Update Terkini Perang Gaza: Netanyahu Menggila, Israel Pecah

Update Terkini Perang Gaza: Netanyahu Menggila, Israel Pecah

Foto: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden (tidak dalam gambar), saat Biden mengunjungi Israel di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Tel Aviv, Israel, 18 Oktober 2023.  
Foto: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden (tidak dalam gambar), saat Biden mengunjungi Israel di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Tel Aviv, Israel, 18 Oktober 2023.

Jakarta, BeritaMega4D.com Indonesia – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak kesepakatan gencatan senjata selama 5 hari dengan kelompok Hamas di Gaza sebagai imbalan atas pembebasan beberapa sandera yang ditahan di wilayah tersebut pada awal perang.

Menurut sumber yang mengetahui hal tersebut, sebagaimana dilansir The Guardian, Jumat (10/11/2023), Netanyahu langsung menolak kesepakatan tersebut dalam perundingan segera setelah militan Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke wilayah Israel pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.400 orang.

Negosiasi dilanjutkan setelah peluncuran serangan darat Israel pada 27 Oktober, namun sumber yang sama mengatakan Netanyahu terus mengambil tindakan keras terhadap proposal yang melibatkan gencatan senjata dengan jangka waktu berbeda dengan imbalan sejumlah sandera.

Pihak lain mengindikasikan bahwa negosiasi yang dilakukan sebelum invasi darat melibatkan jumlah sandera yang jauh lebih besar, dengan Hamas mengusulkan pembebasan puluhan warga negara asing yang disandera di Gaza.

Diperkirakan 240 orang disandera setelah pejuang dari Hamas, Jihad Islam Palestina, dan kelompok lain yang berbasis di Gaza, serta warga sipil, melintasi pagar perbatasan yang memisahkan wilayah tersebut dari kota-kota Israel dan kibbutzim.

Kemarahan masyarakat dan tuntutan agar Israel memprioritaskan negosiasi penyanderaan makin meningkat, dengan keluarga korban yang ditahan di Gaza berkumpul di luar kediaman Netanyahu awal pekan ini.

Menurut tiga sumber yang mengetahui perundingan tersebut, kesepakatan awal yang dibahas adalah pembebasan anak-anak, perempuan, orang lanjut usia, dan orang sakit dengan imbalan gencatan senjata selama lima hari, namun pemerintah Israel menolaknya dan menunjukkan penolakannya dengan meluncurkan serangan darat.

Adapun pengeboman Israel serta invasi darat yang berkelanjutan di ujung utara Jalur Gaza, yang dihuni 2,3 juta orang, telah menewaskan lebih dari 10.500 orang dalam sebulan terakhir dan melukai lebih dari 25.000 orang.

Abu Obeida, juru bicara sayap militan Hamas, Izz ad-Din al-Qassam, mengatakan bahwa kelompok tersebut tidak dapat membebaskan lebih banyak sandera di tengah meningkatnya serangan.

Baca Juga : 10.560 Tewas, Israel Sebut Tak Ada Krisis Kemanusiaan di Gaza

Jeda Kemanusiaan

Pada Kamis, juru bicara dewan keamanan nasional AS John Kirby mengatakan Israel telah menyetujui “jeda kemanusiaan” selama empat jam setiap hari, dengan tujuan agar jeda kecil dalam pemboman dapat membantu keluarnya sandera dari Gaza. Kirby mengatakan Israel juga setuju untuk membuka koridor kedua bagi warga sipil untuk meninggalkan Kota Gaza.

Letkol Richard Hecht, juru bicara militer Israel, mengatakan: “Tidak ada gencatan senjata, saya ulangi tidak ada gencatan senjata. Apa yang kami lakukan, jangka waktu empat jam itu, adalah jeda lokal yang taktis untuk bantuan kemanusiaan.”

Jihad Islam Palestina merilis sebuah video yang menunjukkan dua sandera, seorang wanita berusia 70-an dan seorang anak laki-laki berusia 13 tahun, ditahan di Gaza. Seorang juru bicara sayap militer kelompok tersebut mengatakan pihaknya “siap melepaskan mereka atas dasar kemanusiaan ketika kondisi keamanan di lapangan terpenuhi”.

Hecht mengatakan rekaman itu merupakan “terorisme psikologis terburuk yang pernah saya lihat dalam hidup saya”.

Negosiasi tidak langsung antara pejabat Israel dan Hamas, yang dimediasi oleh Qatar karena kedua kelompok tersebut tidak memiliki kontak resmi, baru-baru ini berfokus pada kemungkinan gencatan senjata yang berlangsung antara satu hingga tiga hari, terkait dengan pembebasan antara 10 hingga 15 sandera.

Sebuah sumber yang mengetahui perundingan tersebut mengatakan bahwa dorongan untuk menghentikan permusuhan dalam waktu singkat dan menukarkan sejumlah kecil sandera merupakan ujian lakmus dan pintu gerbang bagi perundingan sandera lebih lanjut.

Baca Juga : Israel Tembus Jatung Gaza, Negara Eropa Teriak “Bom” Sanksi

Pembebasan Sandera

Para pejabat dari Mesir dan PBB serta seorang diplomat Barat mengatakan kepada Associated Press bahwa kesepakatan tersebut juga akan memungkinkan lebih banyak bantuan, termasuk sejumlah kecil bahan bakar, untuk masuk ke Gaza setelah Israel mengurangi sebagian besar pasokan makanan, air, bantuan dan bahan bakar beberapa hari setelahnya. serangan Hamas.

Para pejabat AS mengatakan kepada AP bahwa pemerintahan Biden menyarankan untuk menghubungkan lamanya gencatan senjata dengan jumlah sandera yang akan dibebaskan.

Negosiasi untuk membebaskan para sandera menghasilkan pembebasan empat wanita, termasuk dua warga negara Amerika dan dua warga Israel, pada tanggal 20 dan 24 Oktober. Saluran berita kabel Mesir, Al Qahera, melaporkan mediator Mesir hampir mencapai kesepakatan yang akan menghasilkan “gencatan senjata kemanusiaan” di Gaza dan pertukaran sandera.

Noam Sagi, yang ibunya disandera mengatakan telah mendengar banyak rumor dalam 30 hari terakhir. “Kami berada di tengah penyiksaan psikologis selama 34 hari terakhir. Rumor datang dan pergi. Kami mengharapkan semua orang yang terlibat untuk membawa pulang semua sandera sekarang. Itu adalah prioritas nomor satu.”

Yehuda Beinin, yang putrinya dan menantu laki-lakinya diculik dari Kibbutz Nir Oz, mengatakan laporan yang muncul tentang gencatan senjata “sangat tidak jelas”.

“Apa yang harus kami katakan kepada pemerintah Israel adalah: tugas Anda adalah menjamin pembebasan para sandera. Bagaimana Anda melakukan hal itu, itu masalah Anda,” kata pria berusia 70 tahun itu.

“Saya tidak merasa satu bulan telah berlalu, saya tidak punya konsep waktu. Ini benar-benar kabur dan sangat tidak nyata, sangat menakutkan.”

Permintaan Israel

Salah satu sumber yang mengetahui perundingan tersebut, yang melambat setelah invasi darat Israel, mengatakan bahwa poin utama diskusi adalah permintaan pihak Israel agar Hamas memberikan daftar lengkap yang menyebutkan nama dan rincian setiap orang yang ditahan di Gaza. Pihak Israel tidak mau menghentikan pengeboman tanpa menerima daftar ini.

Hamas menjawab bahwa mereka tidak dapat memberikan daftar tersebut tanpa jeda dalam pertempuran, karena diperkirakan 240 sandera disandera oleh sejumlah kelompok berbeda di berbagai tempat di Gaza. Hal ini menunjukkan bahwa bahkan para pemimpin Hamas tidak mengetahui secara pasti berapa banyak orang yang ditawan, lokasi mereka, atau jumlah orang yang selamat dari pemboman tersebut.

Sumber lain mengatakan Hamas pada awalnya meminta pertukaran tahanan, bahan bakar, dan pasokan lainnya sebagai imbalan bagi para sandera, namun tuntutan ini dibatalkan demi penghentian serangan udara saja.

“Setiap kali permintaan balasan Israel semakin sulit,” kata sumber itu. Anggota Hamas sebelumnya mengatakan mereka menyandera untuk ditukar dengan ribuan tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.

Perpecahan di Israel

Perundingan ini juga telah memunculkan perpecahan di dalam pemerintahan Israel, yang mempertemukan kelompok garis keras di kalangan militer, kelompok sayap kanan pemerintah, dan khususnya Netanyahu, melawan badan intelijen Mossad, yang merupakan lembaga utama dalam negosiasi penyanderaan, dan beberapa jenderal.

“Setiap kali Bibi [Netanyahu] mencapai kesepakatan, maka tuntutannya akan lebih keras,” kata salah satu sumber. Netanyahu telah berulang kali secara terbuka menolak gagasan gencatan senjata, dan malah memilih untuk meningkatkan serangan terhadap Gaza.

Pada pertengahan bulan Oktober, mantan agen Mossad David Meidan, yang merundingkan pembebasan tentara Israel Gilad Shalit dari Gaza lebih dari satu dekade lalu, mengatakan kepada Haaretz bahwa tidak ada keraguan masalah pertama yang harus dihadapi negara adalah masalah para tawanan.

“Kesempatan untuk melakukan hal ini sangatlah sempit. Kami harus menyelesaikan ini… dalam waktu seminggu,” katanya.

Pembicaraan terfokus pada upaya untuk menemukan tokoh-tokoh di kamp Israel yang bersedia menerima argumen bahwa pembebasan sandera lebih lanjut tidak mungkin dilakukan di tengah meningkatnya pertempuran.

“Perang berlangsung dengan kekuatan yang belum pernah disaksikan Hamas,” Netanyahu menyatakan dalam pidatonya yang tegas menandai satu bulan sejak serangan tersebut. “Tidak akan ada gencatan senjata tanpa kembalinya kami yang diculik.”

Media Israel melaporkan bahwa direktur Mossad saat ini, David Barnea, dan mantan direktur Yossi Cohen baru-baru ini mengunjungi Doha untuk membahas negosiasi penyanderaan. Kunjungan mereka, serta meningkatnya peran Mossad dalam negosiasi, tampaknya mengalihkan diskusi ke arah kemungkinan pembebasan sandera terbatas yang terkait dengan gencatan senjata sementara.

Kepala CIA, William Burns, mengunjungi Kairo dan Israel awal pekan ini, bertemu dengan presiden Mesir, Abdel Fatah al-Sisi. Burns bertemu dengan pimpinan Mossad Barnea dan perdana menteri Qatar di Doha pada hari Kamis.

Sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok tersebut membahas izin sejumlah kecil bahan bakar ke Gaza untuk tujuan kemanusiaan, yang sejauh ini ditolak Israel, serta kesepakatan untuk membebaskan sejumlah kecil sandera dengan imbalan gencatan senjata satu atau dua hari. Namun hasil perundingan tersebut masih belum jelas.

Israel Tembus Jatung Gaza, Negara Eropa Teriak “Bom” Sanksi

Israel Tembus Jatung Gaza, Negara Eropa Teriak “Bom” Sanksi
Jakarta, BeritaMega4D.com Indonesia - Israel masih terus melancarkan serangan di Gaza, Palestina. Laporan terbaru mengatakan militer negeri itu, IDF, sudah memasuki "jantung kota" tersebut dan menghancurkan ratusan terowongan bawah tanah (bunker) para pejuang Hamas.
Jakarta, BeritaMega4D.com Indonesia – Israel masih terus melancarkan serangan di Gaza, Palestina.
Jakarta, BeritaMega4D.com Indonesia – Israel masih terus melancarkan serangan di Gaza, Palestina. Laporan terbaru mengatakan militer negeri itu, IDF, sudah memasuki “jantung kota” tersebut dan menghancurkan ratusan terowongan bawah tanah (bunker) para pejuang Hamas.

Dari sejumlah foto yang di update BeritaMega4D.com International dan AFP, Kamis (9/11/2023), sejumlah gambar pun memperlihatkan bagaimana tank-tank tempur Israel melakukan operasi di reruntuhan Gaza. Tentara berpakaian lengkap dan menginspeksi wilayah Gaza Utara.

Baca Juga : Update Gaza: Korban Tewas 10.500-Warga Kibarkan Bendera Putih

“Pasukan IDF (militer Israel)… datang dari utara dan selatan. Mereka menyerbu dengan koordinasi penuh antara pasukan darat, udara dan laut,” kata Menteri Pertaha.nan Yoav Gallant dilansir Reuters

Dalam laporan Al-Jazeera, Israel mengklaim telah menghancurkan 130 terowongan Hamas di Gaza. IDF mengatakan hal tersebut merupakan jumlah total selama operasi militer dilakukan di wilayah Palestina itu.

Dalam serangkaian postingan di media sosial, juru bicara IDF Daniel Hagari membagikan rekaman video yang menunjukkan sejumlah kehancuran. Sayangnya laporan itu belum bisa diverivikasi secara independen.

Di sisi lain, bombardir Israel ke Gaza masih terus berlanjut. Dari data Kementerian Kesehatan Gaza, 10. 569 orang telah Texas di wilayah itu karena operasi militer pemerintah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.

Dari keseluruhan korban, sebagian besar adalah anak-anak dan wanita. Namun hingga kini, Netanyahu mengatakan tak akan melakukan gencatan senjata.

Ini pun membuat sejumlah petinggi negara Eropa berteriak. Spanyol dan Belgia di antaranya, bahkan meminta sanksi ke Israel.

Dalam sebuah wawancara seorang menteri Spanyol meminta komunitas internasional untuk memberikan sanksi kepada Israel yang ia katakan telah melakukan “genosida terencana” terhadap warga Palestina di Gaza. Ia juga menyindir pemimpin dunia yang berteriak kencang soal Ukraina tapi diam soal Gaza.

Baca Juga : AS Tak Dukung Pendudukan Israel: Gaza adalah Tanah Palestina!

“Negara Israel harus mengakhiri rencana genosida terhadap rakyat Palestina,” kata menteri hak-hak sosial Spanyol dan pemimpin partai sayap kiri Podemos, Ion Belarra, dikutip Al-Jazeera.

“Mengapa kita bisa memberikan pelajaran tentang hak asasi manusia dalam konflik lain dan tidak di sini ketika dunia menyaksikannya dengan ketakutan?,” tegasnya.

“Kematian ribuan anak, para ibu berteriak putus asa, karena menyaksikan pembunuhan anak-anak mereka,” tambahnya.

Hal sama juga dikatakan Wakil PM Belgia Petra De Sutter kepada surat kabar Nieuwsblad. Ia mengatakan pemboman “tidak manusiawi” terhadap rumah sakit dan kamp pengungsi di Gaza haris diselidiki dan diberi sanksi.

“Sudah waktunya memberikan sanksi terhadap Israel. Hujan bom tidak manusiawi,” kata Petra De Sutter.

“Jelas Israel tidak peduli dengan tuntutan internasional untuk gencatan senjata,” tambahnya.

Ia mengatakan Uni Eropa (UE) harus segera menangguhkan perjanjian asosiasinya dengan Israel, Sebuah kesepakatan ekonomi dan politik. Termasuk memberlakukan larangan impor produk-produk dari wilayah Palestina yang diduduki.

“Operasi Israel Jelas Salah”

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres mengatakan pernyataan terbaru kemarin. Bahwa jumlah kematian warga sipil di Jalur Gaza menunjukkan ada sesuatu yang “jelas salah” dengan operasi militer Israel.

“Ada pelanggaran yang dilakukan Hamas ketika mereka punya perisai manusia. Namun ketika kita melihat jumlah warga sipil yang terbunuh dalam operasi militer, ada sesuatu yang jelas salah,” kata Guterres pada konferensi pers Reuters NEXT.

“Penting juga untuk membuat Israel memahami bahwa bertentangan dengan kepentingan Israel jika setiap hari melihat gambaran buruk tentang kebutuhan kemanusiaan yang sangat besar bagi rakyat Palestina,” ujarnya lagi.

“Itu tidak membantu Israel dalam kaitannya dengan opini publik global,” jelasnya.

Ia pun menyinggung jumlah anak-anak yang tewas di Gaza. Ia membandingkannya dengan jumlah korban konflik seluruh dunia, dan ternyata di atas itu.

“Jika kita tidak membuat perbedaan, saya pikir kemanusiaan itu sendiri yang akan kehilangan maknanya,” kata Guterres.

“Gaza menjadi kuburan bagi anak-anak,” tambahnya.

“Dalam beberapa hari ini kita melihat ribuan anak-anak terbunuh di Gaza, yang berarti ada sesuatu yang salah dalam cara operasi militer yang dilakukan,” katanya lagi.

Menurutnya apa yang terjadi di Gaza adalah “bencana besar”. Sayangnya ia tak memastikan apakah akan ada pembentukan pasukan penjaga perdamaian PBB di masa depan, untuk menjaga wilayah itu, untuk perdamaian terjadi.

Update Gaza: Korban Tewas 10.500-Warga Kibarkan Bendera Putih

Update Gaza: Korban Tewas 10.500-Warga Kibarkan Bendera Putih
Jakarta, BeritaMega4D.com Indonesia - Serangan ke Gaza masih terus dilakukan Israel. Hingga Kamis (9/11/2023) sejumlah laporan mengatakan rudal masih menghujani kantong Palestina tersebut.
 Foto: Serangan Israel ke Gaza 6 November
Jakarta, BeritaMega4D.com Indonesia – Serangan ke Gaza masih terus dilakukan Israel. Hingga Kamis (9/11/2023) sejumlah laporan mengatakan rudal masih menghujani kantong Palestina tersebut.

Dalam update Al-Jazeera, Rabu malam, disebutkan bagaimana angka korban terus bertambah menembus 10.500 orang. Dari BeritaMega4D.com International dilaporkan bagaimana Israel mengklaim telah menghancurkan ratusan terowongan bawah tanah Hamas.

Di sisi lain, BeritaMega4D.com International menyebut bagaimana warga Gaza berbondong-bondong mengibarkan bendera putih, saat muncul perintah evakuasi dilakukan Israel. Berikut rangkuman BeritaMega4D.com Indonesia:

10.569 Warga Gaza Tewas

Angka korban di Gaza terus bertambah. Dari data terbaru Kementerian Kesehatan Gaza, 10.568 orang tewas karena serangan Israel sementara 4.324 luka-luka.

Dari keseluruhan korban, sebagian besar adalah anak-anak dan wanita. Namun hingga kini, Israel mengatakan tak akan melakukan gencatan senjata.

Sementara itu, lebih dari 155 orang telah terbunuh dan 2.250 orang terluka di Tepi Barat. Di Israel sendiri, 1.400 orang tewas dan lebih dari 7.198 orang terluka.

Israel Hancurkan Terowongan Hamas

Israel mengklaim telah menghancurkan 130 terowongan di Gaza. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan hal tersebut merupakan jumlah total selama operasi militer dilakukan di wilaya Palestina itu.

Dalam serangkaian postingan di media sosial, juru bicara IDF Daniel Hagari membagikan rekaman video yang menunjukkan sejumlah kehancuran. Sayangnya laporan itu belum bisa diverivikasi secara independen.

Diketahui, Hamas telah menghabiskan waktu puluhan tahun untuk membangun terowongan bawah tanah tersebut. Terowongan itu diyakini berdiri sepanjang lebih dari 300 mil.

Anak-Anak Gaza Kelaparan

Sementara itu, Al-Jazeera memuat bagaimana anak-anak di Gaza menghadapi kelaparan, penyakit, dan dehidrasi. Anak-anak yang selamat dari bombardir Israel menghadapi risiko kematian paling tinggi.

“Situasinya sangat buruk. Warga sipil, terutama anak-anak, terus menanggung akibat paling berat dari kekerasan yang sedang berlangsung,” kata Alexandra Saieh dari Save the Children, berbicara dari Washington, AS.

“Minggu lalu, Save the Children memperingatkan bahwa jumlah total anak-anak yang terbunuh hanya dalam beberapa minggu di Gaza lebih tinggi dibandingkan jumlah tahunan anak-anak yang terbunuh dalam seluruh konflik jika digabungkan sejak tahun 2019,” tegasnya mengumumkan bahkan setelah data diriliş 1.000 anak lainnya telah terbunuh.

“Kami tahu lebih dari 1.000 anak hilang atau terjebak di bawah reruntuhan dan hampir tidak ada cara untuk menyelamatkan mereka,” kata Saieh.

“Jika kita tidak melakukan gencatan senjata, jumlahnya akan terus bertambah buruk,” tambahnya.

Netanyahu Keukeuh Tak Ada Gencatan Senjata

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu kembali menolak prospek gencatan senjata di Gaza. Komentar ini muncul di tengah laporan adanya “perundingan untuk menghentikan sementara pertempuran”.

“Saya ingin mengesampingkan segala macam rumor palsu yang kami dengar dari berbagai arah, dan menegaskan kembali satu hal yang jelas,” katanya.

“Tidak akan ada gencatan senjata tanpa pembebasan sandera kami,” ujarnya lagi.

Gerbang Penyebrangan Rafah Ditutup

Pintu penyebrangan Rafah kini ditutup. Padahal gerbang itu penning bagi warga Gaza, Palestina menyelamatkan diri.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel tidak memberikan rincian tambahan mengenai penyebab pasti penutupan penyeberangan antara Gaza dan Mesir tersebut. Namun keamanan disebut menjadi penyebab.

“Harapan AS adalah ketika situasi [keamanan] teratasi, penyeberangan akan dibuka secara berkala untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza dan memungkinkan warga negara asing dan orang lain untuk meninggalkan Gaza,” katanya.

Ratusan Staf Kongres AS Mogok Minta Gencatan Senjata

Lebih dari 100 staf Kongres AS melakukan aksi mogok kerja untuk menuntut gencatan senjata Para staf berjaga di depan gedung US Capitol dan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka “tidak lagi nyaman untuk berdiam diri”.

Baca Juga : Hizbullah Warning, Perang Israel di Gaza Jadi Perang Regional

“Konstituen kami memohon gencatan senjata, dan kami adalah staf yang menjawab seruan mereka,” kata mereka.

“Sebagian besar bos kami di Capitol Hill tidak mendengarkan orang-orang yang mereka wakili. Kami menuntut para pemimpin kami angkat bicara,” tambahnya.

Jajak pendapat Data for Progress yang dirilis pada 20 Oktober menunjukkan 66% pemilih AS menginginkan Presiden Joe Biden menyerukan gencatan senjata. Diketahui 80% anggota Partai Demokrat mendukung langkah tersebut.

Namun pemerintahan Biden menolak tekanan untuk mendukung seruan gencatan senjata. Ia malah mengatakan pihaknya berupaya untuk mendapatkan “jeda kemanusiaan” dalam pertempuran tersebut.

Hanya segelintir legislator di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS yang menyerukan gencatan senjata meskipun dukungan terhadap jeda kemanusiaan semakin meningkat. Pekan lalu, Dick Durbin menjadi senator AS pertama yang menyerukan gencatan senjata.

Seruan Gencatan Senjata di Gaza Makin Kencang

Bukan hanya di AS, peruan gencatan senjata juga kencang di Inggris. Persatuan Organisasi Muslim (UMO) Walsall mendesak pemerintah Inggris dan para pemimpin dunia untuk memfasilitasi gencatan senjata segera di Gaza setelah lebih dari sebulan serangan Israel ke wilayah tersebut.

Baca juga : Thailand Minta Iran Bantu Pembebasan Warganya yang Disandera Hamas

“Untuk mendukung seruan gencatan senjata, sejumlah organisasi yang merupakan bagian dari UMO akan mengibarkan bendera Palestina pada 11 November dan berencana untuk mempertahankannya setidaknya selama seminggu, atau sampai gencatan senjata tercapai,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Warga Gaza Kibarkan Bendera Putih

Warga Gaza mengibarkan bendera putih dan memegang kertas identitas, Tabu. Ini dilakukan saat meraka berbondong-bondong mengikuti perintah Israel untuk pindah dari wilayah utara ke selatan.

Video dari lokasi kejadian, termasuk yang dipublikasikan oleh militer Israel, menunjukkan sejumlah warga Palestina menuju ke selatan. Termasuk anak-anak, wanita dan orang lanjut usia.

Berbicara kepada BeritaMega4D.com International, para pengungsi mengatakan mereka telah berjalan berjam-jam. Beberapa dari mereka tidak membawa apa-apa selain botol air, sementara yang lain membawa bendera putih, menandakan harapan mereka untuk perjalanan yang aman.

“Saya membawa tanda pengenal saya karena saya diberitahu bahwa itu (jalan) akan aman, saya tidak tahu apakah saya akan diizinkan masuk atau tiba di selatan,” katanya.

“Saya adalah penduduk lingkungan Al-Shejaiya… Kami melihat kematian dengan mata kepala sendiri, lantai meledak dari bawah kami. Saya hanya punya satu putra dan tiga putri, saya tidak bisa berjalan, kemana kami harus pergi? Tidak ada rumah, tidak ada makanan, tidak ada air; mereka tidak meninggalkan apa pun kepada kami,” kata Zaher, ibu empat anak.

Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, sekitar 5.000 orang melarikan diri ke Gaza selatan dengan berjalan kaki selama empat jam pada hari Senin. Israel telah mengklaim membuka “koridor kemanusiaan” selama empat jam setiap hari bagi warga Gaza untuk bergerak ke selatan.

PBB Sebut Israel Lakukan Kejahatan Perang

Pelapor khusus PBB mengenai hak atas perumahan yang layak telah memperingatkan bahwa pemboman “sistematis” Israel terhadap perumahan dan fasilitas sipil adalah ilegal. Ini merujuk hukum kemanusiaan internasional.

“Tindakan seperti itu merupakan kejahatan perang dan jika ditujukan terhadap penduduk sipil, maka tindakan tersebut juga merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata Balakrishnan Rajagopal dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Al Jazeera.

Ia menambahkan bahwa bahkan ketika para pejuang berlindung di perumahan sipil, seperti yang dituduhkan Israel dalam serangannya terhadap kamp pengungsi Jabalia, bangunan-bangunan tersebut masih bukan target yang sah.

Menurut PBB, Israel telah menghancurkan 45% dari seluruh unit perumahan di Gaza sejak 7 Oktober dan membuat sekitar 1,5 juta orang mengungsi di dalam negeri.

Generator Cadangan di RS Indonesia Kehabisan Bahan Bakar

Fasilitas medis di Gaza utara akan berhenti berfungsi karena bahan bakar untuk generator cadangannya akan habis dalam satu hari. Kabar ini disampaikan oleh direktur fasilitas tersebut.

“Generator akan kehabisan bahan bakar dalam 24 jam,” kata Atef al-Kahlout. Ia mengatakan, generator utama di rumah sakit tersebut sudah mati.

“Jika rumah sakit tidak mendapat pasokan bahan bakar dalam 24 jam ke depan, operasinya akan terhenti total,” katanya.

Direktur Rumah Sakit Indonesia tersebut mengimbau PBB, WHO dan ICRC untuk melakukan intervensi guna mengamankan jalur yang aman bagi warga Palestina yang terluka untuk diangkut ke Jalur Gaza bagian selatan, dan dari sana ke Mesir untuk mendapatkan perawatan.

Menteri G7 Warning Iran

Para menteri luar negeri dari G7 telah memperingatkan Iran tentang peningkatan eskalasi selama perang Israel di Gaza, dan mengatakan bahwa Teheran harus mengendalikan kelompok bersenjata sekutunya.

“Kami menyerukan Iran untuk menahan diri memberikan dukungan kepada Hamas dan mengambil tindakan lebih lanjut yang mengganggu stabilitas Timur Tengah, termasuk dukungan kepada Hizbullah Lebanon dan aktor non-negara lainnya, dan menggunakan pengaruhnya terhadap kelompok-kelompok tersebut untuk meredakan ketegangan regional,” kata para menteri dalam pernyataan bersama setelah pembicaraan di Jepang.

Iran telah muncul sebagai salah satu negara yang paling vokal menentang pemboman Israel di Gaza, dan telah memperingatkan Israel dan sekutu terdekatnya bahwa perang dapat meluas ke AS.

Israel Serang Palang Merah International

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyatakan terkejut atas serangan Israel ke konvoinya pada Selasa. Dua truk rusak dan seorang pengemudi terluka ringan ketika konvoi ICRC yang membawa pasokan medis yang menyelamatkan nyawa ke fasilitas kesehatan dilalap api.

“Kami sangat menekankan bahwa konvoi kemanusiaan, konvoi medis, fasilitas dan personel mendapat perlindungan khusus berdasarkan hukum humaniter internasional,” kata juru bicara ICRC Alyona Synenko.

“Hukum humaniter internasional mengatakan bahwa fasilitas sipil, infrastruktur penting, warga sipil harus dibedakan dari objek militer, personel militer. Kami telah berbicara dengan pihak-pihak tersebut dan kami telah menyerukan secara terbuka untuk menghormati hukum humaniter internasional, karena jumlah korban kemanusiaan dalam konflik yang kita lihat saat ini di lapangan sangatlah mengejutkan,” tegasnya.

Hizbullah Warning, Perang Israel di Gaza Jadi Perang Regional

Hizbullah Warning, Perang Israel di Gaza Jadi Perang Regional
Foto: Anggota Hizbullah
Foto: Anggota Hizbullah
 Jakarta, BeritaMega4d.com Indonesia – Pemimpin tertinggi kedua Hizbullah memberi peringatan terbaru. Milisi kuat yang didukung Iran di Lebanon itu mengatakan pembunuhan Israel ke warga sipil di Gaza berisiko menimbulkan perang yang lebih luas di Timur Tengah.

Dalam wawancara di BeritaMega4D.com International, Sheikh Naim Qassem mengatakan perkembangan yang terjadi kini sangat serius dan berbahaya. Menurutnya, tidak ada yang bisa menghentikan dampaknya ke depan.

“Bahayanya nyata,” tegasnya, dikutip Kamis (9/11/2023).

“Karena Israel meningkatkan agresinya terhadap warga sipil dan membunuh lebih banyak perempuan dan anak-anak. Apakah mungkin hal ini terus berlanjut dan meningkat, tanpa membawa bahaya nyata ke wilayah tersebut? Saya kira tidak,” tambahnya dalam sebuah wawancara di Beirut.

Baca juga : Thailand Minta Iran Bantu Pembebasan Warganya yang Disandera Hamas

Dia menegaskan eskalasi apa pun akan terkait dengan tindakan Israel. Setiap kemungkinan, ujarnya, pasti ada responsnya.

Perlu diketahui, Hizbullah sendiri adalah kekuatan politik dan militer terbesar di Lebanon. Namun Inggris, Amerika Serikat (AS) dan Liga Arab menggolongkannya sebagai organisasi teroris.

Sejauh ini, Hizbullah menanggapi perang di Gaza dengan peringatan peringatan. Kelompok ini disebut berhati-hati mengkalibrasi tindakan mereka.

Ketika serangan Israel menewaskan seorang wanita dan tiga anak di Lebanon selatan pada hari Minggu, Hizbullah menggunakan roket Grad untuk pertama kalinya dalam konflik tersebut. Ini kemudian menewaskan seorang warga sipil Israel.

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, mengancam bahwa setiap kematian warga sipil di Lebanon akan mengakibatkan kematian lain di seberang perbatasan. Namun dia tidak mengancam Israel dengan “perang habis-habisan”.

Bukan Cuma 7 Oktober

Dalam wawancara itu Sheikh Naim Qassem juga menegaskan bagaimana masalah Israel dan Palestina bukan hanya terjadi 7 Oktober. Ia menyebut serangan tersebut sebagai respons yang tidak dapat dihindari terhadap pendudukan Israel atas tanah Palestina selama puluhan tahun.

“Mengapa kita tidak melihat apa yang telah dilakukan Israel di Gaza,” katanya.

“Mereka membunuh warga sipil dan menghancurkan rumah-rumah,” tambahnya.

Baca Juga : AS Tak Dukung Pendudukan Israel: Gaza adalah Tanah Palestina!

Sebelumnya di tahun 1948, PBB membuat resolusi 181. Organisasi global itu kemudian mengadopsi membagi Palestina menjadi dua negara dan satu wilayah internasional, negara Palestina, Israel, dan wilayah Yerussalem.

Namun hal ini tak kunjung terealisasi. Perang bahkan makin menjadi di antara dua wilayah.

Perjanjian Oslo pada tahun 1993 juga mencoba memediasi. Otoritas Palestina, PLO mengakui Israel berdasarkan solusi dua negara dan secara efektif menandatangani perjanjian yang memberi Israel kendali atas 60% Tepi Barat, serta sebagian besar sumber daya tanah dan air di wilayah tersebut.

Perjanjian itu seharusnya akan memberikan pemerintah Palestina terpilih pertama, menjalankan negara merdeka di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan ibu kotanya di Yerusalem Timur. Namun janji kesepakatan itu tidak pernah terjadi.

Ancaman Terbesar Perusahaan Global-Selat Hormuz Tutup

Sebelumnya, perang yang terjadi di sejumlah wilayah dunia- termasuk Gaza- telah menjadi fokus perhatian para CEO perusahaan-perusahaan besar saat ini. Hal ini diungkapkan oleh direktur think tank kebijakan luar negeri Atlantic Council, Frederick Kempe, dalam dialog bisnis BeritaMega4d.com Global Evolve, pekan lalu.

Secara rinci, ia menjelaskan, empat tahun pertama dalam dekade terakhir ini telah menimbulkan guncangan eksternal. Mulai dari peristiwa Covid-19, penarikan pasukan AS di Afghanistan yang kemudian melemahkan posisi AS di dunia.

Baca Juga : Pasukan Israel Sudah Berada di Jantung Kota Gaza, Apa yang Akan Terjadi?

Belum lagi, invasi Rusia di Ukraina. Dan, terakhir, pecahnya perang antara Israel dan Hamas.

“Setiap CEO, semua bank yang saya ajak bicara, mempertimbangkan geopolitik dalam pemikiran mereka dengan cara yang tidak dilakukan lima tahun lalu,” katanya.

“Tidak ada yang mengatakan hal itu tidak akan mempengaruhi bisnis. … Geopolitik mulai memasuki ruang rapat dengan cara yang belum pernah saya alami sebelumnya,” tambahnya.

Dalam laporan lain, perang melebar bisa membuat Selat Hormuz terganggu. Perairan ini adalah titik transit minyak terpenting di dunia, tempat sekitar seperlima produksi minyak global mengalir setiap harinya.

Kekhawatiran paling utama adalah pembalasan Israel terhadap Iran, yang menjadi sumber dana dan senjata proksi-proksi. Menurut prediksi Bank of America baru-baru ini, Iran bisa saja menutup selat tersebut, sehingga mendorong harga minyak hingga di atas U$250 per barel.

AS Tak Dukung Pendudukan Israel: Gaza adalah Tanah Palestina!

AS Tak Dukung Pendudukan Israel: Gaza adalah Tanah Palestina!
Washington DC BeritaMega4D.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menegaskan pihaknya tidak mendukung pendudukan baru untuk jangka panjang atas Jalur Gaza oleh Israel. Washington menyatakan bahwa Jalur Gaza merupakan tanah Palestina, sehingga rakyat Palestina yang berhak menentukan masa depan wilayah tersebut.
Potret militer Israel berburu pasukan Hamas dalam operasi darat di Gaza (via REUTERS/ISRAEL DEFENSE FORCES)

Washington DC BeritaMega4D.com – Pemerintah Amerika Serikat (AS) menegaskan pihaknya tidak mendukung pendudukan baru untuk jangka panjang atas Jalur Gaza oleh Israel. Washington menyatakan bahwa Jalur Gaza merupakan tanah Palestina, sehingga rakyat Palestina yang berhak menentukan masa depan wilayah tersebut.

Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (8/11/2023), penegasan AS itu menanggapi pernyataan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu yang menyebut negaranya akan memikul ‘tanggung jawab keseluruhan’ atas keamanan Jalur Gaza untuk periode yang tidak terbatas, setelah perang melawan Hamas berakhir.

Pernyataan Netanyahu itu, menurut Al Arabiya dan Al Jazeera, mengisyaratkan bahwa pendudukan Israel atas daerah kantong Palestina akan terus berlanjut.

“Pandangan kami adalah rakyat Palestina harus berada di garis depan dalam pengambilan keputusan ini dan Gaza adalah tanah Palestina dan akan tetap menjadi tanah Palestina,” ucap juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel, kepada wartawan setempat.

Baca juga:
Netanyahu: Israel Akan Pikul Tanggung Jawab Keamanan di Gaza Usai Perang

“Secara umum, kami tidak mendukung pendudukan kembali Gaza dan begitu pula Israel,” tegasnya.

Israel menarik diri dari Jalur Gaza sejak tahun 2005 lalu. Daerah kantong Palestina itu sebelumnya direbut oleh Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967 silam. Usai mundur dari Gaza, Israel memberlakukan blokade setelah Hamas menguasai Jalur Gaza.

Namun demikian, Patel menyatakan AS menyepakati bahwa ‘tidak ada jalan kembali ke status quo 6 Oktober’, yang merujuk pada hari sebelum serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel bagian selatan.

“Penting untuk dicatat bahwa pada saat yang sama kami sepakat dengan Israel bahwa tidak ada jalan kembali ke status quo 6 Oktober,” ucapnya.

“Israel dan kawasan harus aman, dan Gaza seharusnya dan tidak bisa lagi menjadi basis untuk melancarkan serangan teror terhadap rakyat Israel atau siapa pun,” tegas Patel dalam pernyataannya.

“Oleh karena itu, kami bekerja sama dengan para mitra dalam berbagai skenario — mengenai pemerintahan sementara, parameter keamanan, dan situasi keamanan — di Gaza setelah krisis ini mereda,” jelas Patel, seperti dilansir Al Jazeera.

Perang yang berkecamuk antara Israel dan Hamas dimulai 7 Oktober ketika kelompok milisi Palestina itu menyeberang dari perbatasan Jalur Gaza dan menyerbu wilayah Israel bagian selatan. Menurut otoritas Israel, sekitar 1.400 orang yang sebagian besar warga sipil tewas akibat serangan Hamas.

Baca juga:
Pasukan Israel Sudah Berada di Jantung Kota Gaza, Apa yang Akan Terjadi?

Para pejabat Tel Aviv juga menyebut lebih dari 240 orang, yang tidak hanya terdiri atas warga sipil dan tentara Israel tapi juga warga negara asing, disandera oleh Hamas dan dibawa ke Jalur Gaza. Serangan Hamas itu tercatat sebagai serangan terburuk terhadap Israel sejak negara itu didirikan tahun 1948 silam.

Sebagai respons, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Jalur Gaza, yang menjadi rumah bagi sekitar 2,4 juta orang. Israel juga mengerahkan operasi darat yang semakin diperluas ke dalam wilayah Jalur Gaza dengan tujuan menumpas Hamas.

Laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza, yang dikuasai Hamas, menyebut lebih dari 10.300 orang, sebagian besar warga sipil dan nyaris separuhnya anak-anak, tewas akibat rentetan serangan Israel.

Pasukan Israel Sudah Berada di Jantung Kota Gaza, Apa yang Akan Terjadi?

Pasukan Israel Sudah Berada di Jantung Kota Gaza, Apa yang Akan Terjadi?
beritamega4d.com Kendaraan lapis baja Israel beriringan masuk ke Jalur Gaza.
Kendaraan lapis baja Israel beriringan masuk ke Jalur Gaza.

Jakarta Beritamega4d.com – Para pemimpin Israel mulai membuat klaim atas kemajuan militer mereka di Gaza. Benjamin Netanyahu mengatakan militer Israel telah mengepung Kota Gaza.
“Kota Gaza dikepung, kami beroperasi di dalamnya, kata perdana menteri Israel itu dalam konferensi pers.

Netanyahu mengatakan tidak akan ada gencatan senjata atau pengiriman bahan bakar sampai semua sandera Israel yang disandera oleh Hamas pada 7 Oktober dibebaskan.

Dia juga meminta masyarakat Gaza untuk “silakan pergi ke selatan.

“Kami tidak akan berhenti, katanya.

Adapun Menteri Pertahanan Israel, Yoav Galant, menegaskan militer Israel telah “berada di jantung Kota Gaza”.

“Mereka [militer Israel] datang dari utara dan selatan. Mereka menyerbu dengan koordinasi penuh antara pasukan darat, udara, dan laut,” kata Gallant dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, menurut kantor berita Reuters.

“Mereka bermanuver dengan berjalan kaki, kendaraan lapis baja dan tank, bersama dengan insinyur militer dari segala arah dan mereka memiliki satu target teroris Hamas di Gaza, infrastruktur mereka, komandan mereka, bunker, ruang komunikasi.

Klaim tersebut tidak mudah untuk diverifikasi, namun pasukan Israel jelas sudah tersebar luas di beberapa wilayah padat bangunan di kota tersebut.

Militer Israel telah merilis video kendaraan lapis baja mereka yang beroperasi di sepanjang jalan pantai hingga ke selatan pusat kota, menggarisbawahi bahwa Israel kini telah mengepung seluruh wilayah tersebut.

Juru bicara utama militer Israel, Daniel Hagari, mengatakan 14.000 “target teror dan 100 terowongan telah dihancurkan dalam sebulan terakhir.

Apakah Kota Gaza akan segera jatuh ke tangan Israel?

Semua hal ini tidak berarti bahwa Kota Gaza segera jatuh ke tangan Israel.

Mayor Jenderal Yaakov Amidror mantan komandan Pasukan Pertahanan Israel dan penasihat keamanan nasional sebelumnya mengakui bahwa melawan Hamas akan sulit.

Hamas akan memasang jebakan dan alat peledak rakitan di titik-titik masuk dan di sepanjang jalan sempit, kata Amidror.

Israel meyakini Hamas memiliki sekitar 30.000 personel, namun tidak jelas berapa banyak yang tewas sejauh ini dalam serangan yang juga menewaskan ribuan warga sipil.

Baca Juga :

Persenjataan Hamas meliputi senapan otomatis, granat berpeluncur roket, dan rudal anti-tank.

Hamas juga telah memproduksi drone kecil sendiri termasuk drone bunuh diri, kata pakar militer Israel dan mantan editor surat kabar, Yaakov Katz.

beritamega4d Jaringan terowongan Hamas di Gaza memungkinkan kelompok tersebut memindahkan pasokan dan pasukan.
Jaringan terowongan Hamas di Gaza memungkinkan kelompok tersebut memindahkan pasokan dan pasukan.

Katz meyakini Hamas juga memiliki rudal darat ke udara jarak pendek yang diluncurkan dari bahu- walau pasokannya diprediksi sangat terbatas. Yang tidak mereka miliki, kata Katz, adalah kendaraan lapis baja, tank, dan artileri.

Bagaimana pertempuran bakal berlangsung?

Tantangan utama bagi Israel dalam melawan Hamas di Gaza adalah pertempuran jarak dekat di wilayah padat penduduk dan bangunan.

Wartawan BBC Arabic, Feras Kilani, mengatakan Kota Gaza bisa menjadi medan pertempuran berdarah antara Hamas dan pasukan Israel, dan puluhan ribu warga sipil bisa terjebak di tengah-tengahnya.

Walau banyak warga sipil telah mengungsi, ratusan ribu orang dilaporkan masih berada di kawasan Gaza utara, termasuk Kota Gaza.

Gaza sendiri dianggap sebagai benteng terbesar Hamas, penuh dengan terowongan dan bunker.

Israel mengeklaim beberapa di antara terowongan itu berada di bawah rumah sakit besar, termasuk Rumah Sakit Indonesia namun tuduhan itu dibantah Kementerian Luar Negeri Indonesia dan lembaga Mer-C.

“Gaza adalah basis teror terbesar yang pernah dibangun manusia, kata Menteri Pertahanan Israel, Yoav Galant.

Untuk melawan Hamas, Israel memiliki tim spesialis perang terowongan, termasuk unit teknik yang disebut Yahalom dan unit Oketz yang khusus melibatkan anjing.

Pakar militer Israel dan mantan editor surat kabar, Yaakov Katz, mengatakan pasukan Israel akan menghindari masuk ke dalam terowongan kecuali terpaksa, karena Hamas akan lebih mengenal jaringan terowongan tersebut.

Alih-alih masuk terowongan, pasukan Israel diyakini akan menghancurkan terowongan dengan menuangkan bahan peledak.

Hamas Minta Mesir Percepat Bantuan ke Gaza: Jangan Jadi Penonton!

Hamas Minta Mesir Percepat Bantuan ke Gaza: Jangan Jadi Penonton!

beritamega4d.com - Seorang pejabat tinggi Hamas meminta Mesir untuk mengambil tindakan "tegas" untuk mempercepat bantuan ke Gaza.

beritamega4d.com – Seorang pejabat tinggi Hamas meminta Mesir untuk mengambil tindakan “tegas” untuk mempercepat bantuan ke Gaza. Hal ini disampaikan Hamas di tengah kritik atas lambannya kecepatan pasokan penting yang mencapai wilayah Palestina yang dilanda perang tersebut.

“Mesir tidak boleh terus menjadi penonton,” cetus anggota politbiro Hamas Musa Abu Marzouk dalam sebuah pernyataan, dikutip kantor berita AFP, Senin (30/10/2023).

“Kami mengharapkan sikap tegas Mesir yang mengizinkan bantuan masuk ke Gaza sesegera mungkin,” imbuhnya.

Gaza, yang terus-menerus diserang oleh Israel sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, saat ini menderita kekurangan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar.

Baca juga:  Update Terkini Hamas Vs Israel & Tanda Tanya Masa Depan Gaza

Konvoi bantuan hanya bisa mencapai wilayah tersebut melalui perlintasan Rafah dari Mesir. Sejauh ini sekitar 90 truk telah menandatangani kesepakatan yang ditengahi oleh Amerika Serikat dan Mesir.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah menjanjikan peningkatan bantuan yang signifikan ke Jalur Gaza, selama percakapan telepon pada hari Minggu (29/10) waktu setempat dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, kata Gedung Putih.

Kedua pemimpin tersebut “berkomitmen untuk mempercepat dan meningkatkan bantuan yang mengalir ke Gaza secara signifikan mulai hari ini dan seterusnya,” menurut pernyataan dari Gedung Putih.

Mesir, negara Arab pertama yang menjalin hubungan dengan Israel pada tahun 1979, telah menjadi salah satu perantara utama dalam upaya pembebasan lebih dari 230 sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza

Update Terkini Hamas Vs Israel & Tanda Tanya Masa Depan Gaza

Israel bersumpah untuk memusnahkan kelompok Hamas dalam serangan gencarnya di Gaza. Namun negara ini tidak memiliki rencana akhir yang jelas untuk memerintah daerah kantong Palestina yang porak-poranda tersebut.
BeritaMega4D, Indonesia - Israel bersumpah untuk memusnahkan kelompok Hamas dalam serangan gencarnya di Gaza. Namun negara ini tidak memiliki rencana akhir yang jelas untuk memerintah daerah kantong Palestina yang porak-poranda tersebut.
Foto: Seorang gadis yang membawa barang-barangnya berjalan di area rumah sakit Al-Ahli di mana ratusan warga Palestina tewas dalam ledakan yang saling menyalahkan oleh pejabat Israel dan Palestina, dan di mana warga Palestina yang meninggalkan rumah mereka berlindung di tengah konflik yang sedang berlangsung dengan Israel, di Kota Gaza, 18 Oktober 2023.

BeritaMega4D, Indonesia – Israel bersumpah untuk memusnahkan kelompok Hamas dalam serangan gencarnya di Gaza. Namun negara ini tidak memiliki rencana akhir yang jelas untuk memerintah daerah kantong Palestina yang porak-poranda tersebut.

Israel telah mengerahkan 360.000 tentara cadangan dan membombardir daerah kantong kecil tersebut tanpa henti setelah serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.400 orang, sebagian besar warga sipil.

Strategi langsung Israel, yang diberi nama sandi “Operasi Pedang Besi”, adalah menghancurkan infrastruktur Gaza, bahkan dengan korban sipil yang tinggi, mendorong penduduk daerah kantong tersebut menuju perbatasan Mesir sambil mengejar Hamas.

Namun para pejabat Israel mengatakan bahwa mereka tidak memiliki gambaran jelas seperti apa masa depan pascaperang.

Para pejabat Arab khawatir bahwa Israel belum menetapkan rencana yang jelas untuk masa depan daerah kantong tersebut, yang dikuasai oleh Hamas sejak tahun 2006 dan menampung 2,3 juta orang.

“Israel tidak punya tujuan akhir bagi Gaza. Strategi mereka adalah menjatuhkan ribuan bom, menghancurkan semuanya dan masuk, tapi lalu bagaimana? Mereka tidak punya strategi keluar untuk hari berikutnya,” kata salah satu sumber keamanan regional, seperti dilansir beritamega4d, Kamis (19/10/2023).

Beberapa pembantu Presiden AS Joe Biden juga khawatir bahwa meskipun Israel mungkin menyusun rencana efektif untuk menimbulkan kerusakan jangka panjang pada Hamas, Israel belum merumuskan strategi keluarnya.

Biden, dalam kunjungannya ke Israel pada Rabu, mengatakan bahwa keadilan perlu ditegakkan kepada Hamas, meskipun ia memperingatkan bahwa setelah serangan 9/11 di New York, AS telah melakukan kesalahan.

“Sebagian besar warga Palestina bukan Hamas”, katanya. “Hamas tidak mewakili rakyat Palestina.”

Invasi Israel belum dimulai, namun pihak berwenang Gaza mengatakan 3.500 warga Palestina telah tewas akibat pengeboman udara tersebut, di mana sekitar sepertiga dari mereka adalah anak-anak.

Awan Perang

Ketakutan di seluruh kawasan adalah bahwa perang akan meledak di luar Gaza, di mana Hizbullah Lebanon dan Iran, pendukungnya, membuka front baru yang besar untuk mendukung Hamas.

Sementara itu, seruan untuk pembentukan koridor kemanusiaan di Gaza dan rute pelarian bagi warga sipil Palestina telah mendapat reaksi keras dari negara-negara tetangga Arab.

Mereka khawatir invasi Israel akan memicu gelombang pengungsian massal yang permanen, yang merupakan ulangan perang kemerdekaan Israel tahun 1948 dan perang Arab-Israel tahun 1967.

Jutaan warga Palestina yang terpaksa mengungsi saat itu masih terdampar sebagai pengungsi di negara-negara yang menampung mereka hingga kini.

Yerusalem Timur, yang direbut oleh Israel dalam perang tahun 1967 dan kemudian dianeksasi, serta perluasan pemukiman Israel di seluruh wilayah pendudukan merupakan inti konflik dengan Palestina.

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu sendiri secara terbuka menganut kelompok sayap kanan yang religius dan radikal, berjanji untuk mencaplok lebih banyak tanah untuk dihuni oleh orang-orang Yahudi

Ratusan warga Palestina telah tewas di Tepi Barat sejak awal tahun ini dalam bentrokan berulang kali dengan tentara dan pemukim Israel, dan terdapat kekhawatiran luas bahwa kekerasan tersebut akan melanda wilayah tersebut seiring dengan kebakaran yang terjadi di sekitar Gaza.

“Apa pun skenario terburuk yang Anda hadapi, hal itu akan menjadi lebih buruk,” kata sumber regional kedua tentang potensi konflik menyebar ke luar Gaza.