi Selatan, meskipun pada November lalu Argentina memberi isyarat bahwa mereka tidak akan menerima undangan untuk bergabung.

China Makin Agresif, Mempercepat Pembangunan Pangkalan Tentara Di Tetangga Ri

China Makin Agresif, Mempercepat Pembangunan Pangkalan Tentara Di Tetangga Ri
Jakarta, beritamega4d.com – China dilaporkan sedang membangun sebuah pangkalan militer di tetangga Indonesia yang juga sama-sama negara ASEAN, Kamboja. Hal ini terungkap dari laporan sebuah sumber Barat kepada Washington Post, Kamis (9/6/2022).

Sumber tersebut menyebutkan bahwa fasilitas baru itu terletak di Ream. Wilayah itu merupakan wilayah yang strategis di sekitar Teluk Thailand dan dekat dengan Laut China Selatan (LCS).

“Pangkalan itu sedang dibangun untuk penggunaan “eksklusif” angkatan laut China,” ujar sumber itu.

Hal ini sontak dibantah oleh Kamboja dan China. Menteri pertahanan Kamboja Tea Banh menegaskan bahwa kecurigaan ini datang akibat pendanaannya yang menggunakan dana China. Ia mengatakan pangkalan itu tidak akan secara eksklusif jadi milik China dan bukanlah merupakan ancaman besar

“Proyek tersebut, yang dibiayai dengan hibah China, juga mencakup peningkatan dan perluasan rumah sakit serta sumbangan peralatan militer dan perbaikan delapan kapal perang Kamboja,” kata Tea Banh.

“Jangan terlalu khawatir, pangkalan Ream sangat kecil… Itu tidak akan menimbulkan ancaman bagi siapa pun, di mana pun.”

Argumen serupa juga ditegaskan China. Duta Besar China untuk Kamboja, Wang Wentian, mengatakan bahwa pangkalan itu tidak ditargetkan kepada siapapun dan akan digunakan untuk membantu memodernisasi angkatan laut Kamboja.

“Itu tidak ditargetkan pada pihak ketiga mana pun, dan akan kondusif untuk kerja sama praktis yang lebih erat antara kedua militer, pemenuhan kewajiban internasional yang lebih baik, dan penyediaan barang publik internasional,” ujar Wang.

Walau begitu, beberapa negara Barat telah menyuarakan ketakutannya akan hal ini. Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa kemunculan China di wilayah itu dapat mengganggu stabilitas wilayah.

“Kehadiran militer RRT eksklusif di Ream dapat mengancam otonomi Kamboja dan merusak keamanan regional,” kata juru bicara kedutaan AS, Stephanie Arzate, kepada AFP.

AS sendiri saat ini juga sedang rutin melakukan patroli di wilayah LCS. Di perairan itu, Washington berupaya untuk melemahkan klaim China yang menyebut beberapa kepulauan di lautan itu adalah miliknya.

Tak hanya AS, Australia juga menyuarakan hal serupa. Dalam sebuah kunjungan ke Makassar, Indonesia, Perdana Menteri (PM) Anthony Albanese meminta Beijing lebih transparan dalam menciptakan perdamaian kawasan.

“Kami telah mengetahui aktivitas Beijing di Ream selama beberapa waktu dan kami mendorong Beijing untuk transparan tentang niatnya dan untuk memastikan aktivitasnya mendukung keamanan dan stabilitas regional,” terangnya.