Peringatan Raja Yordania ke Israel Jika Serang Gaza saat Ramadan

Peringatan Raja Yordania ke Israel Jika Serang Gaza saat Ramadan

beritamega4d.com
Senin, 28 Feb 2024 01:01 WIB

Gaza City – Israel masih terus meluncurkan serangan di Jalur Gaza, Palestina. Raja Yordania Abdullah II pun memperingatkan Israel agar tak meluncurkan serangan saat bulan suci Ramadan.

Sebagaimana diketahui, Israel masih melakukan serangan di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan. Sementara itu, perundingan gencatan senjata terbaru untuk Jalur Gaza kembali dilanjutkan di Doha, Qatar, seperti dilaporkan media lokal Mesir pada Minggu (25/2) waktu setempat.

Namun Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa kesepakatan apa pun tidak akan mencegah operasi militer di Rafah.

Netanyahu bahkan menyebut bahwa operasi militer di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, akan membawa Israel semakin dekat dengan “kemenangan total” atas Hamas. Rencana Israel menyerang Rafah menuai kecaman internasional mengingat Rafah menjadi tempat berlindung bagi 1,4 juta warga sipil Palestina.

Peringatan Israel ke Hamas

Pekan lalu, Israel memperingatkan jika Hamas tidak juga membebaskan sandera-sandera yang tersisa di Jalur Gaza hingga awal Ramadan, maka pasukannya akan terus berperang selama bulan suci bagi umat Muslim tersebut, termasuk di wilayah Rafah yang terletak dekat perbatasan Mesir.

“Dunia harus mengetahui, dan para pemimpin Hamas harus mengetahui — jika pada Ramadan, para sandera kami tidak dipulangkan, pertempuran akan berlanjut di mana-mana, termasuk di area Rafah,” tegas Menteri Israel Benny Gantz, yang merupakan pensiunan kepala staf militer, dalam konferensi pers pada 18 Februari.

“Hamas memiliki pilihan. Mereka bisa menyerahkan diri, melepaskan para sandera dan warga sipil Gaza bisa merayakan Ramadan,” cetus Gantz yang kini merupakan anggota kabinet perang Israel.

Saat Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel pada 7 Oktober lalu, lebih dari 250 orang diculik dan disandera di Jalur Gaza. Puluhan orang di antaranya telah dibebaskan dalam kesepakatan gencatan senjata singkat pada November lalu, dan kini tersisa sekitar 130 sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza. Namun menurut Israel, sekitar 31 sandera di antaranya diperkirakan telah tewas.

Peringatan Raja Yordania

Terbaru, Raja Yordania Abdullah II memberikan peringatan untuk Israel jika terus melanjutkan operasi militer di Jalur Gaza selama bulan suci Ramadan, yang akan dimulai dua pekan lagi.

Raja Abdullah II memperingatkan bahwa perang regional yang lebih luas mungkin terjadi jika Tel Aviv terus menggempur Jalur Gaza.

Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (28/2/2024), peringatan itu disampaikan Raja Abdullah II saat bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang berkunjung ke Amman, ibu kota Yordania.

Kantor berita resmi Yordania, Petra, melaporkan bahwa Raja Abdullah dalam pertemuan dengan Abbas memperingatkan bahwa “berlanjutnya perang di Gaza selama bulan suci Ramadan, akan meningkatkan ancaman semakin meluasnya konflik”.

Peringatan Raja Abdullah II ini disampaikan di tengah laporan yang saling bertentangan bahwa upaya-upaya internasional untuk mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza telah mencapai kemajuan.

“Yang Mulia menegaskan … perlunya mengerahkan segala upaya untuk mencapai gencatan senjata segera,” sebut Istana Kerajaan Yordania dalam pernyataan terpisah, seperti dilansir The National News.

Israel Kembalikan Jenazah 80 Warga Palestina

Israel Kembalikan Jenazah 80 Warga Palestina

Jakarta – Israel mengembalikan jenazah 80 warga Palestina yang tewas di Gaza. Puluhan jenazah itu pun langsung dikuburkan di kuburan massal.

Dilansir mega4dnews, Rabu (27/12/2023), jenazah tersebut dikembalikan Israel melalui Palang Merah kepada otoritas Hamas.

Sumber Kemenkes Palestina mengatakan setelah jenazah itu tiba, mereka langsung menguburkannya di kuburan massal. Israel disebut memulangkan puluhan jenazah ini untuk memastikan tidak ada sandera.

Fotografer mega4dnews melihat seseorang menurunkan puluhan kantong jenazah berwarna biru ke dalam tanah di Rafah. Jenazah itu dikuburkan dalam satu liang lahad.

Hingga saat ini tentara Israel tidak berkomentar terkait pemulangan warga yang tewas itu. Diketahui, Israel telah berjanji untuk menghancurkan Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, setelah serangan 7 Oktober.

Lebih dari 20.900 orang tewas dalam serangan Israel ke Gaza. Menurut Kemenkes Palestina jumlah tersebut sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Kemudian sekitar 55.000 orang juga terluka. Lalu, pada 7 Oktober lalu 1.140 orang tewas dalam peperangan Israel dengan Hamas.

Israel Kaget, Terowongan Hamas Ternyata Muat Satu Mobil dan Bisa Keliling ke Berbagai Arah

Israel Kaget, Terowongan Hamas Ternyata Muat Satu Mobil dan Bisa Keliling ke Berbagai Arah
Rekaman Muhammad Sinwar di terowongan bawah tanah. 
Beritamega4d.com – Tentara Pertahanan Israel (IDF) kaget ternyata terowongan Hamas didesain bisa muat satu mobil. Hal tersebut terungkap dapat satu rekaman video yang dipulikasikan IDF.

Dalam video itu tampak Muhammad Sinwar yang merupakan adik dari petinggi Hamas, Yahya Sinwar berkendara melalui terowongan besar Hamas dekat perbatasan Israel.

Muhammad Sinwar memeriksa terowongan dengan jip sebagai bagian dari pengarahan yang dia terima tentang kompleks tersebut.

Menurut IDF, Muhammad Sinwar mengawasi proyek pembangunan terowongan raksasa yang ditemukan oleh IDF di bawah tanah.

IDF yakin rekaman tersebut, yang menunjukkan Muhammad Sinwar mengendarai jipnya di dalam terowongan, berasal dari beberapa tahun terakhir.

Dalam video tersebut, Sinwar tampak sedang memeriksa terowongan dan cabang-cabangnya.

Ini adalah bagian dari pengarahan yang dia lakukan dengan unit teknik dan penggalian khusus, yang secara khusus dikerahkan dari Khan Younis untuk proyek besar ini.

Menurut pihak militer, dokumentasi ini hanyalah salah satu dari banyak materi intelijen yang dikumpulkan di dalam terowongan—yang terbesar yang pernah ditemukan oleh IDF—yang ditemukan beberapa ratus meter dari perbatasan Gaza, dekat penyeberangan Erez.

Muhammad dipercaya menjaga kerahasiaan proyek tersebut selama bertahun-tahun.

Di masa lalu, dia juga berada di balik penculikan Gilad Shalit, yang menyebabkan pembebasan saudaranya Yahya.

Saat ini, ia dianggap sebagai salah satu orang paling dicari di Jalur Gaza, bersama saudaranya.

Fasilitas bawah tanah yang luas, yang terungkap dalam dua minggu terakhir, dimulai di bawah kamp pengungsi Jabaliya dan meluas sekitar 2,5 mil di dekat perbatasan dengan Israel di bagian utara Jalur Gaza.

Ini adalah kompleks terowongan bawah tanah terbesar yang ditemukan hingga saat ini sejak Hamas mulai menggali terowongan 20 tahun lalu.

Terowongan terbesar

Tentara Israel mengatakan pada hari Minggu (17/12/2023) bahwa mereka telah menemukan terowongan Hamas terbesar di Jalur Gaza.

Para pejabat Israel dikutip Al Jazeera mengatakan terowongan itu membentang lebih dari 4 km (2,5 mil) dan memiliki pintu masuk yang terletak beberapa ratus meter dari perbatasan Erez, yang merupakan salah satu lokasi yang diserbu Hamas dalam serangannya pada 7 Oktober.

Tentara berdiri di pintu masuk terowongan yang dilaporkan digali oleh Hamas tidak jauh dari penyeberangan Erez dalam gambar yang diambil selama tur media yang diselenggarakan oleh militer Israel pada 15 Desember 2023.
Tentara berdiri di pintu masuk terowongan yang dilaporkan digali oleh Hamas tidak jauh dari penyeberangan Erez dalam gambar yang diambil selama tur media yang diselenggarakan oleh militer Israel pada 15 Desember 2023.

Karena ukurannya yang begitu besar, kendaraan kecil dapat melaju di dalam terowongan, seorang fotografer AFP yang diberikan akses ke terowongan tersebut melaporkan.

Jalur bawah tanah tersebut merupakan bagian dari jaringan percabangan yang lebih luas yang membentang lebih dari empat kilometer (2,5 mil) dan berada dalam jarak 400 meter (1.300 kaki) dari perbatasan Erez, kata tentara dalam sebuah pernyataan.

Pembangunannya memakan biaya jutaan dolar dan memakan waktu bertahun-tahun, kata pasukan Israel, dan proyek tersebut dipimpin oleh Mohamed Yahya, saudara laki-laki pemimpin Hamas Yahya Sinwar, yang diyakini mendalangi serangan 7 Oktober.

Baca juga: Jadi Benteng Pertahanan, Terowongan Hamas Kebal Banjir Air Laut, Dibangun Insinyur Berpengalaman

Penemuan ini menimbulkan pertanyaan baru tentang bagaimana pengawasan Israel gagal dalam persiapan yang dilakukan Hamas dalam menghadapi serangan mematikan yang dilakukan militan pada 7 Oktober lalu.

Para pejabat militer, intelijen dan politik Israel mendapat kecaman keras karena gagal mendeteksi serangan tersebut sejak dini.

Mayor Nir Dinar, juru bicara militer, mengatakan bahwa dinas keamanan Israel tidak mengetahui tentang terowongan tersebut sebelum tanggal 7 Oktober karena pertahanan perbatasan Israel hanya mendeteksi terowongan yang dimaksudkan untuk memasuki Israel.

“Sejauh yang saya tahu, terowongan ini tidak melintasi Gaza ke Israel dan berhenti dalam jarak 400 meter dari perbatasan, yang berarti indikator tidak menunjukkan bahwa terowongan sedang dibangun,” kata Dinar.

Dia menambahkan bahwa pintu masuk, berupa bukaan semen melingkar yang mengarah ke lorong besar, terletak di bawah garasi, menyembunyikannya dari drone Israel dan citra satelit.

Meski militer sadar bahwa Hamas memiliki jaringan terowongan yang luas, Dinar mengatakan mereka tidak berpikir para militan akan mampu melaksanakan rencana mereka untuk melakukan serangan skala besar.

“Tidak mengherankan bahwa ini adalah strategi Hamas selama ini,” kata Dinar.

“Yang mengejutkan adalah mereka berhasil dan ukuran terowongan ini… sungguh mengejutkan.”

“Jutaan dolar diinvestasikan dalam terowongan ini,” kata juru bicara militer Israel Daniel Hagari pada hari Minggu.

“Butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun terowongan ini… Kendaraan bisa melewatinya.”

Militer Israel telah mengidentifikasi penonaktifan terowongan bawah tanah sepanjang ratusan kilometer sebagai salah satu tujuan utama perangnya di Gaza.(*)

 

Israel Tembak Staf Medis saat Konferensi Pers di RS Kamal Adwan Gaza

Israel Tembak Staf Medis saat Konferensi Pers di RS Kamal Adwan Gaza
Screenshot video korban yang tertimpa reruntuhan puing Rumah Sakit Kamal Adwan (Al Jazeera)
Puing bekas buldoser Israel kubur hidup-hidup warga Gaza Palestina. 

Jakarta, beritamega4d.com — Pasukan Israel dengan sengaja terlihat menembak ke arah staf medis yang sedang menggelar konferensi pers di halaman depan Rumah Sakit Kamal Adwan, Beit Lahiya, Jalur Gaza utara, Palestina Minggu (17/12).

Dalam klip video yang beredar di media sosial dan dikutip Middle East Monitor (MEMO), terlihat sejumlah dokter, perawat, dan staf medis RS tengah berkumpul dan melakukan pernyataan ke media.

Tak lama, terdengar suara tembakan yang mengarah ke kerumunan dokter dan staf medis tersebut hingga membuat mereka panik dan segera membubarkan diri untuk menghindar.

Menurut laporan MEMO, beberapa staf medis itu berasal dari Kementerian Kesehatan Palestina. Sejauh ini, tak ada korban luka atau yang meninggal dalam insiden itu.

Kejadian ini berlangsung kala pasukan Israel mengepung RS Kamal Adwan selama beberapa hari terakhir. Tentara Zionis juga melakukan serangan hingga membuldoser warga Palestina yang mengungsi di rumah sakit tersebut.

Kekejaman Israel terekam dalam video yang diunggah reporter Al Jazeera Anas Al Sharif di media sosial.

Di rekaman itu tampak halaman yang berisi banyak tenda dibuldoser Israel sebelum warga melarikan diri.

“Puluhan orang yang mengungsi, sakit, dan terluka dikubur hidup-hidup,” kata Al Sharif dalam video tersebut.

Dia lalu berujar, “Buldoser pasukan pendudukan [Israel] melindas tenda para pengungsi di halaman rumah sakit dan menghancurkan mereka secara brutal.”

Ia lalu menunjukkan halaman yang porak-poranda, tanah dan batu menjadi gundukan, serta mayat yang terkubur di reruntuhan.

Menurut saksi mata, terdapat puluhan orang yang mengungsi di halaman rumah sakit saat pasukan Israel menyerang.

Pengeboman Besar-besaran Israel, Bom dan Roket Hantam Jalur Gaza

Pengeboman Besar-besaran Israel, Bom dan Roket Hantam Jalur Gaza

Pengeboman besar-besaran pasukan udara dan darat Israel terlihat pada malam hari Jumat (10/12) di perbatasan antara Israel dan Gaza.

Pengeboman besar-besaran pasukan udara dan darat Israel terlihat pada malam hari Jumat (10/12) di perbatasan antara Israel dan Gaza.

Berbagai ledakan terlihat di Gaza utara pada Jumat malam setelah militer Israel mengatakan bahwa pasukan daratnya akan memperluas aktivitasnya di wilayah yang dikuasai Hamas.

Pasukan Israel telah berkumpul di luar Gaza sebagai persiapan untuk serangan darat sebagai pembalasan atas serangan mematikan Hamas terhadap Israel yang menewaskan sekitar 1.400 orang.

Jet dan artileri Israel sejak menggempur di kawasan Gaza telah menghancurkan wilayah yang luas dan menewaskan lebih dari 7.000 orang Palestina, menurut angka Kementerian Kesehatan Gaza.

Gencatan Senjata Diperpanjang, Hamas: Kami Ingin Mengakhiri Perang

Gencatan Senjata Diperpanjang, Hamas: Kami Ingin Mengakhiri Perang
Seorang petempur Hamas di dalam terowongan bawah tanah yang membentang di wilayah Jalur Gaza

Gaza City – Gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza disepakati untuk diperpanjang selama dua hari, setelah sebelumnya dijadwalkan berakhir pada Senin (27/11) waktu setempat. Hamas dalam pernyataannya menyampaikan harapan untuk memperpanjang gencatan senjata lebih lama dan mengakhiri perang dengan Israel.

Seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (28/11/2023), kesepakatan memperpanjang gencatan senjata di Jalur Gaza itu pertama diumumkan oleh Qatar, yang bersama dengan Mesir dan Amerika Serikat (AS), menjadi mediator dalam perundingan antara Israel dan Hamas.

Seorang pejabat senior Hamas, Ghazi Hamad, menyatakan harapannya agar gencatan bisa diperpanjang lebih lama lagi.

“Itu (kemungkinan perpanjangan) tertulis dalam perjanjian, bahwa jika Hamas membebaskan lebih banyak sandera, akan ada lebih banyak hari untuk gencatan senjata,” tutur Hamad kepada Al Jazeera.

Baca juga: Usai Ditangkap, Penghina Nabi Muhammad Diperiksa di Polda Sumut

“Kami kini sepakat untuk membebaskan lebih banyak sandera dan memperpanjang kesepakatan selama dua hari. Ini merupakan kabar baik bagi masyarakat kami, khususnya masyarakat Gaza,” sebutnya.

“Saya berharap kita bisa memperpanjangnya hingga kita mencapai akhir perang ini. Kami ingin mengakhiri perang. Kami berada dalam gencatan senjata sementara, namun kami berupaya untuk memperpanjangnya. Ada banyak dukungan dari Qatar, Mesir dan banyak negara Barat untuk mengakhiri bencana ini,” ujar Hamad dalam pernyataannya.

Berdasarkan kesepakatan awal, gencatan senjata di Jalur Gaza seharusnya berakhir pada Senin (27/11) waktu setempat, setelah berlangsung selama empat hari sejak Jumat (24/11) lalu. Namun beberapa jam sebelum jadwal gencatan senjata itu berakhir, Qatar mengumumkan kesepakatan perpanjangan selama dua hari.

“Negara Qatar mengumumkan bahwa, sebagai bagian dari mediasi yang sedang berlangsung, kesepakatan telah dicapai untuk memperpanjang gencatan senjata kemanusiaan untuk tambahan dua hari di Jalur Gaza,” tutur juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, dalam pernyataan via media sosial X.

Qatar bersama Mesir dan AS telah terlibat dalam negosiasi intensif untuk mewujudkan dan memperpanjang gencatan senjata di Jalur Gaza, yang menurut para mediator dirancang untuk diperluas dan diperpanjang.

Dalam kesepakatan awal, total 50 sandera sipil, yang terdiri atas sandera perempuan dan anak-anak, harus dibebaskan secara bertahap oleh Hamas selama empat hari gencatan senjata. Sebagai imbalannya, total 150 tahanan Palestina harus dibebaskan, juga secara bertahap, dari penjara-penjara Israel.

Selama empat hari gencatan senjata, Israel dan Hamas telah memenuhi komitmen pembebasan sandera dan tahanan itu. Hamas, menurut Al Jazeera, telah membebaskan total 50 sandera Israel, dengan masing-masing 13 sandera dibebaskan pada tiga hari pertama dan 11 sandera dibebaskan pada hari keempat.

Sementara Israel telah membebaskan total 150 tahanan Palestina, yang terdiri atas masing-masing 39 tahanan pada tiga hari pertama dan 33 tahanan pada hari keempat.

Selain memenuhi komitmennya, Hamas juga membebaskan sejumlah warga negara asing yang mereka sandera, yang mencakup 17 sandera asal Thailand, satu sandera Filipina dan satu sandera berkewarganegaraan ganda Rusia-Israel. Para sandera asing itu dibebaskan dalam kesepakatan terpisah dengan Hamas.

Baca juga: Vonis Mati 5 Preman Bangkalan yang dengan Biadab Bunuh-Perkosa Sejoli Pacaran

Israel Belum Berkomentar Soal Perpanjangan Gencatan Senjata di Gaza

Setelah Qatar mengumumkan kesepakatan memperpanjang gencatan senjata selama dua hari, otoritas Israel belum juga memberikan pernyataan resminya.

Laporan Al Jazeera menyebut Tel Aviv sejauh ini belum secara resmi mengonfirmasi perpanjangan gencatan senjata. Namun, laporan media lokal Israel, Army Radio, yang mengutip kantor Perdana Menteri Israel menyebut daftar sandera terbaru yang akan dibebaskan pada Selasa (28/11) telah diterima otoritas Tel Aviv.

Hal itu, menurut Al Jazeera, mengindikasikan bahwa Israel telah menyetujui perpanjangan gencatan senjata meskipun tidak memberikan pernyataan resmi soal hal itu. Mediator perundingan Israel dan Hamas menyatakan bahwa semua pihak menyetujui perpanjangan gencatan senjata.

Sebelumnya, Israel pernah mengatakan bahwa pihaknya mungkin saja memperpanjang gencatan senjata selama satu hari untuk setiap 10 sandera tambahan yang dibebaskan oleh Hamas.

10.560 Tewas, Israel Sebut Tak Ada Krisis Kemanusiaan di Gaza

10.560 Tewas, Israel Sebut Tak Ada Krisis Kemanusiaan di Gaza
 Foto: Pasukan Israel di Gaza
Foto: Pasukan Israel di Gaza

Jakarta, BeritaMega4D.com Indonesia – Pejabat militer Israel membantah adanya krisis kemanusiaan di Jalur Gaza, Kamis (9/11/2023). Padahal data kementerian kesehatan menyebut 10.500 orang lebih sudah tewas dan PBB serta pemantau internasional menyebut bencana besar di wilayah kantong itu.

“Kami tahu situasi sipil di Jalur Gaza tidak mudah,” kata kepala koordinasi dan penghubung COGAT, badan kementerian pertahanan Israel yang menangani urusan sipil di Gaza, Kolonel Moshe Tetro.

“Tetapi saya dapat mengatakan bahwa tidak ada krisis kemanusiaan di Jalur Gaza,” katanya kepada wartawan.

Tetro mengklaim militer Israel telah memfasilitasi transfer bantuan ke Gaza di sejumlah sektor. Seperti air, makanan, pasokan medis dan bantuan kemanusiaan untuk tempat penampungan.

Pernyataan Tetro ini muncul ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron membuka konferensi tentang bantuan untuk Gaza di Paris pada hari Kamis. Macron menyerukan “jeda kemanusiaan” secepatnya di wilayah Palestina dan mendesak masyarakat internasional untuk berupaya “menuju gencatan senjata”.

Sebelumnya, Israel mengaku mengalahkan Hamas di pos terdepan kelompok itu, di Gaza, Kamis. Ini setelah pertempuran sengit 10 jam terjadi.

Mengutip Al-Jazeera, tentara Israel mengatakan pertempuran berlanjut semalaman di Jabalia, sebelah utara Kota Gaza. “Tentaranya mengambil alih pos terdepan Hamas,” ujar laporan itu.

Selama pertempuran 10 jam, militer Israel mengatakan tentaranya menghadapi dan membunuh pejuang Hamas. Israel juga menambahkan bahwa senjata Hamas telah disita dan terowongan dihancurkan.

Hal sama juga dilaporkan media Israel, Times of Israel. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pasukan Brigade Infanteri Nahal merebut benteng Hamas, yang dikenal sebagai pos terdepan 17.

“Menemukan banyak senjata dan menemukan terowongan, termasuk satu terowongan yang terletak berdekatan dengan taman kanak-kanak yang mengarah ke rute bawah tanah yang luas,” klaimnya.

Belum ada pernyataan resmi dari Hamas soal ini. Kemarin, Israel mengumumkan telah sampai ke jantung kota Gaza, di Gaza Utara, di mana saat bersamaan berbondong-bondong warga Gaza mengungsi ke wilayah Selatan sambal membawa bendera putih.

Angka korban di Gaza terus bertambah. Dari data Kementerian Kesehatan Gaza Rabu, 10.568 orang tewas karena serangan Israel sementara 4.324 luka-luka.

Dari keseluruhan korban, sebagian besar adalah anak-anak dan wanita. Namun hingga kini, Israel mengatakan tak akan melakukan gencatan senjata.

Sementara itu, lebih dari 155 orang telah terbunuh dan 2.250 orang terluka di Tepi Barat. Di Israel sendiri, 1.400 orang tewas dan lebih dari 7.198 orang terluka.

Update Terkini Perang Gaza: Netanyahu Menggila, Israel Pecah

Update Terkini Perang Gaza: Netanyahu Menggila, Israel Pecah

Foto: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden (tidak dalam gambar), saat Biden mengunjungi Israel di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Tel Aviv, Israel, 18 Oktober 2023.  
Foto: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden (tidak dalam gambar), saat Biden mengunjungi Israel di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Tel Aviv, Israel, 18 Oktober 2023.

Jakarta, BeritaMega4D.com Indonesia – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak kesepakatan gencatan senjata selama 5 hari dengan kelompok Hamas di Gaza sebagai imbalan atas pembebasan beberapa sandera yang ditahan di wilayah tersebut pada awal perang.

Menurut sumber yang mengetahui hal tersebut, sebagaimana dilansir The Guardian, Jumat (10/11/2023), Netanyahu langsung menolak kesepakatan tersebut dalam perundingan segera setelah militan Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke wilayah Israel pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.400 orang.

Negosiasi dilanjutkan setelah peluncuran serangan darat Israel pada 27 Oktober, namun sumber yang sama mengatakan Netanyahu terus mengambil tindakan keras terhadap proposal yang melibatkan gencatan senjata dengan jangka waktu berbeda dengan imbalan sejumlah sandera.

Pihak lain mengindikasikan bahwa negosiasi yang dilakukan sebelum invasi darat melibatkan jumlah sandera yang jauh lebih besar, dengan Hamas mengusulkan pembebasan puluhan warga negara asing yang disandera di Gaza.

Diperkirakan 240 orang disandera setelah pejuang dari Hamas, Jihad Islam Palestina, dan kelompok lain yang berbasis di Gaza, serta warga sipil, melintasi pagar perbatasan yang memisahkan wilayah tersebut dari kota-kota Israel dan kibbutzim.

Kemarahan masyarakat dan tuntutan agar Israel memprioritaskan negosiasi penyanderaan makin meningkat, dengan keluarga korban yang ditahan di Gaza berkumpul di luar kediaman Netanyahu awal pekan ini.

Menurut tiga sumber yang mengetahui perundingan tersebut, kesepakatan awal yang dibahas adalah pembebasan anak-anak, perempuan, orang lanjut usia, dan orang sakit dengan imbalan gencatan senjata selama lima hari, namun pemerintah Israel menolaknya dan menunjukkan penolakannya dengan meluncurkan serangan darat.

Adapun pengeboman Israel serta invasi darat yang berkelanjutan di ujung utara Jalur Gaza, yang dihuni 2,3 juta orang, telah menewaskan lebih dari 10.500 orang dalam sebulan terakhir dan melukai lebih dari 25.000 orang.

Abu Obeida, juru bicara sayap militan Hamas, Izz ad-Din al-Qassam, mengatakan bahwa kelompok tersebut tidak dapat membebaskan lebih banyak sandera di tengah meningkatnya serangan.

Baca Juga : 10.560 Tewas, Israel Sebut Tak Ada Krisis Kemanusiaan di Gaza

Jeda Kemanusiaan

Pada Kamis, juru bicara dewan keamanan nasional AS John Kirby mengatakan Israel telah menyetujui “jeda kemanusiaan” selama empat jam setiap hari, dengan tujuan agar jeda kecil dalam pemboman dapat membantu keluarnya sandera dari Gaza. Kirby mengatakan Israel juga setuju untuk membuka koridor kedua bagi warga sipil untuk meninggalkan Kota Gaza.

Letkol Richard Hecht, juru bicara militer Israel, mengatakan: “Tidak ada gencatan senjata, saya ulangi tidak ada gencatan senjata. Apa yang kami lakukan, jangka waktu empat jam itu, adalah jeda lokal yang taktis untuk bantuan kemanusiaan.”

Jihad Islam Palestina merilis sebuah video yang menunjukkan dua sandera, seorang wanita berusia 70-an dan seorang anak laki-laki berusia 13 tahun, ditahan di Gaza. Seorang juru bicara sayap militer kelompok tersebut mengatakan pihaknya “siap melepaskan mereka atas dasar kemanusiaan ketika kondisi keamanan di lapangan terpenuhi”.

Hecht mengatakan rekaman itu merupakan “terorisme psikologis terburuk yang pernah saya lihat dalam hidup saya”.

Negosiasi tidak langsung antara pejabat Israel dan Hamas, yang dimediasi oleh Qatar karena kedua kelompok tersebut tidak memiliki kontak resmi, baru-baru ini berfokus pada kemungkinan gencatan senjata yang berlangsung antara satu hingga tiga hari, terkait dengan pembebasan antara 10 hingga 15 sandera.

Sebuah sumber yang mengetahui perundingan tersebut mengatakan bahwa dorongan untuk menghentikan permusuhan dalam waktu singkat dan menukarkan sejumlah kecil sandera merupakan ujian lakmus dan pintu gerbang bagi perundingan sandera lebih lanjut.

Baca Juga : Israel Tembus Jatung Gaza, Negara Eropa Teriak “Bom” Sanksi

Pembebasan Sandera

Para pejabat dari Mesir dan PBB serta seorang diplomat Barat mengatakan kepada Associated Press bahwa kesepakatan tersebut juga akan memungkinkan lebih banyak bantuan, termasuk sejumlah kecil bahan bakar, untuk masuk ke Gaza setelah Israel mengurangi sebagian besar pasokan makanan, air, bantuan dan bahan bakar beberapa hari setelahnya. serangan Hamas.

Para pejabat AS mengatakan kepada AP bahwa pemerintahan Biden menyarankan untuk menghubungkan lamanya gencatan senjata dengan jumlah sandera yang akan dibebaskan.

Negosiasi untuk membebaskan para sandera menghasilkan pembebasan empat wanita, termasuk dua warga negara Amerika dan dua warga Israel, pada tanggal 20 dan 24 Oktober. Saluran berita kabel Mesir, Al Qahera, melaporkan mediator Mesir hampir mencapai kesepakatan yang akan menghasilkan “gencatan senjata kemanusiaan” di Gaza dan pertukaran sandera.

Noam Sagi, yang ibunya disandera mengatakan telah mendengar banyak rumor dalam 30 hari terakhir. “Kami berada di tengah penyiksaan psikologis selama 34 hari terakhir. Rumor datang dan pergi. Kami mengharapkan semua orang yang terlibat untuk membawa pulang semua sandera sekarang. Itu adalah prioritas nomor satu.”

Yehuda Beinin, yang putrinya dan menantu laki-lakinya diculik dari Kibbutz Nir Oz, mengatakan laporan yang muncul tentang gencatan senjata “sangat tidak jelas”.

“Apa yang harus kami katakan kepada pemerintah Israel adalah: tugas Anda adalah menjamin pembebasan para sandera. Bagaimana Anda melakukan hal itu, itu masalah Anda,” kata pria berusia 70 tahun itu.

“Saya tidak merasa satu bulan telah berlalu, saya tidak punya konsep waktu. Ini benar-benar kabur dan sangat tidak nyata, sangat menakutkan.”

Permintaan Israel

Salah satu sumber yang mengetahui perundingan tersebut, yang melambat setelah invasi darat Israel, mengatakan bahwa poin utama diskusi adalah permintaan pihak Israel agar Hamas memberikan daftar lengkap yang menyebutkan nama dan rincian setiap orang yang ditahan di Gaza. Pihak Israel tidak mau menghentikan pengeboman tanpa menerima daftar ini.

Hamas menjawab bahwa mereka tidak dapat memberikan daftar tersebut tanpa jeda dalam pertempuran, karena diperkirakan 240 sandera disandera oleh sejumlah kelompok berbeda di berbagai tempat di Gaza. Hal ini menunjukkan bahwa bahkan para pemimpin Hamas tidak mengetahui secara pasti berapa banyak orang yang ditawan, lokasi mereka, atau jumlah orang yang selamat dari pemboman tersebut.

Sumber lain mengatakan Hamas pada awalnya meminta pertukaran tahanan, bahan bakar, dan pasokan lainnya sebagai imbalan bagi para sandera, namun tuntutan ini dibatalkan demi penghentian serangan udara saja.

“Setiap kali permintaan balasan Israel semakin sulit,” kata sumber itu. Anggota Hamas sebelumnya mengatakan mereka menyandera untuk ditukar dengan ribuan tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.

Perpecahan di Israel

Perundingan ini juga telah memunculkan perpecahan di dalam pemerintahan Israel, yang mempertemukan kelompok garis keras di kalangan militer, kelompok sayap kanan pemerintah, dan khususnya Netanyahu, melawan badan intelijen Mossad, yang merupakan lembaga utama dalam negosiasi penyanderaan, dan beberapa jenderal.

“Setiap kali Bibi [Netanyahu] mencapai kesepakatan, maka tuntutannya akan lebih keras,” kata salah satu sumber. Netanyahu telah berulang kali secara terbuka menolak gagasan gencatan senjata, dan malah memilih untuk meningkatkan serangan terhadap Gaza.

Pada pertengahan bulan Oktober, mantan agen Mossad David Meidan, yang merundingkan pembebasan tentara Israel Gilad Shalit dari Gaza lebih dari satu dekade lalu, mengatakan kepada Haaretz bahwa tidak ada keraguan masalah pertama yang harus dihadapi negara adalah masalah para tawanan.

“Kesempatan untuk melakukan hal ini sangatlah sempit. Kami harus menyelesaikan ini… dalam waktu seminggu,” katanya.

Pembicaraan terfokus pada upaya untuk menemukan tokoh-tokoh di kamp Israel yang bersedia menerima argumen bahwa pembebasan sandera lebih lanjut tidak mungkin dilakukan di tengah meningkatnya pertempuran.

“Perang berlangsung dengan kekuatan yang belum pernah disaksikan Hamas,” Netanyahu menyatakan dalam pidatonya yang tegas menandai satu bulan sejak serangan tersebut. “Tidak akan ada gencatan senjata tanpa kembalinya kami yang diculik.”

Media Israel melaporkan bahwa direktur Mossad saat ini, David Barnea, dan mantan direktur Yossi Cohen baru-baru ini mengunjungi Doha untuk membahas negosiasi penyanderaan. Kunjungan mereka, serta meningkatnya peran Mossad dalam negosiasi, tampaknya mengalihkan diskusi ke arah kemungkinan pembebasan sandera terbatas yang terkait dengan gencatan senjata sementara.

Kepala CIA, William Burns, mengunjungi Kairo dan Israel awal pekan ini, bertemu dengan presiden Mesir, Abdel Fatah al-Sisi. Burns bertemu dengan pimpinan Mossad Barnea dan perdana menteri Qatar di Doha pada hari Kamis.

Sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok tersebut membahas izin sejumlah kecil bahan bakar ke Gaza untuk tujuan kemanusiaan, yang sejauh ini ditolak Israel, serta kesepakatan untuk membebaskan sejumlah kecil sandera dengan imbalan gencatan senjata satu atau dua hari. Namun hasil perundingan tersebut masih belum jelas.

Thailand Minta Iran Bantu Pembebasan Warganya yang Disandera Hamas

Thailand Minta Iran Bantu Pembebasan Warganya yang Disandera Hamas

Bangkok - Menteri Luar Negeri (Menlu) Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara berkunjung ke Timur Tengah dalam upaya mencari jaminan pembebasan puluhan warga Thailand yang disandera Hamas. Saat mengunjungi Qatar dan Mesir, Parnpree meminta bantuan pejabat Iran untuk membantu pembebasan sandera asal Thailand.

Bangkok BeritaMega4D – Menteri Luar Negeri (Menlu) Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara berkunjung ke Timur Tengah dalam upaya mencari jaminan pembebasan puluhan warga Thailand yang disandera Hamas. Saat mengunjungi Qatar dan Mesir, Parnpree meminta bantuan pejabat Iran untuk membantu pembebasan sandera asal Thailand.

Seperti dilansir AFP, Jumat (3/11/2023), otoritas Israel menyebut lebih dari 230 sandera, termasuk warga negara asing, disandera Hamas dalam serangan mengejutkan pada 7 Oktober lalu dan dibawa ke Jalur Gaza. Para pejabat Tel Aviv menyebut lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, tewas.

Terdapat sedikitnya 23 warga Thailand yang hingga kini masih disandera oleh Hamas.
Parnpree, dalam upaya menjamin pembebasan para sandera asal Thailand, melakukan perjalanan hingga ke Qatar dan Mesir pekan ini untuk melakukan pembicaraan soal para sandera Hamas.

Baca juga: AS Tak Dukung Pendudukan Israel: Gaza adalah Tanah Palestina!

Dalam kunjungan ke Doha, Parnpree bahkan bertemu dengan Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian. Dia lantas mendorong sang Menlu Iran untuk menggunakan hubungan dekat Teheran dan Hamas untuk membantu menjamin pembebasan warga negara Thailand yang disandera.

“Saya menunjukkan kepada mereka bahwa warga Thailand yang bekerja di sana adalah masyarakat berpenghasilan rendah, dan bekerja di sektor pertanian untuk meningkatkan pendapatan mereka,” tutur Parnpree kepada wartawan di Bangkok setelah dia kembali ke negaranya.

“Saya berbicara dengan Menteri Luar Negeri Iran dan mengatakan kepadanya bahwa pekerjaan Thailand tidak ada hubungannya dengan politik dan konflik. Saya memintanya untuk mengirimkan pesan kepada kelompok Hamas bahwa mereka (warga Thailand yang disandera-red) hanyalah buruh,” imbuhnya.

Menurut Kementerian Tenaga Kerja negara tersebut, sekitar 30.000 warga Thailand bekerja di Israel, dengan sebagian besar di sektor pertanian.

Sedikitnya 32 warga Thailand tewas dan 19 warga lainnya mengalami luka-luka dalam konflik antara Israel dan Hamas. Otoritas Thailand sejauh ini telah mengevakuasi lebih dari 7.000 warganya melalui beberapa penerbangan repatriasi.

Dalam pernyataannya, Parnpree menyebut ketiga negara — Qatar, Mesir dan Iran — memberikan dukungan penuh mereka untuk membantu negosiasi.

“Mereka menyatakan pandangan mereka bahwa semakin dini gencatan senjata diterapkan, semakin cepat para sandera bisa dibebaskan,” ucapnya.

Baca juga: Pasukan Israel Sudah Berada di Jantung Kota Gaza, Apa yang Akan Terjadi?

Selama pembicaraan dilakukan, sebut Parnpree, Mesir setuju untuk mengizinkan para pejabat Thailand melakukan perjalanan ke perbatasan Rafah — yang menghubungkan Mesir dan Jalur Gaza — setelah para sandera asal Thailand dibebaskan nantinya.

Tim perunding Muslim, pekan lalu, bertemu dengan para pejabat Hamas di Teheran dan mendapatkan janji bahwa warga Thailand akan dibebaskan pada ‘waktu yang tepat’.

Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memprihatinkan, dengan laporan otoritas kesehatan setempat menyebut sedikitnya 9.061 orang, termasuk 3.760 anak-anak, tewas akibat serangan udara Israel yang sudah berlangsung selama nyaris empat pekan terakhir.

Semakin bertambahnya jumlah korban jiwa di kalangan warga sipil Palestina di Jalur Gaza, ditambah kurangnya pasokan makanan, air, obat-obatan dan bahan bakar telah meningkatkan seruan dari para pemimpin global untuk menghentikan pertempuran atau gencatan senjata.

Baca juga: PM Israel Sebut Negaranya Akan Ambil Alih Tanggung Jawab Keamanan Gaza Setelah Perang

Namun Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menolak seruan semacam itu, dengan alasan langkah itu sama saja ‘menyerah’ kepada Hamas.

Amerika Serikat (AS), sekutu Israel, juga menolak gencatan senjata, namun sedang mengupayakan adanya jeda kemanusiaan demi memungkinkan bantuan kemanusiaan disalurkan ke Jalur Gaza dan memberi peluang untuk pembebasan para sandera.

Kelompok Houthi Yaman Serang Israel Lagi

Kelompok Houthi Yaman Serang Israel Lagi
Anggota pasukan keamanan yang berafiliasi dengan Houthi berpose untuk sebuah foto ketika mereka menyaksikan ribuan jamaah Muslim Yaman mengambil bagian dalam sholat Jumat Siang sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, di ibu kota Yaman yang dikuasai Houthi, Sanaa, pada tanggal 27 Oktober 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas di Jalur Gaza.

SANA’A, KOMPAS.com – Kelompok Houthi Yaman pada Senin (6/11/2023) mengeklaim telah meluncurkan serangan pesawat tak berawak atau drone baru terhadap Israel. “Angkatan bersenjata Yaman meluncurkan sejumlah pesawat tak berawak dalam beberapa jam terakhir ke berbagai target sensitif musuh Israel di wilayah pendudukan,” ucap Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, di media sosial X. Dia menyebut, serangan terbaru Houthi itu telah menghentikan sementara aktivitas di pangkalan-pangkalan militer dan bandara-bandara Israel.

Baca juga: PM Israel Hukum Menteri yang Ancam Jatuhkan Bom Nuklir di Gaza

“Sebagai hasil dari operasi tersebut, aktivitas di pangkalan dan bandara yang ditargetkan berhenti selama beberapa jam,” ujarnya, sebagaimana dikutip dari AFP.

Pekan lalu, kelompok yang didukung Iran tersebut juga sempat mengeklaim serangan drone dan mengatakan mereka telah melakukan tiga serangan sebelumnya dengan pesawat tak berawak dan rudal balistik.

Houthi mengemukakan bahwa mereka bertindak sebagai bagian dari “poros perlawanan” terhadap Israel, yang mencakup kelompok-kelompok yang didukung Iran di Lebanon, Suriah, dan Irak.

“Pasukan Houthi terus melakukan operasi militer yang lebih kualitatif untuk mendukung rakyat Palestina… sampai agresi brutal Israel terhadap saudara-saudara kita di Gaza berhenti,” jelas Saree memposting pada Senin.

Perang yang sedang berlangsung meletus ketika militan Hamas menyeberang dari Gaza ke Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.400 orang menurut para pejabat Israel.

Sementara, Kementerian Kesehatan di Gaza menyebut, lebih dari 10.000 orang, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan perempuan, telah terbunuh dalam serangan balasan Israel.

Baca juga: PM Israel Sebut Negaranya Akan Ambil Alih Tanggung Jawab Keamanan Gaza Setelah Perang

Sejak konflik dimulai, telah terjadi serangkaian serangan terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah serta hampir setiap hari terjadi baku tembak di perbatasan Israel-Lebanon antara Hezbollah dan tentara Israel. Sementara itu, pihak berwenang Israel belum memberikan komentar tentang klaim serangan Houthi terbaru.